Digrafia
Digrafia adalah istilah sosiolinguistik yang diartikan sebagai penggunaan dua atau lebih aksara untuk satu bahasa yang sama.[1] Digrafia dapat dibagi menjadi dua, yaitu digrafia sinkronik dan digrafia diakronik. Digrafia sinkronik menggambarkan keadaan dua aksara yang digunakan secara berdampingan untuk satu bahasa tertentu, sedangkan digrafia diakronik menggambarkan keadaan penggantian sebuah aksara oleh aksara lainnya untuk suatu bahasa tertentu.[2]
Salah satu contoh digrafia paling umum adalah penggunaan bahasa Urdu (aksara Hijaiah) dan Hindi (aksara Dewanagari). Digrafia ini adalah digrafia sinkronik. Contoh-contoh digrafia sinkronik lainnya adalah:
- Bahasa Kazakh, ditulis menggunakan aksara Arab di bagian Xinjiang, aksara Kiril di Kazakhstan (yang akan diganti aksara Latin pada 2025)
- Bahasa Konkani, ditulis menggunakan Dewanagari, Kannada dan Latin
- Bahasa Punjabi, ditulis menggunakan Gurmukhi di Punjab dan Shahmukhi (aksara Arab) tanpa perbedaan ejaan apa pun
- Bahasa Serbia, ditulis menggunakan aksara Kiril dan Latin
Sementara itu, contoh digrafia diakronik adalah:
- Bahasa Kazakh, aksara Kiril ke Latin
- Bahasa Korea, dahulunya ditulis dengan aksara Cina kemudian berganti Hangul
- Bahasa Melayu, secara tradisional ditulis dengan aksara Jawi, kemudian digantikan oleh aksara Latin
- Bahasa Mongol, aksara Mongol, kemudian Phags-pa, kemudian Kiril
- Bahasa Turki, aksara Persia-Arab menjadi aksara Latin di 1928
- Bahasa Vietnam, dahulunya ditulis dengan aksara Han Nom, kemudian diganti aksara Latin Vietnam.
Digrafia memiliki andil dalam perencanaan bahasa, kebijakan bahasa dan ideologi bahasa.
Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ Dale, Ian R.H. (1980). "Digraphia". International Journal of the Sociology of Language. 26: 5–13. doi:10.1515/ijsl.1980.26.5.
- ^ Cheung, Yat-Shing (1992). "The form and meaning of digraphia: the case of Chinese". Dalam K. Bolton and H. Kwok. Sociolinguistics Today: International Perspectives. London: Routledge.