Cloud game
Cloud gaming, kadang disebut gaming on demand, merupakan tipe permainan daring yang menjalankan permainan video di peladen jarak jauh dan men-stream langsung ke perangkat pengguna, atau lebih bahasa sehari-harinya, memainkan permainan dari jarak jauh dari sebuah awan. Saat ini ada dua tipe cloud gaming yaitu cloud gaming berbasis video streaming dan cloud gaming berbasis file streaming. Berbeda dengan cara bermain permainan tradisional, yang mana permainan dijalankan secara lokal di konsol permainan video, komputer pribadi, atau perangkat seluler milik pengguna.[1][2]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Percobaan awal
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 2000, G-cluster mendemonstrasikan teknologi cloud gaming di E3. G-cluster menawarkan cloud gaming melalui Wi-Fi untuk mejalankan perangkat.[butuh rujukan] Pengembang video game Crytek Crytek mulai meneliti sistem di cloud gaming pada tahun 2005 untuk Crysis, tetapi pada tahun 2007 pengembangan dihentikan, menunggu hingga meningkatnya infrastruktur dan penyedia kabel internet sesuai dengan perangkat yang dibutuhkan.[3] OnLive Pada maret 2010 Onlive secara resmi dikenalkan ke publik, dan penjualan permainan disertai penjualan microconsole.[4] Onlive dimulai di bulan Juni[5] Tanggal 2 april 2015, diumumkan bahwa Sony Computer Entertainment telah memperoleh hak paten Onlive, dan perusahaan Onlive ditutup. Di bulan November, SFR SFR meluncurkan cloud gaming komersial di IPTV di negara Prancis, didukung oleh G-cluster teknologi.[6][7]
Perkembangan terbaru
[sunting | sunting sumber]Nvidia pertama kali memperkenalkan layanan cloud gaming, Nvidia Grid (kemudian berganti nama menjadi GeForce Now), sebagai sebuah kombinasi dari perangkat keras menggunakan unit pemrosesan grafis dan perangkat lunaknya pada Mei 2012, awalnya berniat bermitra dengan Gaikai untuk permainan di layanan tersebut.[8] Ubitus GameCloud juga diperkenalkan bersamaan dengan Grid Nvidia. GameCloud dirancang sebagai layanan label putih berdasarkan Grid Nvidia yang dapat digunakan penyedia lain untuk menawarkan streaming permainan kepada pelanggan mereka.[9]
Nvidia GRID adalah kreasi terbaru dari Nvidia yang menargetkan pada cloud gaming secara khusus. Nvidia Grid termasuk prosesing grafik dan video encoding dalam satu perangkat yang dapat meningkatkan jeda tampilan cloud berbasis video game streaming.[10] Ini penting karena berdampak pada jarak antara user pada saat melakukan input atau perintah dan ketika respons dari server yang akan ditampilkan pada layar.
Di Game Developers Conference pada 2019, Google secara resmi mengumumkan layanan cloud gamingnya Stadia, yang secara resmi meluncur pada 19 November pada tahun tersebut.[11][12] Pada Mei, Sony mengumumkan sebuah kerja sama dengan Microsoft untuk bersama-sama mengembangkan solusi awan antar divisi, termasuk permainan.[13]
Microsoft resmikan project xcloud pada tanggal 8 Oktober 2018[14]
Asus dan Intel mengumumkan pasokan perangkat keras, penelitian & pengembangan, dan optimalisasi perangkat lunak yang berkelanjutan bersama platform cloud gaming Boosteroid pada bulan November 2020.[15]
Nintendo saat ini mempunyai permainan di Nintendo Switch yang terutama berjalan di cloud gaming seperti Control, Hitman 3, Marvel's Guardians of the Galaxy, dan warabala Kingdom Hearts.[16]
Tipe
[sunting | sunting sumber]Cloud gaming merupakan pengertian yang digunakan untuk menjelaskan suatu bentuk penyaluran game online. Metode yang paling sering digunakan dari cloud gaming saat ini adalah video (pixel) streaming dan file streaming.
"Cloud gaming", juga dalam beberapa kasus disebut “gaming on demand” (permainan sesuai permintaan), adalah tipe online gaming yang mengizinkan video streaming permainan secara langsung dan sesuai permintaan ke komputer, video streaming, konsol dan perangkat mobile, seperti ke video on demand, langsung ke thin client. Game sebenarnya disimpan, dieksekusi, dan di-render di operator atau server dan hasil video langsung di-streaming-kan ke komputer pemain melalui internet.[10] Akses ini mengizinkan bermain tanpa membutuhkan console dan sebagian besar membuat kemampuan pengguna komputer dengan spesifikasi tinggi menjadi kurang penting, karena hanya server dengan sebuah sistem yang mengolah kebutuhan.[17][18] Kontrol dan penekanan tombol dari pemain akan direkam dan dikirimkan langsung ke server, kemudian server akan merespons kembali pada permainan ke kontrol input. Perusahaan yang menggunakan tipe cloud gaming yaitu NVIDIA(GeForce NOW), LOUDPLAY, Playkey, PlayGiga, CiiNOW, Ubitus.[butuh rujukan]
Gaming on demand adalah layanan game yang memerlukan koneksi broadband, kelompok large server, enkripsi dan compression untuk menampilkan konten game pada perangkat pengguna. Pengguna bisa bermain tanpa mengunduh atau meng-install game aslinya. Konten game tidak tersimpan di hard drive pengguna dan eksekusi kode game terdapat pada kelompok server, jadi pengguna dapat menggunakan komputer berspesifikasi rendah untuk bermain game dibanding dengan bermain game pada umumnya.[19][20] Kebanyakan cloud gaming platforms tertutup dan memiliki hak cipta: open-source pertama cloud gaming platform hanya rilis pada bulan april 2013.[21]
P2P cloudless gaming – tipe cloud gaming, yang meremot komputer untuk mengeksekusi game yang diwakili oleh komunitas individual. Perbedaan yang mendasar dari cloud gaming adalah game dieksekusi dari PC yang sebenarnya dan cara streamed-nya berbasis one to one. Game yang sebenarnya disimpan, dieksekusi, dan di-render di pusat remot komputer kemudian hasil video langsung di-streaming-kan ke komputer pemain game melalui internet. P2P cloudless gaming mengizinkan menutup jarak latency: remot komputer harus ditempatkan pada suatu internet provider. Network protocol di P2P cloud gaming dengan pintar memilih mana yang paling cocok di antara remot komputer dan perangkat pengguna.
Cloud gaming berbasis file streaming, juga dikenal sebagai kemajuan dalam teknologi mengunduh, menyebarkan thin client, di mana game sebenarnya dimainkan pada perangkat pengguna seperti perangkat mobile, PC atau konsol. Bagian kecil dari game, biasanya kurang dari 5% dari total ukuran game, yang pada awalnya terunduh, sehingga para pemain bisa dapat memainkan game dengan cepat. Konten game yang tersisa akan di-downloaded pada perangkat terakhir pengguna ketika bermain. Ini memungkinkan akses cepat dengan koneksi internet sertalow bandwidth tanpa akses yang lambat. Cloud digunakan untuk menyediakan konten game streaming dan analisis big data secara terukur. Cloud gaming berbasis file streaming membutuhkan perangkat yang mempunyai kemampuan hardware untuk menjalankan game. Sering kali, unduhan konten game tersimpan di cached perangkat terakhir pengguna. Perusahaan yang menggunakan tipe cloud gaming yaitu Kalydo, Approxy dan SpawnApps.[butuh rujukan]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]- Komputasi awan
- Virtualisasi seluler jarak jauh untuk penyedia permainan seluler
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Cloud gaming vs. console gaming: The pros and cons of each". www.digitaltrends.com. 2 October 2019. Diakses tanggal 2019-10-28.
- ^ "Cloud gaming streaming services set to change your game - Latest News | Gadgets Now". Gadget Now. 2019-10-27. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-10-28. Diakses tanggal 2019-10-28.
- ^ Dobra, Andrei (April 27, 2009). "Crytek Attempted Cloud Gaming Way Before OnLive". Softpedia. Diakses tanggal October 7, 2010.
- ^ Perlman, Steve (2010-03-10). "OnLive: Coming to a Screen Near You". OnLive.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2010-03-12. Diakses tanggal 2010-03-10.
- ^ Shiels, Maggie (2010-03-11). "'Console killer' OnLive to launch in June". news.bbc.co.uk. Diakses tanggal 2010-03-11.
- ^ "Accueil Jeux vidéo". Jeux-tv.sfr.fr. Diakses tanggal 2013-07-07.
- ^ "Reportage : SFR dévoile son service de jeux vidéo "cloud gaming" sur Neufbox". Clubic.com. 2010-10-20. Diakses tanggal 2013-07-07.
- ^ Hollister, Sean (May 15, 2012). "Nvidia announces GeForce Grid: cloud gaming direct from a GPU, with games by Gaikai". The Verge. Diakses tanggal August 22, 2012.
- ^ Holister, Sean (May 16, 2012). "Ubitus GameCloud: the white-label cloud gaming service seeking a US audience". The Verge. Diakses tanggal August 22, 2012.
- ^ a b Shea, Ryan; Liu, Liu; Ngai, Edith; Cui, Yong (July–August 2013). "Cloud gaming: Architecture and performance". IEEE Network. 27 (4): 16–24. doi:10.1109/MNET.2013.6574660.
- ^ Hollister, Sean (June 6, 2019). "Google's Stadia game service is officially coming November: Everything you need to know". The Verge. Diakses tanggal June 6, 2019.
- ^ Hollister, Sean (October 15, 2019). "Google's Stadia cloud gaming service will launch on November 19th". The Verge. Diakses tanggal October 15, 2019.
- ^ Kim, Matt (May 16, 2019). "Sony and Microsoft Set Aside Differences to Tackle Next-Gen Gaming's New Frontier: Cloud Streaming". USGamer. Diakses tanggal May 17, 2019.
- ^ "Project xCloud: Gaming with you at the center - The Official Microsoft Blog". The Official Microsoft Blog (dalam bahasa Inggris). 2018-10-08. Diakses tanggal 2018-10-09.
- ^ Nowak, Michal (November 24, 2020). "Boosteroid supports millions of online gamers". Intel. Diakses tanggal November 24, 2020.
- ^ Lane, Gavin (February 17, 2022). "Nintendo Switch Cloud Games". NintendoLife. Diakses tanggal February 17, 2022.
- ^ "Exclusive: Does cloud gaming spell the end for consoles?". TechRadar. March 24, 2009. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2011-01-10. Diakses tanggal October 7, 2010.
- ^ "Taking gaming into the 'cloud'". BBC News. June 9, 2009. Diakses tanggal October 7, 2009.
- ^ Beaumont, Claudine (June 18, 2010). "OnLive launches cloud-based gaming service". The Daily Telegraph. London. Diakses tanggal October 7, 2010.
- ^ Crowther, Joe (June 17, 2010). "OnLive launch cloud gaming platform". Metro. Diakses tanggal October 7, 2010.
- ^ "GamingAnywhere -- An Open Source Cloud Gaming System". April 17, 2013. Diakses tanggal April 21, 2013.