Kekaisaran Maurya
Kekaisaran Maurya | |||||||||||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
322 SM–185 SM | |||||||||||||||||
Bendera | |||||||||||||||||
Dinasti Maurya pada keemasannya di bawah kepemimpinan Asoka yang Agung | |||||||||||||||||
Ibu kota | Pataliputra | ||||||||||||||||
Bahasa yang umum digunakan | Indo-Arya (Sanskrit, Prakrit) | ||||||||||||||||
Agama | Hindu Buddha Jainisme | ||||||||||||||||
Pemerintahan | Monarki absolut, sebagaimana diperihalkan dalam karya Arthashastra | ||||||||||||||||
Samraat (Kaisar) | |||||||||||||||||
• 320–298 SM | Chandragupta Maurya | ||||||||||||||||
• 187–180 SM | Brihadratha Maurya | ||||||||||||||||
Era Sejarah | Era kuno | ||||||||||||||||
• Didirikan | 322 SM | ||||||||||||||||
• Dibubarkan | 185 SM | ||||||||||||||||
Mata uang | Pana | ||||||||||||||||
| |||||||||||||||||
Kekaisaran Maurya diperintah oleh Dinasti Maurya yang didirikan oleh Candragupta di Pataliputra (sekarang disebut Patna) di Magadha, India Timur Laut. Pada 322 SM, Candragupta naik tahta, sebagai hasil dari kudeta yang dipimpinnya melawan dinasti Nanda. Pada masa pemerintahan Candragupta, merupakan awal persinggungan antara India dengan bangsa asing, tepatnya kekaisaran Makedonia yang dipimpin oleh Aleksander Agung. Peristiwa ini berlangsung 2 tahun sebelum Candragupta naik tahta. Kedatangan Makedonia selain dengan maksud politis, juga dengan maksud menyebarkan kebudayaan barat ke timur. Pasca ekspansi bangsa barat adalah kemunculan budaya hellenisme, yakni perpaduan antara budaya timur dengan budaya barat (helenis: Yunani, yang sedang berkembang saat itu).
Candragupta naik tahta beberapa saat pasca kematian Aleksander Agung. Ia berhasil menguasai daerah yang sebelumnya dikuasai oleh Makedonia, dan bahkan berhasil menjalin hubungan dengan musuh Aleksander Agung, Seloukos Nikator (penguasa Yunani di Asia Barat) yang kemudian banyak membantu Candragupta dalam menuliskan sejarah India.
Di bawah Maurya, perdagangan pertanian, dan kegiatan ekonomi berkembang di seluruh Asia Selatan karena terciptanya sistem keuangan, administrasi, dan keamanan yang tunggal dan efisien. Maurya membangun prekursor Grand Trunk Road dari Patliputra ke Taxila. Penyebaran agama Buddha hingga ke Sri Lanka, India barat laut, dan Asia Tengah.[1]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Pendirian
[sunting | sunting sumber]Sebelum Kekaisaran Maurya berdiri, Dinasti Nanda telah menguasai sebagian besar anak benua India. Mulanya pasukan Candragupta tidak berhasil menyerang ibu kota Nanda, Pataliputra. Candragupta dan Chanakya kemudian memulai kampanye di perbatasan Nanda, secara bertahap menaklukkan berbagai wilayah dalam perjalanan mereka ke ibu kota Nanda. Ia kemudian menyempurnakan strateginya dengan mendirikan garnisun di wilayah taklukan, dan akhirnya mengepung ibu kota Nanda, Pataliputra. Di sana Dhana Nanda menerima kekalahan, Dengan kekalahan Nanda, Candragupta Maurya mendirikan Kekaisaran Maurya.[2]
Kekaisaran Maurya didirikan di wilayah Magadha, di bawah kepemimpinan Candragupta Maurya dan mentornya Chanakya. Candragupta dibawa ke Taxila oleh Chanakya dan diajari tentang tata negara dan pemerintahan. Candragupta merekrut tentara dan mencaplok daerah militer seperti Yaudheya yang telah melawan Aleksander Agung dari Makedonia. Tentara Maurya dengan cepat menjadi kekuatan regional terkemuka di Barat Laut anak benua India. Tentara Maurya kemudian menaklukkan satrap yang didirikan oleh orang Makedonia.[3]
Setelah kematian Aleksander Agung pada 323 SM, Candragupta memimpin serangkaian kampanye pada 305 SM untuk mengambil alih satrap di Lembah Indus dan India barat laut. Ketika pasukan Aleksander yang tersisa dikalahkan, mundur ke barat, Seleukus I Nicator berjuang untuk mempertahankan wilayah ini. Menyebabkan Perang Seleukia-Maurya, meskipun dimenangkan oleh Maurya, kedua penguasa memilih perjanjian damai pada 303 SM, termasuk aliansi perkawinan. Berdasarkan persyaratannya, Chandragupta menerima satrap Paropamisadae (Kamboja dan Gandhara) dan Arachosia (Kandahar) dan Gedrosia (Balochistan). Seleukus I menerima 500 gajah perang yang memiliki peran penting dalam kemenangannya melawan raja-raja Helenistik barat pada Pertempuran Ipsus pada tahun 301 SM. Hubungan diplomatik terjalin dan beberapa orang Yunani, seperti sejarawan Megasthenes, Deimakos dan Dionysius tinggal di istana Maurya.[4][5]
Puncak Kejayaan
[sunting | sunting sumber]Kekaisaran Maurya mencapai puncak kejayaan di era Asoka yang Agung. Di masa mudanya, dirinya adalah panglima yang menumpas pemberontakan di Ujjain dan Takshashila. Memimpin invasi ke Baktria, Skithia, Kushan, dan Hun Putih di Barat daya dan Utara India, dan menaklukan Dekkan yang dikuasai orang Andhra. Ia dikenal sebagai penguasa yang ambisius dan agresif, terutama untuk menaklukan Kalingga. Hingga terjadilah Perang Kalingga 262-261 SM, salah satu pertempuran terbesar dan paling mematikan dalam sejarah India.[6]
Perang ini pula yang mengubah pendirian Asoka, dan memeluk Buddha usai penaklukan Kalingga. Setelahnya agama Buddha menjadi agama resmi negara, dan mengirim para biksu ke penjuru wilayah Maurya, Sri Lanka hingga Asia Tengah. Maklumat-maklumat Asoka yang di tulis Pilar besi yang tersebar di seluruh anak benua India, didirikan atau setidaknya bertuliskan dekrit oleh kaisar Maurya, Asoka.[7]
Dekrit Asoka menyatakan kebijakan dan pencapaiannya. Meskipun sebagian besar ditulis dalam bahasa Prakerta, dua di antaranya ditulis dalam bahasa Yunani, dan satu dalam bahasa Yunani dan Aram. Dekrit tersebut secara tepat menyebutkan masing-masing penguasa Yunani kuno pada saat itu seperti Amtiyoko (Antiokhos), Tulamaya (Ptolemy), Amtikini (Antigonos), Maka (Magas) dan Alikasudaro (Aleksander) sebagai penerima dakwah Asoka.
Daftar Penguasa Maurya
[sunting | sunting sumber]Penguasa | Tahun Memerintah | Catatan | |
---|---|---|---|
Candragupta Maurya | 322–297 SM | Pendiri kekaisaran, menyatukan India. | |
Bindusara Amitraghata | 297–273 SM | Dikenal karena ahli diplomasi dan meredam pemberontakan Vidarbh. | |
Asoka-Wardhana | 268–232 SM | Sangat mungkin menjadi Raja muda, ketika ayahnya (Bindusara) masih berkuasa. Kaisar terbesar Maurya, dikenal atas kemenangan dalam Perang Kalingga. Putra Mahkota Kunala dibutakan dan meninggal sebelum dirinya. Asoka digantikan oleh cucunya. | |
Dasharatha Maurya | 232–224 SM | Cucu Asoka. | |
Samprati | 224–215 SM | Cucu Asoka, Saudara Dasharatha. | |
Shalishuka | 215–202 SM | ||
Devavarman | 202–195 SM | ||
Shatadhanvan | 195–187 SM | Kekaisaran telah melemah dan menyusut pada masa pemerintahannya. | |
Brihadratha | 187–184 SM | Dibunuh oleh Panglima perangnya Pushyamitra, pendiri Dinasti Sunga pada 185 SM. |
Menurut kitab Wisnu Purana, jumlah raja-raja Dinasti Maurya ada sepuluh dan memerintah selama 137 tahun:
- Candragupta (322–297 SM)
- Bindusara (297–268 SM)
- Asoka-Wardhana (268–232 SM)
- Suyasha (232)
- Dasaratha (232–224 SM)
- Sanggata / Samprati (224–215 SM)
- Salisuka (215–202 SM)
- Somasarman / Devavarman (202–195 SM)
- Sasadharman / Shatadhanvan (195–187 SM)
- Brihadratha (187–180 SM)
Nama-nama ini kadang kala agak berbeda-beda ejaannya.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Kulke, Hermann; Rothermund, Dietmar (2004-08-26). "A History of India": 67. doi:10.4324/9780203391266.
- ^ Davis, Donald R.; Ludden, David; Robb, Peter (2003-10). "India and South Asia: A Short History". Journal of the American Oriental Society. 123 (4): 28–30. doi:10.2307/3590003. ISSN 0003-0279.
- ^ Riepe, Dale; Mookerji, Radha Kumud (1966-07). "Glimpses of Ancient India". Philosophy East and West. 16 (3/4): 31. doi:10.2307/1397547. ISSN 0031-8221.
- ^ Talwar, Deepak; Nair, Vidya; Prajapat, Deepak (2016). "Sarcoidosis and multiple myeloma: Concurrent presentation of an unusual association". Lung India. 33 (1): 75. doi:10.4103/0970-2113.173068. ISSN 0970-2113.
- ^ Bhattacharya, Sabyasachi (2012-02-01). Rethinking Indian Civilization. Oxford University Press. hlm. 118–162.
- ^ Company., Rand McNally and (2009), Rand McNally world atlas., hlm. 116-117, ISBN 978-0-528-96581-4, OCLC 318585957, diakses tanggal 2022-10-31
- ^ Süssmilch, Johann Peter (1967-04). "Von der Geschwindigkeit der Vermehrung und von der Zeit der Verdoppelung". Blätter der DGVFM. 8 (2): 199–227. doi:10.1007/bf02809353. ISSN 0012-0200.