Dina Wadia
Dina Wadia | |
---|---|
Lahir | London, Britania Raya | 15 Agustus 1919
Meninggal | 2 November 2017 New York City, New York, Amerika Serikat | (umur 98)
Suami/istri | Neville Wadia |
Anak | Nusli Wadia |
Orang tua | Muhammad Ali Jinnah Rattanbai Petit |
Keluarga | Keluarga Jinnah (melalui kelahiran) Keluarga Wadia (melalui pernikahan) |
Dina Wadia (lahir sebagai Dina Jinnah; 15 Agustus 1919 – 2 November 2017) adalah putri dan anak tunggal pendiri Pakistan, Muhammad Ali Jinnah dan istrinya Rattanbai Petit. Ayahnya adalah bagian dari keluarga Jinnah, sementara ibunya adalah anggota baronet Petit.[1][2][3] Melalui pernikahannya dengan Neville Wadia, ia masuk keluarga Wadia.
Kehidupan awal dan latar belakang
[sunting | sunting sumber]Wadia lahir di London tak lama setelah tengah malam pada pagi 15 Auustus 1919 dari pasangan pendiri Pakistan, Muhammad Ali Jinnah (yang secara tak resmi dikenal sebagai "Jinnah"), dan istri keduanya Rattanbai Petit.
Kakek buyut pihak ayah Dina, Premjibhai “Meghji” Thakkar, adalah seorang Hindu berkasta Lohana, yang berpindah ke agama Islam, dan menjadi Syiah Khoja, pada abad ke-19. Sementara itu, kakek-nenek pihak ibunya adalah orang Parsi, yang berpisah dengan ibunya, Rattanbai, saat ia menikah dengan Jinnah dan berpindah ke Islam.[4] Kakek-nenek pihak ayahnya berasal dari Gujarat, yang berpindah ke Karachi untuk berbisnis pada pertengahan 1870an, dimana ayahnya, Jinnah lahir.[4] Ayahnya, Jinnah, dan bibinya, Fatima, merupakan figur paling penting dan menonjol di Pakistan, yang memulai gerakan Pakistan.[1] Perjuangan Jinnah untuk umat Muslim kemudian berujung pada pembentukan Pakistan pada 1947. Jinnah menjadi pendiri serta Gubernur Jenderal Pakistan pertama.[3][3] Jinnah dan Fatima masing-masing digelari "Bapak Bangsa" dan "Ibu Bangsa".[2][5]
Bibi Dina, Fatima Jinnah, adalah figur penting dalam pendirian Pakistan. Ibunya, Rattanbai, lahir dalam dua keluarga Parsi kelas elit di India, baronet Petit dan keluarga Tata.[6][7] Dari Petit, kakek buyutnya, Dinshaw Maneckji Petit, adalah baronet pertama Petit dan pendiri pabrik kapas pertama di India.[8] Sementara, dari Tata, kakek buyutnya, Ratanji Dadabhoy Tata, dan saudara kakeknya, Jehangir Tata, adalah ketua Tata Group.[9] Nenek buyutnya, Suzanne Brière, adalah wanita pertama di India yang mengendarai sebuah mobil. Istri pertama Jinnah, Emibai Jinnah, adalah ibu tirinya.[2][5]
Setelah Rattanbai meninggal, Fatima tinggal dengan Jinnah, dan membesarkan kemenakannya, Dina.[6][7] Jinnah membesarkan putrinya sebagai seorang Muslim.[4] Menurut supir Jinnah, Bradbury, Jinnah berkata kepada saudarinya, Fatima, "untuk mengajari kemenakannya, Dina tentang Islam dan Kitab Suci al-Qur'an".[10]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b Biography of Muhammad Ali Jinnah
- ^ a b c The story of Pakistan
- ^ a b c Gujrats gifts to India and Pakistan
- ^ a b c "Muslim law doesn't apply to Jinnah, says daughter". Indian Express. October 14, 2008.
- ^ a b Guriro, Amar (30 June 2009). "Aslam Jinnah's claim of being Quaid's family disputed". Daily Times. Diakses tanggal 11 September 2012.
- ^ a b "Closed fist worth millions". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2016-06-24. Diakses tanggal 2016-11-07.
- ^ a b Dr. Babasaheb Ambedkar, Writings and Speeches, Volume 17, Issue 2, Education Department, Government of Maharashtra, 2003, p. 339
- ^ Business baron Nusli Wadia attends to his ailing mother
- ^ The truth about Aslam Jinnah, Dawn, Liaquat Merchant, (the grandson of Maryam Bai, one of Quaid-e-Azam’s sisters), JUL 10, 2009
- ^ "Jinnah & Islam" - Mr. Qutbuddin Aziz quoting Bradbury who had been chauffeur during his London years (1930-35)
Bacaan tambahan
[sunting | sunting sumber]- Chagla, M. C. Individual and the State, Asia Publishing House, 1961
- Wolpert, Stanley Jinnah of Pakistan, Oxford University Press, 1984, ISBN 0-614-21694-X
- Ahmed, Akbar S. Jinnah, Pakistan and Islamic Identity: The Search for Saladin, Routledge, 1997, ISBN 0-415-14966-5