Djaka Lodang
Pemimpin Redaksi | Kuswinarni |
---|---|
Staf penulis | Suhindriyo, Tatiek Poerwa Kalingga (per Maret 2023) |
Frekuensi | Mingguan, setiap hari Sabtu |
Pendiri | Kusfandi Abdullah Purwodarsono |
Terbitan pertama | 1 Juni 1970 |
Perusahaan | Yayasan Kartika Cakti (1971–1986) PT Djaka Lodang Pers (1986–sekarang) |
Negara | Indonesia |
Berpusat di | Yogyakarta |
Bahasa | Bahasa Jawa |
Situs web | djakalodang |
Djaka Lodang adalah majalah mingguan berbahasa Jawa yang terbit di Yogyakarta sejak 1 Juni 1971.[1]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Kelahiran Djaka Lodang berkaitan erat dengan bangkrutnya Kembang Brajan, koran mingguan berbahasa Jawa yang terbit di Yogyakarta antara 1968 hingga awal 1971.[2] Abdullah Purwodarsono, salah seorang jurnalis koran tersebut, lantas memutuskan untuk menerbitkan media massa sendiri lewat Yayasan Kartika Cakti yang didirikannya bersama pengusaha percetakan Kusfandi pada April 1971.[3]
Untuk memudahkan pemasaran, majalah ini awalnya hendak dinamai Sum Kuning, merujuk pada korban pemerkosaan yang menggegerkan Indonesia pada penghujung 1970, namun dibatalkan karena alasan kemanusiaan. Nama Djaka Lodang lantas dipilih, meminjam judul salah satu karya pujangga besar Jawa abad 19 Ranggawarsita.[3]
Djaka Lodang awalnya terbit dalam bentuk koran ukuran lebar sepanjang 4 halaman. Lalu berganti jadi tabloid 8 halaman sejak Oktober 1976. Selang setahun, pada Juni 1977, kembali ke bentuk koran. Baru pada akhir 1978 ia terbit sebagai majalah.[4]
Masa keemasan majalah ini terjadi pada pertengahan 1980-an hingga awal 1990-an dengan tiras mencapai 20.000 eksemplar.[5] Ini bersamaan dengan kejayaan judi Sumbangan Olahraga Berhadiah dan rubrik ramalan nasib dalam majalah ini dianggap manjur menebak angka kemenangan.[3]
Isi
[sunting | sunting sumber]Sebagian besar isi Djaka Lodang merupakan naskah kiriman pembaca. Salah satu rubrik andalannya adalah Jagading Lelembut yang memuat cerita misteri perjumpaan dengan makhluk gaib.[6]
Selain itu, rubrik lain majalah ini antaranya:
- Sumrawus (tajuk rencana)
- Nasib Panjenengan (ramalan nasib)
- Crita Cekak (cerita pendek)
- Crita Rakyat (cerita rakyat)
- Crita Sambung (cerita bersambung)
- Liputan
- Oh Lelakon
- Pengalamanku
- Geguritan
- Warta Ringkes (berita pendek)
- Kraton
- Napak Tilas (ziarah)
- Padhalangan (cerita wayang)
- Macapat
- Tosan Aji (perkerisan)
- Wiranom (profil muda berprestasi)
- Pawiyatan (liputan pendidikan)
- Pribadi Binuka (profil tokoh)
- Panggung (profil seniman)
- Tintingan Buku (resensi)
- Banyumasan (rubrik berbahasa Jawa Banyumasan)
- Semarangan (rubrik berbahasa Jawa Semarang)
Penghargaan
[sunting | sunting sumber]Tahun | Penghargaan | Kategori | Penerima |
---|---|---|---|
2017 | Hadiah Sastra Rancagé | Jasa dalam Sastra Jawa | Abdullah Purwodarsono[7] |
2014 | Penghargaan Pelestari dan Penggiat Budaya D.I. Yogyakarta | Lembaga Pelestari Adat dan Tradisi | Majalah Djaka Lodang[8] |
Lihat juga
[sunting | sunting sumber]Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ Soeharno, A; Riyadi, Slamet; Sabaryanto, Dirgo; Suwadji (1990). Pemakaian Bahasa Jawa dalam Media Massa Cetak (PDF). Jakarta: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. hlm. 72.
- ^ Quinn, George (2021). The Novel in Javanese (dalam bahasa Inggris). Leiden: KITLV Press. hlm. 34. ISBN 978-90-04-48988-2.
- ^ a b c Iswinarno, Chandra; Rahmayunita, Husna (3 Desember 2019). "Djaka Lodang: Jaya pada Era Kode Buntut, Menolak Punah di Zaman Pancaroba". Suara.com.
- ^ Prabowo, Dhanu Priyo; Ratnawati, V. Risti; Rijanto (2013). Antologi cerita pendek Jawa di Yogyakarta. Balai Bahasa Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta. hlm. 11–12. ISBN 978-602-7777-52-1.
- ^ Kunandar, Alip; Wijayanti, Yani Tri (2017). IDEALISME, BISNIS, DAN MASA DEPAN MEDIA BERBAHASA DAERAH (Studi Kasus Majalah Djaka Lodang di Yogyakarta) (pdf). The 4th Indonesia Media Research Awards & Summit. hlm. 188–203.
- ^ "Rubrik Cerita Horor-Weton Jadi Favorit di Majalah Djaka Lodang". Detik Jateng.
- ^ "12 Sastrawan, Individu, dan Komunitas Raih Hadiah Sastra Rancagé". Koran Sindo. 2017.
- ^ "Digelontor Danais, Pelestari Seni dan Budaya Dapat Hadiah Dua Kali Lebih Besar". Harian Jogja. 2014.