Deus Faber
Deus Faber atau dea faber adalah sebuah pemahaman akan Tuhan yang menciptakan dunia sebagai seorang pengrajin atau seniman.[1] Gambaran ini memperlihatkan hubungan langsung antara Tuhan dengan pekerjaan manusia seperti tukang kayu, pembuat patung, dan pekerja bangunan.[2] Pemahaman ini muncul dari waktu ke waktu dari berbagai Mitos penciptaan yang ada di berbagai belahan dunia.[2] Pemahaman ini menggambarkan Tuhan sebagai seorang tukang atau pekerja yang sangat ahli dalam merancang dan membangun dunia.[3] Dalam pemahaman ini, Tuhan bertindak seperti seorang manusia yang sedang mengerjakan pekerjaannya.[4] Konsep deus faber mempunyai hubungan dengan konsep homo faber.[5] Konsep deus faber ini juga disandingkan dengan konsep deus ludens.[5]
Karakter
[sunting | sunting sumber]Konsep Deus Faber dapat kita temukan dalam gambaran-gambaran karakter yang terdapat dalam mitos-mitos penciptaan yang ada di berbagai negara.[2] Ptah dan Pangu adalah contoh karakter yang memperlihatkan konsep dari deus faber.[2] Ptah berasal dari mitos penciptaan Mesir dan Pangu berasal dari mitos penciptaan di Tiongkok.[2]
Pangu
[sunting | sunting sumber]Tiongkok mempunyai salah satu mitos penciptaan yang menceritakan bagaimana dunia diciptakan.[2] Dalam mitos tersebut, terdapat sebuah karakter yang bernama Pangu.[2] Ia merupakan sosok yang menciptakan dan membentuk dunia.[2] Pangu digambarkan sebagai seorang tukang kayu yang membawa palu dan alat pahat.[2] Ia menciptakan dan membentuk dunia dengan cara mengukir dunia.[2] Dalam mitos penciptaan ini, dunia awalnya berbentuk telur.[6] Dunia dalam bentuk telur dikenal dengan istilah telur kosmik.[6] Telur kosmik tersebut terdiri dari dua unsur yaitu Yin dan Yang.[6] Sebelum Pangu hadir, kedua unsur ini saling berlawanan di dalam telur kosmik.[6] Hal ini menyebabkan terjadinya khaos.[6] Yin digambarkan sebagai kekuatan perempuan yang terkait dengan kegelapan, dingin, dan lembap.[6] Yang digambarkan sebagai kekuatan lelaki yang terkait dengan cahaya, kering, panas, dan dominan.[6] Pangu tertidur dalam telur kosmik tersebut.[6] Ia kemudian bangun dan membentangkan lengannya.[6] Tindakan Pangu menyebabkan telur kosmik tersebut pecah.[6] Yin dan Yang pun keluar dari telur kosmik.[6] Yang kemudian melayang menjadi langit dan Ying kemudian tenggelam menjadi bumi.[6] Pangu melihat bahwa pemisahan langit dan bumi adalah sesuatu yang baik Yin dan Yang.[6] Akan tetapi, ia khawatir bahwa suatu saat keduanya akan menyatu kembali.[6] Ia kemudian berdiri untuk menjaga agar langit dan bumi tidak menyatu.[6] Kepala Pangu menahan langit dan kakinya menginjak bumi.[6] Setiap hari Pangu bertumbuh semakin besar.[6] Hal ini membuat jarak antara langit dan bumi semakin jauh sehingga keduanya tidak mungkin menyatu.[6] Pangu berusaha untuk tetap menjaga agar kedua unsur tersebut tidak menyatu agar menghindari terjadinya khaos.[6] Pangun dipercaya tidak hanya menciptakan langit dan bumi, tetapi juga umat manusia.[6] Setelah lelah dari pekerjaan yang ia lakukan, Pangu kemudian berbaring.[6] Ia kemudian tertidur dan bernapas untuk terakhir kalinya.[6] Setelah meninggal, setiap bagian tubuh Pangu berubah menjadi setiap unsur dari dunia.[6]
Ptah
[sunting | sunting sumber]Ptah merupakan salah satu nama karakter dalam mitos penciptaan di Mesir.[2] Menurut tradisi Heliopolis, Ia merupakan pencipta dunia dalam mitos tersebut.[2][7] Nama Ptah mempunyai arti pengukir atau pembuka.[7] Namun, nama Ptah sendiri tidak mempunyai arti secara harafiah pembuka.[8] Pembuka disini mempunyai maksud pengukir.[8] Dalam mitos tersebut, Ptah menciptakan dunia seperti seorang pengrajin membuat tembikar.[2] Ia memutar roda pembuat tembikar dan membentuk dunia.[2] Ptah juga dikenal sebagai Tuhan dari para pengrajin, terutama para pengrajin yang bekerja dengan logam dan batu.[7][8] Ptah tidak dilahirkan ataupun dibuat.[7] Ia selalu disamakan dengan Nun.[7] Ptah membuat logam raksasa yang menjadi lantai dari surga dan atap dari langit.[7] Ptah menciptakan bumi menjadi ada melalui dua tahap, yaitu melalui mimpi dan kata-kata.[7] Ptah menciptakan segala hal yang ada di bumi dengan menggenggam hal itu dalam pikirannya dan kemudian membuat hal itu menjadi nyata melalui perkataannya.[7] Ptah berada dalam setiap hal yang ia ciptakan.[7]
Teologi Kristen
[sunting | sunting sumber]Dalam kekristenan, konsep deus faber merupakan konsep yang muncul dalam alkitab.[4] Konsep deus faber muncul dalam beberapa kitab, baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru.[4] Konsep deus faber dalam setiap kitab mempunyai ciri khasnya masing-masing.[4]
Kitab Kejadian
[sunting | sunting sumber]Dalam kitab Kejadian, konsep deus faber dapat kita temukan dalam kisah penciptaan.[5] Dalam kitab Kejadian 2, Tuhan digambarkan sebagai seorang petani.[5] Eden digambarkan sebagai sawah pertama yang dibuat oleh Tuhan.[5] Tuhan bekerja membuat taman dan menanam tanaman.[5] Ia membangun taman demi kenyamanan manusia yang tinggal di dalam taman tersebut.[5] Kata Natta dalam bahasa Ibrani, menunjuk kepada aktivitas Tuhan membuat taman.[5] Tuhan membuat taman dengan tujuan agar manusia dan ciptaan-Nya yang lain dapat hidup tanpa kesulitan mendapatkan makanan.[5] Dalam kisah ini, gambaran Tuhan sebagai pekerja mengakibatkan gambaran manusia digambarkan sebagai pekerja atau dikenal dengan istilah homo faber.[5]
Kitab Yeremia
[sunting | sunting sumber]Dalam kitab Yeremia 18:1-10, pekerjaan Tuhan dilakukan dengan tangan-Nya sendiri.[4] Dalam Kitab Yeremia 18, diceritakan bahwa nabi Yeremia berada dalam rumah tukang periuk.[9] Ketika Yeremia berada dalam rumah tukang periuk, ia melihat bagaimana tukang periuk itu bekerja.[9] Yeremia melihat bahwa walaupun bahan yang diolah oleh tukang periuk itu tidak berkualitas baik, tetapi tukang periuk itu berusaha untuk terus mengolah bahan tersebut sehingga menjadi bentuk yang baik.[9] Dalam ilutrasi ini, Yeremia melihat bahwa tukang periuk itu sebagai Tuhan dan tanah liat yang dibentuk merupakan bangsa Israel.[9] Pemberitaan Yeremia ini terkait dengan peringatan Yeremia kepada Israel agar Israel kembali kepada Tuhan.[9]
Kitab Mazmur
[sunting | sunting sumber]Dalam kitab Mazmur, konsep deus faber ini diperlihatkan melalui gambar Tuhan yang bekerja membentuk tanah liat.[4] Dalam Kitab Mazmur 74:12-17, kita dapat menemukan Tuhan bekerja.[4] Dalam hal ini, pekerjaan yang Tuhan lakukan terhadap dunia menjadi bukti bahwa Tuhan memiliki kedaulatan penuh terhadap ciptaan-Nya.[4] Kedaulatan penuh ini terkait dengan konteks penulisan dari Kitab mazmur 74 yang ditulis sebagai sebuah ratapan komunal.[10] Mazmur 74 ini hendak menguatkan kembali bangsa Israel yang berada dalam keadaan putus asa karena hancurnya Bait Allah yang disebabkan oleh serangan babilonia.[10] Mazmur 74 memperlihatkan bahwa Tuhan, melalui pekerjaan-Nya, menguasai serta mengatur setiap hal yang ada di dunia.[10] Pesan ini hendak menguatkan bangsa Israel untuk tetap bertahan dalam keadaan yang sulit.[10]
Pengaruh
[sunting | sunting sumber]Pemahaman deus faber berpengaruh kepada pola pemikiran masyarakat.[5] Pemahaman ini mempengaruhi pola kerja dalam masyarakat.[5] Pemahaman deus faber jika dimutlakkan dalam kehidupan manusia maka akan membawa dampak negatif.[5] Manusia akan memahami bahwa keseluruhan hidupnya adalah bekerja.[5] Gambaran deus faber ini mengakibatkan manusia diukur berdasarkan prestasi yang dicapai atau pada apa yang dihasilkan dari manusia tersebut.[11] Dewasa ini, Jepang merupakan negara yang memprioritaskan kerja.[5] Selain Jepang, Rusia di bawah kepemimpinan Josef Stalin pun demikian.[5] Di bawah pemerintahan Josef Stalin, Uni Sovyet merupakan negara komunis.[5] Rusia saat itu masih bergabung dengan negara-negara lainnya dalam uni Sovyet.[5] Pada masa itu, Uni Sovyet sangat menghargai orang yang bekerja keras.[5]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ (English) David Adams Leeming. 1994. A Dictionary of Creation Myths. New York:Oxford University Press.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n (English) David Adams Leeming. 2010. Creation Myths of The World: an Encyclopedia. California:ABC-CLIO.
- ^ (English) Lorena Laura Stookey. 2004. Thematic guide to world mythology. Connecticut:Greenwood Press.
- ^ a b c d e f g h (English) Othmar Keel. 1978. The Symbolism of The Biblical World: Ancient Near Eastern iconography and Book of The Psalms. New York:Seabury Press.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s Emanuel Gerrit Singgih. 2011. Dari Eden ke Babel: Sebuah Tafsir Kejadiaan 1-11. Yogyakarta: Kanisius.
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r s t u v w (English) VIrginia Schomp. 2010. Myths of The World:The Ancient Chinesse. New York: Marshall Cavendish Corporation. Hlm 53-61.
- ^ a b c d e f g h i (English) Judis Page. 2011. Invoking Egyptian Gods. Minessota: Lleweyllyn Publication.
- ^ a b c (English) E.A.Wallis Budge. 1969. The Gods of Egyptians: Studies Egyptian Mythology. Chicago:The Open Court Publishing Company.Hlm 501-503.
- ^ a b c d e (English) John Bright. 1965. The Anchor Bible: Jeremiah. New York:Doubleday & Company.
- ^ a b c d (English) James D.G.Dunn. 2003. Eeerdmans Comentary on The Bible. Grand Rapids: Wm.B.Eerdmans. Hlm 400.
- ^ (English) Ton Van Prooijen. 2004. Limping but blessed: Jurgen Moltmann's Seacrh for a liberating theology. Rodopi B.V.:Amsterdam.Hlm 243.