Desa Wisata Ketingan
Desa Wisata Ketingan adalah salah satu destinasi ekowisata yang berada di Dusun Ketingan, Desa Tirtoadi, Kecamatan Mlati, Kabupaten Sleman, D.I Yogyakarta. Desa ini dikenal sebagai habitat ribuan burung kuntul dan blekok yang hidup berdampingan dengan warga setempat yang menjadikannya tujuan wisata berbasis konservasi dan budaya.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Fenomena kehadiran burung kuntul dan blekok di Desa Ketingan bermula pada tahun 1997, tidak lama setelah gapura disusun oleh Sri Sultan Hamengkubuwono X. Beberapa hari setelah peresmiannya, burung-burung tersebut mulai berdatangan dan membangun sarang di pohon-pohon tinggi yang ada di desa ini.
Uniknya, burung-burung tersebut hanya memilih Ketingan sebagai habitatnya, meskipun daerah sekitarnya memiliki vegetasi yang serupa. Awalnya, kehadiran burung-burung ini dianggap mengganggu karena kotoroan yang dihasilkan. Namun seiring waktu, warga lokal melihat potensi ekowisata dari fenomena ini dan mulai mejaga sekaligus melestarikan keberadaan burung kuntul dan blekok.
Atraksi Wisata
[sunting | sunting sumber]- Pengamatan Burung (Bird Watching) Desa Ketingan menyediakan gardu pandang untuk wisatawan yang ingin mengamati perilaku ribuan burung kuntul dan blekok, terutama pada pagi dan sore hari saat mereka mencari makan di sawah dan kembali ke sarangnya.
- Merti Bumi Ketingan Setiap tahun, warga Ketingan mengadakan tradisi Merti Bumi, tradisi ini merupakan sebentuk ungkapan rasa syukur atas berkah dan hasil bumi yang melimpah. Acara ini melibatkan berbagai kegiatan seni dan kebudayaan, seperti kirab budaya, pertunjukan wayang kulit, dan kenduri bersama.
- Kegiatan Pertanian dan Budaya Lokal Wisatawan dapat merasakan pengalaman langsung dalam kehidupan perdesaan dengan mengikuti berbagai kegiatan seperti membajak sawah, menanam padi, memanen hasil pertanian, serta membuat makanan tradisional khas perdesaan.
Fasilitas
[sunting | sunting sumber]Desa Wisata Ketingan menyediakan berbagai fasilitas untuk menunjang kenyamanan wisatawan, di antaranya:
- Pondok wisata (Homestay) bagi pengunjung yang ingin menginap dan merasakan kehidupan khas perdesaan.
- Pemandu wisata lokal yang siap mendampingi pengunjung untuk menjelajahi setiap sudut desa.
- Gardu pandang untuk mengamati burung kuntul dan blekok.
- Area parkir dan akses yang baik untuk kendaraan pribadi maupun transportasi umum.
Aksesibilitas
[sunting | sunting sumber]Desa Wisata Ketingan berjarak sekitar 10 km dari pusat Kota Yogyakarta dan dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan pribadi maupun transportasi umum. Selain itu, lokasinya yang tidak jauh dari Jalan Magelang membuatnya relatif mudah diakses oleh wisatawan yang datang dari berbagai daerah.
Konservasi dan Pelestarian
[sunting | sunting sumber]Sebagai desa wisata yang berbasis ekowisata, warga lokal Ketingan berkomintmen untuk menjaga keseimbangan ekosistem agar populasi burung kuntul dan blekok tetap terjaga. Selain itu, warga setempat secara aktif terlibat dalam upaya konservasi dengan cara menanam pohon sebagai tempat sarang burung serta menggurangi bahan kimia yang dapat mencemari lingkungan.
Catatan
[sunting | sunting sumber]- Wisatawan disarankan untuk mengenakan topi atau pelindung kepala guna menghindari kotoran burung saat berkeliling desa.
- Waktu terbaik untuk berkunjung adalah pada pagi atau sore hari ketika burung-burung aktif beraktivitas.