Dawatdar
Dawatdar (bahasa Persia: دواتدار) atau Dawadar (bahasa Arab: دوادار), juga disebut Duwaydar dan Amir Dawat, adalah jabatan pengadilan senior di negara-negara Islam abad pertengahan. Berarti 'penjaga tempat tinta', jabatan ini diciptakan pada masa Kekaisaran Seljuk. Jabatan ini menunjukkan kepala pengadilan, dan namanya berasal dari tempat tinta kerajaan, simbol jabatan wazir khalifah Abbasiyah.[1]
Di bawah Kesultanan Mamluk, jabatan ini awalnya merupakan jabatan rendah, tetapi selama dinasti Burji, jabatan ini menjadi salah satu dari tujuh jabatan terpenting, yang disebut sebagai 'Penjaga Besar Tempat Tinta' (dawadar kabir), dan menerima tambahan dawadar junior sebagai pembantu.[1] Jabatan ini memiliki berbagai tanggung jawab atas pajak dan pengumpulan hasil panen di Mesir Hulu, atau pengerahan tentara untuk kampanye; beberapa pemegang jabatan ini memperoleh kekuasaan besar, dan beberapa bahkan naik menjadi sultan sendiri.[1]
Di Kekaisaran Utsmaniyah dan Kekaisaran Safawiyah, para dawatdar hanya sekadar juru tulis kanselir.[1]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d Ayalon 1965, hlm. 172.
- ^ Bai︠a︡rsaĭkhan, D. (2011). The Mongols and the Armenians (1220-1335). Leiden ; Boston: Brill. hlm. 130. ISBN 978-90-04-18635-4.
The davāt-dār (chief secretary) who commanded the Caliph’s army was encamped between Baʿqūbā and Bājisrā. Hearing that the Mongol army was approaching from the west, the davāt-dār crossed the Tigris and joined battle with the Mongols near Anbār. The Mongols retreated and, joining Baiju ’s main army, opened a canal on the river Tigris. Half of the Caliph’s army was drowned and half was defeated in the attacks that followed. The davāt-dār made an attempt to escape by boat down the Tigris. Being unsuccessful, he fled back to Baghdad.
Sumber
[sunting | sunting sumber]- Ayalon, D. (1965). "Dawādār". Dalam Lewis, B.; Pellat, Ch.; Schacht, J. Encyclopaedia of Islam. Volume II: C–G (edisi ke-2). Leiden: E. J. Brill. hlm. 172. doi:10.1163/1573-3912_islam_SIM_1740. OCLC 495469475.