Dikumarol
Nama sistematis (IUPAC) | |
---|---|
3,3'-Metilenebis(4-hidroksi-2H-kromen-2-ona) | |
Data klinis | |
MedlinePlus | a605015 |
Kat. kehamilan | ? |
Status hukum | ? |
Data farmakokinetik | |
Ikatan protein | protein plasma |
Metabolisme | hati |
Ekskresi | feses, urin |
Pengenal | |
Nomor CAS | 66-76-2 |
Kode ATC | B01AA01 |
PubChem | CID 653 |
Ligan IUPHAR | 6808 |
DrugBank | DB00266 |
ChemSpider | 10183330 |
UNII | 7QID3E7BG7 |
KEGG | D03798 |
ChEBI | CHEBI:4513 |
ChEMBL | CHEMBL1466 |
NIAID ChemDB | AIDSNO:016070 |
Data kimia | |
Rumus | C19H12O6 |
|
Dikumarol adalah obat antikoagulan alami yang menguras simpanan vitamin K (mirip dengan warfarin, obat yang terinspirasi oleh dikumarol). Obat ini juga digunakan dalam eksperimen biokimia sebagai penghambat reduktase.
Dikumarol adalah zat kimia alami yang berasal dari gabungan tumbuhan dan fungi. Obat ini merupakan turunan kumarin, zat yang rasanya pahit tetapi berbau manis yang dibuat oleh tumbuhan yang tidak memengaruhi koagulasi, tetapi (secara klasik) diubah dalam pakan berkapang atau silase oleh sejumlah spesies fungi, menjadi dikumarol aktif. Dikumarol memengaruhi koagulasi, dan ditemukan dalam gagaton sweet clover basah yang berkapang, sebagai penyebab penyakit pendarahan alami pada sapi.[1] Lihat warfarin untuk sejarah penemuan yang lebih rinci.
Dikumarol diidentifikasi pada tahun 1940, dan menjadi prototipe kelas obat antikoagulan 4-hidroksikumarin. Dikumarol sendiri untuk waktu yang singkat digunakan sebagai obat antikoagulan, tetapi sejak pertengahan 1950-an telah digantikan oleh turunannya yang lebih sederhana, yakni warfarin dan obat 4-hidroksikumarin lainnya.
Dikumarol diberikan secara oral, dan bekerja dalam waktu dua hari.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Dikumarol diisolasi oleh laboratorium Karl Link di University of Wisconsin, enam tahun setelah seorang petani membawa seekor sapi mati dan sekaleng susu berisi darah yang tidak menggumpal ke stasiun penyuluhan pertanian di universitas tersebut. Sapi tersebut mati karena pendarahan internal setelah memakan gagaton sweet clover yang berkapang; wabah kematian semacam itu mulai terjadi pada tahun 1920-an selama Depresi Besar karena petani tidak mampu menyia-nyiakan jerami yang sudah rusak. Pekerjaan Link mengarah pada pengembangan racun tikus warfarin dan kemudian pada antikoagulan yang masih digunakan secara klinis hingga saat ini.[2]
Kegunaan
[sunting | sunting sumber]Dikumarol digunakan bersama dengan heparin untuk pengobatan trombosis vena dalam. Tidak seperti heparin, golongan obat ini dapat digunakan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun.
Mekanisme kerja
[sunting | sunting sumber]Seperti semua obat golongan 4-hidroksikumarin, obat ini merupakan penghambat kompetitif vitamin K epoksida reduktase, enzim yang mendaur ulang vitamin K, sehingga menyebabkan penipisan vitamin K aktif dalam darah. Hal ini mencegah pembentukan bentuk aktif protrombin dan beberapa enzim koagulan lainnya. Senyawa-senyawa ini bukan antagonis Vitamin K secara langsung—seperti dalam penggunaan farmasi—tetapi justru mendorong penipisan vitamin K dalam jaringan tubuh yang memungkinkan mekanisme kerja vitamin K sebagai obat ampuh untuk toksisitas dikumarol. Mekanisme kerja Vitamin K beserta toksisitas dikumarol diukur dengan tes darah waktu protrombin (PT).
Overdosis
[sunting | sunting sumber]Overdosis dapat menyebabkan perdarahan yang tidak terkontrol dan terkadang berakibat fatal.[3]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Kresge N, Simoni RD, Hill RL (February 2005). "Hemorrhagic sweet clover disease, dicumarol, and warfarin: the work of Karl Paul Link". Journal of Biological Chemistry. 280 (8): e6–e7. doi:10.1016/S0021-9258(19)62862-0 .
- ^ Wardrop D, Keeling D (June 2008). "The story of the discovery of heparin and warfarin". British Journal of Haematology. 141 (6): 757–763. doi:10.1111/j.1365-2141.2008.07119.x . PMID 18355382.
- ^ Duff IF, Shull WH (March 1949). "Fatal hemorrhage in dicumarol poisoning; with report of necropsy". Journal of the American Medical Association. 139 (12): 762–766. doi:10.1001/jama.1949.02900290008003. PMID 18112552.
Bacaan lebih lanjut
[sunting | sunting sumber]- Cullen JJ, Hinkhouse MM, Grady M, Gaut AW, Liu J, Zhang YP, et al. (September 2003). "Dicumarol inhibition of NADPH:quinone oxidoreductase induces growth inhibition of pancreatic cancer via a superoxide-mediated mechanism". Cancer Research. 63 (17): 5513–5520. PMID 14500388.
- Mironov AA, Colanzi A, Polishchuk RS, Beznoussenko GV, Mironov AA, Fusella A, et al. (July 2004). "Dicumarol, an inhibitor of ADP-ribosylation of CtBP3/BARS, fragments golgi non-compact tubular zones and inhibits intra-golgi transport". European Journal of Cell Biology. 83 (6): 263–279. doi:10.1078/0171-9335-00377. PMID 15511084.
- Abdelmohsen K, Stuhlmann D, Daubrawa F, Klotz LO (February 2005). "Dicumarol is a potent reversible inhibitor of gap junctional intercellular communication". Archives of Biochemistry and Biophysics. 434 (2): 241–247. doi:10.1016/j.abb.2004.11.002. PMID 15639223.
- Thanos CG, Liu Z, Reineke J, Edwards E, Mathiowitz E (July 2003). "Improving relative bioavailability of dicumarol by reducing particle size and adding the adhesive poly(fumaric-co-sebacic) anhydride". Pharmaceutical Research. 20 (7): 1093–1100. doi:10.1023/A:1024474609667. PMID 12880296. ]