Distosia bahu
Distosia bahu | |
---|---|
Tindakan penekanan area suprapubic dilakukan untuk menangani kondisi distosia bahu | |
Informasi umum | |
Spesialisasi | Obstetri |
Faktor risiko | Diabetes gestasional, sebelumnya ibu pernah mengalami kondisi serupa, proses kelahiran vaginal melalui operasi, obesitas ibu, ukuran kepala bayi terlalu besar, dan bius epidural[1] |
Aspek klinis | |
Gejala dan tanda | Retraction of the babies head back into the vagina[2] |
Komplikasi | Bayi mengalami cidera bahu, patah tulang selangka, robek vagina atau area pireneal, perdarahan post partum[3] |
Diagnosis | Tubuh bayi gagal keluar dalam waktu 1 menit setelah kepala muncul[1] |
Perawatan | Ibu diminta mendorong kaki ke arah luar dan atas, mendorong perut bawah sedikit di atas tulang pubis, memutar bahu bayi secara manual, dan meminta ibu mengambil pose merangkak[3][1] |
Prevalensi | ~ Sekitar 1 persen dari kelahiran melalui vagina[1] |
Distosia bahu adalah kondisi bayi terhalang proses lahirnya melalui vagina, saat bahu bayi terhalang oleh tulang pubis ibu[4][5]. Salah satu gejalanya adalah kepala bayi masuk kembali ke dalam vagina, yang dikenal dengan kondisi "gejala kura-kura"[2]. Komplikasi bisa terjadi dalam bentuk cidera brachial plexus (rangkaian gerak di sekitar bahu, termasuk otot, syaraf, sendi, dan tulang), atau patah tulang selangka yang dialami bayi[1][6]. Sementara ibu bisa mengalami robek vagina atau perineal, perdarahan post partum, atau pecah atau robeknya rahim.[3][7].
Kondisi ini digolongkan kedaruratan obstetri, yang berarti bisa mengancam jiwa ibu maupun anak.[8][9] Upaya mengatasi kondisi ini termasuk di antaranya adalah: ibu diminta untuk mendorong kakinya ke arah luar dan atas, tenaga kesehatan mendorong perut bawah, sedikit di atas tulang pubis, atau melakukan Episiotomi.[8] Jika cara-cara ini tidak juga berhasil, maka dilakukan usaha secara manual untuk memutar bahu bayi atau ibu diminta mengambil pose merangkak bisa dicoba. Distosia bahu terjadi di sekitar 0.4% sampai 1.4% kelahiran melalui vagina.[10] Meskipuan digolongkan kedaruratan obstetri, namun realitanya kematian akibat kondisi ini sangat jarang terjadi.[11]
Faktor risiko yang menyertai kondisi ini diabetes gestasional, sebelumnya pernah mengalami kondisi ini, operasi melahirkan melalui vagina, obesitas ibu, ukuran bayi terlalu besar, dan bius epidural.[12] Diagnosa terhadap kondisi ini ditegakkan begitu badan bayi tidak kunjung keluar dalam satu menit sejak kepala bayi keluar.[12] Kondisi ini digolongkan sebagai proses melahirkan yang terhalangi (obstructed labour).[13]
Gejala
[sunting | sunting sumber]Salah satu karakter yang muncul, walau sebenarnya jarang, adalah gejala kura-kura. Dalam kondisi ini, kepala bayi masuk kembali ke dalam vagina setelah sempat keluar, mirip dengan gerakan kura-kura yang memasukkan kepalanya ke dalam tempurung saat merasa terancam. Muka bayi juga terlihat merah dan membengkak.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c d e Dahlke, JD; Bhalwal, A; Chauhan, SP (June 2017). "Obstetric Emergencies: Shoulder Dystocia and Postpartum Hemorrhage". Obstetrics and Gynecology Clinics of North America. 44 (2): 231–243. doi:10.1016/j.ogc.2017.02.003. PMID 28499533.
- ^ a b Gherman, Robert B.; Gonik, Bernard (2009). "Shoulder Dystocia". The Global Library of Women's Medicine. doi:10.3843/GLOWM.10137.
- ^ a b c "Shoulder dystocia" (PDF). Royal College of Obstetricians and Gynaecologists. 2013. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 24 October 2020. Diakses tanggal 3 October 2018.
- ^ "Shoulder dystocia" (PDF). Royal College of Obstetricians and Gynaecologists. 2013. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 24 October 2020. Diakses tanggal 3 October 2018.
- ^ Gherman, Robert B.; Gonik, Bernard (2009). "Shoulder Dystocia". The Global Library of Women's Medicine. doi:10.3843/GLOWM.10137.
- ^ Gherman, Robert B.; Gonik, Bernard (2009). "Shoulder Dystocia". The Global Library of Women's Medicine. doi:10.3843/GLOWM.10137.
- ^ Gherman, Robert B.; Gonik, Bernard (2009). "Shoulder Dystocia". The Global Library of Women's Medicine. doi:10.3843/GLOWM.10137.
- ^ a b "Shoulder dystocia" (PDF). Royal College of Obstetricians and Gynaecologists. 2013. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 24 October 2020. Diakses tanggal 3 October 2018.
- ^ Isabella, CM, dkk (2023-01). "KEGAWATDARURATAN MATERNAL DAN NEONATAL" (PDF). repositori.widyagamahusada.ac.id.
- ^ Dahlke, JD; Bhalwal, A; Chauhan, SP (June 2017). "Obstetric Emergencies: Shoulder Dystocia and Postpartum Hemorrhage". Obstetrics and Gynecology Clinics of North America. 44 (2): 231–243. doi:10.1016/j.ogc.2017.02.003. PMID 28499533.
- ^ Gherman, Robert B.; Gonik, Bernard (2009). "Shoulder Dystocia". The Global Library of Women's Medicine. doi:10.3843/GLOWM.10137.
- ^ a b Dahlke, JD; Bhalwal, A; Chauhan, SP (June 2017). "Obstetric Emergencies: Shoulder Dystocia and Postpartum Hemorrhage". Obstetrics and Gynecology Clinics of North America. 44 (2): 231–243. doi:10.1016/j.ogc.2017.02.003. PMID 28499533.
- ^ Buck, Carol J. (2016). 2017 ICD-10-CM Standard Edition - E-Book (dalam bahasa Inggris). Elsevier Health Sciences. hlm. 108. ISBN 9780323484572. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-04-30. Diakses tanggal 2018-10-03.