Lompat ke isi

Bahasa Arab Indonesia

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Dialek Arab Indonesia)
Bahasa Arab Indonesia
Bahasa Arab Lokal
العربية الاندونيسية
Penutur bahasa Arab di Talise, 1920.
Dituturkan di Indonesia (daerah pemukiman keturunan Arab dan pesantren)
EtnisArab-Indonesia
Santri (formal)
Penutur
60.000 (2010)[1]
Abjad Arab
Status resmi
Diakui sebagai
bahasa minoritas di
Kode bahasa
ISO 639-3
GlottologTidak ada
IETFayh-ID
Informasi penggunaan templat
Status pemertahanan
Terancam

CRSingkatan dari Critically endangered (Terancam Kritis)
SESingkatan dari Severely endangered (Terancam berat)
DESingkatan dari Devinitely endangered (Terancam)
VUSingkatan dari Vulnerable (Rentan)
Aman

NESingkatan dari Not Endangered (Tidak terancam)
Arab Indonesia belum diklasifikasikan dalam tingkatan manapun pada Atlas Bahasa-Bahasa di Dunia yang Terancam Kepunahan
Referensi: [2][3]
Lokasi penuturan
Lokasi penggunaan bahasa Arab Indonesia pada enklave dilambangkan dengan lingkaran biru; terutama terdapat di Jawa bagian timur.
Artikel ini mengandung simbol fonetik IPA. Tanpa bantuan render yang baik, Anda akan melihat tanda tanya, kotak, atau simbol lain, bukan karakter Unicode. Untuk pengenalan mengenai simbol IPA, lihat Bantuan:IPA.
 Portal Bahasa
L • B • PW   
Sunting kotak info  Lihat butir Wikidata  Info templat

Bahasa Arab Indonesia (bahasa Arab: العربية الاندونيسية) adalah varietas bahasa Arab yang dituturkan di Indonesia. Bahasa Arab di Indonesia terutama dituturkan oleh keturunan Arab dan kaum santri yang mempelajari bahasa Arab di tempat pendidikan Islam atau pesantren. Bahasa ini umumnya memiliki selingan kata dari bahasa daerah di Indonesia dalam pengunaannya, sesuai dengan wilayah dimana bahasa ini dituturkan.

Jika ditinjau berdasarkan aspek sejarah, bahasa dan budaya Arab telah dikenal sejak masuknya Islam ke Kepulauan Melayu, yang artinya jauh sebelum kemerdekaan Indonesia, bahasa Arab sudah mulai dikenal oleh masyarakat pribumi. Jika ditelusuri hubungan antara bahasa Arab dan Islam di Indonesia, maka budaya dan bahasa Arab mempunyai pengaruh yang besar terhadap kehidupan masyarakat dan budaya Islam Nusantara (Islam Indonesia), misalnya dari segi bahasa yang digunakan sehari-hari oleh masyarakat, dimana bahasa Arab merupakan salah satu unsur asing yang cukup banyak menyumbangkan kosakata pada bahasa-bahasa asli di Indonesia, termasuk bahasa Indonesia.[4]

Perkembangan bahasa Arab terjadi karena kedatangan para pedagang Arab dan Persia di Indonesia dalam jangka waktu yang lama. Diketahui bahwa bahasa dan sastra Arab diperkirakan telah ada di Indonesia sejak awal abad ke-7 hingga ke-8 M dan mulai berkembang pesat pada abad ke-9 hingga ke-12 M, dimana teori ini didukung dan disepakati oleh Hamka, van Leur, dan T.W. Arnold.[4]

Penggunaan

[sunting | sunting sumber]
Peta provinsi di Indonesia abad ke-21 dengan nama dalam bahasa Arab.

Bahasa Arab yang dituturkan di Indonesia umumnya digunakan oleh orang keturunan Arab dan kaum santri, terutama didasarkan pada bahasa Arab Hadhrami yang dibawa oleh para pedagang Arab yang berasal dari Hadramaut, Yaman.[5][6] Bahasa ini memiliki keunikan, yaitu percampuran kosakata dalam bahasa Arab dan bahasa Indonesia serta bahasa daerah lainnya, hal ini tentunya berbeda dengan bahasa Arab standar yang digunakan oleh ekspatriat Arab abad ke-21. Bahasa ini umumnya digunakan di tempat pendidikan Islam atau pesantren dan kampung-kampung yang dihuni oleh orang-orang keturunan Arab atau disebut Kampung Arab.[7][8]

Bahasa Arab di Indonesia umumnya dituturkan oleh keturunan Arab di Bogor (Empang dan Cisarua), Surabaya (Ampel), Bangkalan (Kamal), Jakarta (Pekojan), Gresik, Pekalongan, Kediri, Pasuruan (Bangil), Bondowoso, Banjarmasin, Palembang, Palu (Talise), Ambon, serta wilayah dengan populasi keturunan Arab yang cukup signifikan lainnya di Indonesia.[9] Jumlah penuturnya saat ini kurang lebih separuh dari keturunan Arab atau bahkan mungkin tidak sebanyak itu, Jumlah ini belum termasuk kaum santri yang menggunakannya sebagai bahasa formal, jika berdasarkan perhitungan kasar, kira-kira bahasa ini memiliki sekitar 60.000 penutur pada tahun 2010.[1] Daripada mempertahankan bahasa Arabnya, generasi muda biasanya lebih memilih menggunakan bahasa kreol berbasis Melayu, dimana mereka sebenarnya mempunyai peran yang cukup besar dalam menyumbangkan kosakata bahasa Arab mereka, tetapi kemudian diubah sesuai dengan pengucapan lokal, contoh besarnya adalah bahasa Betawi, dimana mayoritas keturunan Arab di area perkotaan Jakarta saat ini menggunakan bahasa ini.[10]

Kesalahan pengucapan

[sunting | sunting sumber]

Terungkap bahwa penggunaan bahasa Arab cukup banyak dipengaruhi oleh sintaksis dalam bahasa Indonesia, khususnya pada kalangan santri di pesantren. Frasa seperti lâ mâdza-mâdza لا ماذا ماذا (tidak apa-apa) atau maujûd-maujûd faqath موجود موجود فقط (ada-ada saja) merupakan beberapa contoh kesalahan pengucapan sintaksis bahasa Arab di pesantren yang kemudian mengakibatkan terjadinya reduplikasi kata. Sebenarnya jika dilihat kata demi kata dalam bahasa Indonesia, contoh ini tidaklah salah, namun jika digabungkan menjadi kurang tepat dan tidak bisa dipahami, bahkan tidak dapat ditemukan dalam ragam bahasa Arab lainnya, karena ungkapan tersebut tidak ada dalam bahasa mereka. Ungkapan yang benar dalam bahasa Arab standar untuk ungkapan 'tidak apa-apa' adalah lâ ba’sa لا بأس atau bisa juga laisa musykilah ليس مشكلة. Sedangkan ungkapan 'ada-ada saja' pada dasarnya menunjukkan tanggapan terhadap sesuatu yang dianggap lelucon atau sesuatu yang tidak lazim, kemudian bisa diterjemahkan ke dalam bahasa Arab standar menjadi laqad mazahta لقد مزحت (bercanda saja kamu) atau bisa juga menjadi hâdzaâ sya’un jadîd هذا شيء جديد (ini sesuatu yang baru).[11]

Ketidaktepatan penggunaan ungkapan seperti ini pada variasi bahasa Arab ini tentu saja karena dipengaruhi oleh bahasa Indonesia, atau lebih tepatnya dipengaruhi oleh bahasa Indonesia yang digunakan sehari-hari. Penyebab lainnya bisa jadi adalah kurangnya pemahaman mereka tentang aturan-aturan dalam bahasa Arab dan pengetahuan tentangnya, atau bisa juga karena ungkapan seperti itu sudah menjadi hal yang lumrah dalam membentuk kalimat bahasa Arab di kalangan santri. Penutur asli variasi bahasa Arab lain mungkin mengatakan atau menganggap ini sebagai sebuah bahasa Arab dengan pengucapan dan tata bahasa yang buruk.[11]

Lihat juga

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b Ananta, Aris; Arifin, Evi Nurvidya; Hasbullah, M. Sairi; Handayani, Nur Budi; Pramono, Agus (14 Juli 2015). "Demography of Indonesia's Ethnicity (Table 4.38 The 145 Ethnic Groups: Indonesia, 2010)" (dalam bahasa Inggris). Institute of Southeast Asian Studies. Diakses tanggal 29 Agustus 2022. 
  2. ^ "UNESCO Interactive Atlas of the World's Languages in Danger" (dalam bahasa bahasa Inggris, Prancis, Spanyol, Rusia, and Tionghoa). UNESCO. 2011. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 April 2022. Diakses tanggal 26 Juni 2011. 
  3. ^ "UNESCO Atlas of the World's Languages in Danger" (PDF) (dalam bahasa Inggris). UNESCO. 2010. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 31 Mei 2022. Diakses tanggal 31 Mei 2022. 
  4. ^ a b adminfitk (2020-01-07). "Bahasa Arab di Indonesia". FITK (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2023-11-22. 
  5. ^ "RootsWeb's WorldConnect Project: Naqobatul Asyrof Al-Kubro". wc.rootsweb.ancestry.com. Diakses tanggal 2017-04-18. 
  6. ^ "Metode Pembelajaran Bahasa Asing Arab di Pondok Pesantren Modern". www.neliti.com. Diakses tanggal 9 Juli 2024. 
  7. ^ Suroiyah, Evi Nurus; Zakiyah, Dewi Anisatuz (2021-06-07). "Perkembangan Bahasa Arab di Indonesia". Muhadasah: Jurnal Pendidikan Bahasa Arab (dalam bahasa Inggris). 3 (1): 60–69. doi:10.51339/muhad.v3i1.302. ISSN 2721-9488. 
  8. ^ "Bahasa Arab Berperan Besar dalam Pengembangan Bahasa Indonesia". Universitas Padjadjaran. 2020-12-29. Diakses tanggal 2023-11-22. 
  9. ^ Indraswara, Mohammad Sahid; Hardiman, Gagoek; Rukayah, Siti; Firmandhani, Satriya W. (2022-04-13). "Karakteristik Kampung Arab di pesisir dan pedalaman (Kasus : Kampung Arab Pekojan, Pasar Kliwon Surakarta dan Sugihwaras Pekalongan)". Jurnal Planologi (dalam bahasa Inggris). 19 (1): 1–18. doi:10.30659/jpsa.v19i1.19767. ISSN 2615-5257. 
  10. ^ Rahman, Lina Aulia (2021). "Kebudayaan Masyarakat Keturunan Arab Di Jakarta, Studi Kasus di Kampung Arab Condet" (PDF). Program Studi Magister Kajian Timur Tengah dan Islam. Jakarta, Indonesia: Universitas Indonesia. Diakses tanggal 10 Juli 2024. 
  11. ^ a b Iqbal, M. "Pengaruh Bahasa Arab dan Penggunaanya di Indonesia". Ma'had Ali bin Abi Thalib. Bantul, Indonesia: Universitas Muhammadiyah Yogyakarta. Diakses tanggal 10 Juli 2024. 

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]