Direktorat Jenderal Penanggulangan Penyakit
Tampilan
(Dialihkan dari Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit)
Direktorat Jenderal Penanggulangan Penyakit Kementerian Kesehatan Republik Indonesia | |
---|---|
Gambaran umum | |
Nomenklatur sebelumnya | Direktorat Jenderal Pencegahan dan Pengendalian Penyakit |
Bidang tugas | Menyelenggarakan Perumusan dan Pelaksanaan Kebijakan di Bidang Penanggulangan Penyakit |
Susunan organisasi | |
Direktur Jenderal | Dr. dr. Maxi Rein Rondonuwu, DHSM., MARS |
Sekretaris Direktorat Jenderal | dr. Yudhi Pramono, MARS |
Direktur Surveilans dan Karantina Kesehatan | dr. Achmad Farchanny, MKM |
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Menular | dr. Imran Pambudi, MPHM |
Direktur Pengelolaan Imunisasi | dr. Prima Yosephine Berliana Tumiur Hutapea, MKM |
Direktur Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular | dr. Eva Susanti, S.Kp., M.Kes |
Direktur Penyehatan Lingkungan | dr. Anas Ma'ruf, M.K.M. |
Kantor pusat | |
Jalan HR Rasuna Said Blok X5 Kav 4-9. Kuningan - Jakarta Selatan. | |
Situs web | |
http://p2p.kemkes.go.id/ |
Direktorat Jenderal Penanggulangan Penyakit adalah unsur pelaksana di lingkungan Kementerian Kesehatan Republik Indonesia yang bertugas menyelenggarakan perumusan dan pelaksanaan kebijakan di bidang penanggulangan penyakit sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.[1]
Fungsi
[sunting | sunting sumber]Dalam menjalankan tugasnya, Direktorat Jenderal Penanggulangan Penyakit antara lain menyelenggarakan fungsi:[1]
- perumusan kebijakan di bidang surveilans epidemiologi dan karantina, dan pencegahan dan pengendalian penyakit menular, penyakit tular vektor, penyakit zoonotik, dan penyakit tidak menular, serta upaya kesehatan jiwa dan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA);
- pelaksanaan kebijakan di bidang surveilans epidemiologi dan karantina, dan pencegahan dan pengendalian penyakit menular, penyakit tular vektor, penyakit zoonotik, dan penyakit tidak menular, serta upaya kesehatan jiwa dan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA);
- penyusunan norma, standar, prosedur, dan kriteria di bidang surveilans epidemiologi dan karantina, dan pencegahan dan pengendalian penyakit menular, penyakit tular vektor, penyakit zoonotik, dan penyakit tidak menular, serta upaya kesehatan jiwa dan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA);
- pemberian bimbingan teknis dan supervisi di bidang surveilans epidemiologi dan karantina, dan pencegahan dan pengendalian penyakit menular, penyakit tular vektor, penyakit zoonotik, dan penyakit tidak menular, serta upaya kesehatan jiwa dan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA);
- pelaksanaan evaluasi dan pelaporan di bidang surveilans epidemiologi dan karantina, dan pencegahan dan pengendalian penyakit menular, penyakit tular vektor, penyakit zoonotik, dan penyakit tidak menular, serta upaya kesehatan jiwa dan Narkotika, Psikotropika, dan Zat Adiktif Lainnya (NAPZA);
Unit pelaksana teknis
[sunting | sunting sumber]Untuk mendukung pelaksanaan tugasnya, direktorat jenderal ini memiliki sejumlah Balai (Besar) Kekarantinaan Kesehatan (B/BKK) dan Loka Kekarantinaan Kesehatan (LKK) sebagai berikut:[2]
Nama | Kelas | Lokasi |
---|---|---|
BBKK Batam | - | Kepulauan Riau |
BBKK Denpasar | Bali | |
BBKK Makassar | Sulawesi Selatan | |
BBKK Medan | Sumatera Utara | |
BBKK Tanjung Priok | DKI Jakarta | |
BBKK Soekarno-Hatta | Banten | |
BBKK Surabaya | Jawa Timur | |
BKK Pontianak | I | Kalimantan Barat |
BKK Semarang | Jawa Tengah | |
BKK Cilacap | ||
BKK Panjang | Lampung | |
BKK Balikpapan | Kalimantan Timur | |
BKK Samarinda | ||
BKK Bandung | Jawa Barat | |
BKK Tanjung Balai Karimun | Kepulauan Riau | |
BKK Tanjung Pinang | ||
BKK Palembang | Sumatera Selatan | |
BKK Kupang | Nusa Tenggara Timur | |
BKK Ambon | Maluku | |
BKK Banjarmasin | Kalimantan Selatan | |
BKK Mataram | Nusa Tenggara Barat | |
BKK Probolinggo | Jawa Timur | |
BKK Manado | Sulawesi Utara | |
BKK Tarakan | Kalimantan Utara | |
BKK Banten | Banten | |
BKK Aceh | Aceh | |
BKK Jayapura | Papua | |
BKK Gorontalo | Gorontalo | |
BKK Kendari | Sulawesi Tenggara | |
BKK Dumai | Riau | |
BKK Pekanbaru | ||
BKK Ternate | Maluku Utara | |
BKK Padang | Sumatera Barat | |
BKK Jambi | II | Jambi |
BKK Bengkulu | Bengkulu | |
BKK Bitung | Sulawesi Utara | |
BKK Pangkal Pinang | Kepulauan Bangka Belitung | |
BKK Sorong | Papua Barat Daya | |
BKK Biak | Papua | |
BKK Poso | Sulawesi Tengah | |
BKK Palu | ||
BKK Yogyakarta | Daerah Istimewa Yogyakarta | |
BKK Palangkaraya | Kalimantan Tengah | |
BKK Sampit | ||
BKK Sabang | Aceh | |
BKK Lhokseumawe | ||
BKK Merauke | Papua Selatan | |
BKK Tembilahan | Riau | |
BKK Manokwari | Papua Barat | |
LKK Entikong | - | Kalimantan Barat |
LKK Labuan Bajo | Nusa Tenggara Timur |
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b "Peraturan Presiden Nomor 35 Tahun 2015 tentang Kementerian Kesehatan" (PDF). Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2015-05-28. Diakses tanggal 2015-10-09.
- ^ "Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 10 Tahun 2023" (PDF). Badan Pemeriksa Keuangan RI. Diakses tanggal 17 November 2024.