Danau Rayo
Danau Rayo | |
---|---|
Letak | Kabupaten Musi Rawas Utara; Sumatera Selatan; Indonesia. |
Terletak di negara | Indonesia |
Area permukaan | 100 ha |
Danau Rayo adalah sebuah danau yang terletak dalam kawasan hutan lindung di Desa Sungai Jernih, Kecamatan Rupit, Kabupaten Musi Rawas Utara, Sumatera Selatan.[1] Danau ini memiliki luas area sekitar 100 hektar dengan kedalaman 15 meter. Danau Rayo dikenal akan airnya yang jernih hingga ke dasar danau. Danau Rayo juga dikenal dengan pemandangan sekitar yang dikelilingi pohon-pohon seperti karet dan palawija serta semak belukarnya yang masih alami.[2]
Danau ini bisa berjarak sekitar 80 km dari Kota Lubuklinggau dan dapat ditempuh dengan kendaraan pribadi atau bus. Pemerintah daerah Sumatera Selatan dan pemerintah kabupaten Musi Rawas Utara sedang mengembangkan objek wisata ini agar bisa menarik semakin banyak wisatawan.[3]
Suku Anak Dalam atau orang rimba masih hidup di sekitar Danau Rayo dan Desa Sungai Jernih.
Legenda
[sunting | sunting sumber]Terdapat legenda terbentuknya Danau Rayo yang dipercaya oleh masyarakat sekitar Musi Rawas, Musi Rawas Utara, dan Lubuklinggau. Legenda ini berhubungan dengan seorang pemuda tampan kemudian dikenal sebagai Bujang Kurap.[1][2] Ada yang menyebut pemuda itu masih keturunan Si Pahit Lidah, tokoh yang terkenal dengan kutukannya. Ada juga yang menyebut pemuda ini berasal dari Minangkabau.[1]
Singkat cerita, pemuda ini mengembara dari desa ke desa dan membantu warga sekitar dengan keahlian dalam bidang pertanian dan ilmu bela diri. Ia lalu singgah di Karang Panggang Lamo, cikal bakal Desa Sungai Jernih. Di sana ia menjadi anak angkat seorang perempuan tua yang hidup sendirian. Lama kelamaan kehadiran pemuda tampan ini diketahui penduduk desa lainnya dan tak sedikit gadis yang menyukai pemuda tersebut sehingga menimbulkan persaingan antar penduduk. Pemuda ini lalu mengubah dirinya menjadi buruk rupa, dipenuhi kurap dan bau tak sedap hingga dikenal sebagai Bujang Kurap. Penduduk desa pun menjauhi dan mengucilkan pemuda itu.
Akhirnya Bujang Kurap membuat sayembara dengan menancapkan batang lidi di tengah lapangan. Jika ada penduduk desa yang mampu mencabut batang lidi itu, ia akan pergi dari desa itu. Ternyata, tak satupun penduduk desa yang mampu dan hanya Bujang Kurap yang mampu mencabutnya. Setelah lidi dicabut, air terus menerus keluar dengan deras dari tanah dan menenggelamkan desa tersebut hingga membentuk Danau Rayo. Hanya ibu angkat Bujang Kurap yang selamat karena menaiki rakit yang disiapkan sebelumnya.
Konon, Bujang Kurap mengubah dirinya kembali menjadi pria tampan dan mengembara ke daerah lain yang kini dikenal sebagai Ulak Lebar, di kaki Bukit Sulap, Lubuklinggau. Makam tua yang ada di daerah tersebut diyakini adalah makam Bujang Kurap. Legenda ini mengandung pesan moral untuk tidak merendahkan siapapun dan berbuat baik pada siapa saja.[1]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d Zulkanedi, Berli (2022-03-28). "Danau Rayo, Legenda Pemuda Buruk Rupa Sakti Mandraguna". Sindonews.com. Archived from the original on 2022-03-28. Diakses tanggal 2022-03-28.
- ^ a b "Danau Rayo". direktoripariwisata.id. Diakses tanggal 2022-03-28.
- ^ "Pemkab Muratara Fokus Garap Danau Rayo". SUMEKS.CO. 2021-10-24. Diakses tanggal 2022-03-28.