Elisabeth dari Austria (1436–1505)
Elisabeth dari Austria | |
---|---|
Permaisuri Polandia Adipati Lithuania | |
Periode | 1454–1492 |
Penobatan | 10 Februari 1454 |
Kelahiran | 1436 Wina |
Kematian | 30 Agustus 1505 (usia 68–69 tahun) Kraków |
Pemakaman | |
Pasangan | Kazimierz IV Jagiellon |
Keturunan | Vladislav II Jagiellon Jadwiga, Adipati Bayern Casimirus Jagiellon Jan I Olbracht Aleksander Jagiellon Zygmunt I Stary Anna, Adipati Pommern Barbara, Adipati Sachsen Zofia, Markgraf Brandenburg |
Wangsa | Wangsa Habsburg |
Ayah | Albrecht II dari Jerman |
Ibu | Elisabeth dari Bohemia |
Elisabeth dari Austria (bahasa Polandia: Elżbieta Rakuszanka; bahasa Lituania: Elžbieta Habsburgaitė; skt. 1436 – 30 Agustus 1505) merupakan istri Raja Kazimierz IV Jagiellon[1] dan dengan demikian ia menjadi Ratu Polandia dan Adipati Agung Lithuania. Menjadi yatim piatu di usianya yang dini, Elisabeth menghabiskan masa kecilnya di istana Kaisar Romawi Suci Friedrich III. Sebagai salah satu dari ketiga cucu Kaisar Sigismund yang masih hidup, ia memiliki hak waris yang kuat atas kerajaan Hungaria dan Bohemia. Yang membuatnya menjadi seorang calon mempelai yang ideal untuk pangeran Polandia. Bangsawan Polandia yang mencari upaya untuk meningkatkan pengaruh bangsa Polandia di Hungaria dan Bohemia, berhasrat untuk menikahkan Elizabeth semenjak ia dilahirkan dan akhirnya berhasil mencapai tujuan mereka pada tahun 1454. Pernikahannya dengan Kazimierz adalah salah satu contoh pernikahan teladan di Polandia. Ia melahirkan tiga belas orang anak, sebelas di antaranya selamat sampai dewasa. Empat dari anak-anaknya dimahkotai sebagai raja.
Kehidupan awal
[sunting | sunting sumber]Kerusuhan di masa kecil
[sunting | sunting sumber]Elisabeth adalah putri Albrecht II dari Jerman, Adipati Utama Austria, dan istrinya Elisabeth dari Luksemburg, putri Kaisar Sigismund. Tanggal kelahirannya yang pasti tidak diketahui dan banyak yang menyebutkan di antara tahun 1436 dan awal tahun 1439.[2] Kakandanya lahir pada bulan Februari tahun 1435. Penulis sejarah Polandia, Jan Długosz menyebutkan bahwa utusan polandia melakukan perjalanan ke Wina pada musim gugur tahun 1436 untuk bernegosiasi dengan Kaisar Sigismund tentang pernikahan di antara cucu perempuannya, Anna dan Elisabeth, yang dianggap sebagai ahli waris takhta Bohemia dan Hungaria, dengan pangeran-pangeran Polandia, Władysław dan Kazimierz. Ketika perundingan berakhir tanpa menentukan kesepakatan, sejarawan menyimpulkan bahwa Elisabeth lahir di paruh pertama pada tahun 1436.
Awal kehidupan Elisabeth ditandai oleh kekacauan politik. Setelah kematian Kaisar Sigismund pada bulan Desember 1437, ayahanda Elisabeth dinobatkan sebagai Raja Hungaria dan Bohemia. Gelar Bohemianya ditantang oleh Husite yang mempromosikan pangeran Polandia Kazimierz IV Jagiellon sebagai raja mereka dan sebuah perang meletus. Para diplomat Polandia terus mengejar rencana pernikahan di antara Kazmierz dan Elisabeth, yang akan membawa Bohemia sebagai mahar. Raja Albrecht menerima diplomat tersebut dengan dingin karena ia tidak memiliki niat untuk menyerahkan hak warisnya ke Bohemia.[3] Pada bulan Maret 1439, adinda Elisabeth, Anna bertunangan dengan Wilhelm III, Landgraf Thüringen, putra Friedrich I, dan dikirim untuk tinggal di istana Sachsen.[4]
Raja Albrecht meninggal pada oktober 1439 setelah sebuah kampanye yang singkat melawan Kekaisaran Utsmaniyah. Jandanya yang sedang hamil menganggap dirinya sendiri sebagai satu-satunya ahli waris Kaisar Sigismund yang sah dan berjuang untuk mahkota putranya, Ladislaus V sebagai Raja Hungaria sementara bangsawan Hungaria memilih raja Polandia, Władysław III.[5] Pengasuh Putri Elisabeth, Ilona Kottaner mencuri Mahkota Suci Hungaria dan membawanya ke Ratu Elisabeth di Komarno.[6] Ladislaus yang berusia tiga bulan dimahkotai pada tanggal 15 Mei 1440, tetapi hal tersebut tidak menghentikan perang sipil. Untuk keamanan dan melindungi mereka, kedua anak Albrecht dan Elisabeth dirawat oleh Friedrich III, yang terpilih namun tidak dimahkotai sebagai Kaisar Romawi Suci. Sebagai bagian dari perjanjian Elisabeth bertunangan dengan Friedrich, keponakan Friedrich III dan putra Friedrich II dari Sachsen, dan Margaretha dari Austria.[7]
Di istana Kaisar
[sunting | sunting sumber]Elisabeth dan Ladislaus awalnya dirawat oleh Anna von Pottendorf di Kastil Forchtenstein.[6] Ketika Ratu Elisabeth meninggal pada bulan Desember 1442, Kaisar Friedrich III melanjutkan merawat anak-anak yatim piatu tersebut dan menghabiskan sebagian besar waktu mereka di Graz dan Wiener Neustadt. Sebuah oposisi menuduh Kaisar mengabaikan anak-anak tersebut, tetapi itu dianggap sebagai propaganda politik belaka. Kaisar Friedrich III dikenal secara jauh emosional dan hemat, tetapi ia juga memberikan anak-anak tersebut dengan pendidikan yang baik. Enea Silvio Piccolomini, sekretaris kaisar dan calon Paus Pius II, menulis De liberorum educatione sebagai instruksi untuk mendidik anak-anak tersebut.[8]
Sebuah studi pada kerangka Elisabeth pada tahun 1973 mengungkapkan bahwa kemungkinan besar ia terkena Tuberkulosis tulang belakang pada usia muda.[9] Kerangkanya yang tersisa terlihat cacat: berbentuk s-tulang belakang, rahang yang tidak sejajar, kepala miring ke kanan dan kelainan bentuk dada. Memiringkan kepalanya secara permanen menyebabkan pembangunan dari sisi kanan wajahnya terhambat. Wajahnya sempit dengan dagu besar. Namun, dari kehidupannya kemudian dan kehamilan yang sering menunjukkan bahwa kesehatannya baik secara keseluruhan.[10]
Pada tahun 1447, Friedrich III megusulkan untuk menikahkan Elisabeth dengan Charles, putra Philippe yang Baik, Adipati Bourgogne. Philippe telah membeli Luxembourg dari Elisabeth dari Bohemia. Friedrich III menawarkan 70,000 dukat, sebagai mahar Elisabeth, di dalam pertukarannya dengan Luksemburg, tetapi Philippe menuntut 120,000 dukat dan negosiasi tersebut jatuh.[7] Untuk alasan yang tidak diketahui, pernikahan Elisabeth dijadwalkan dengan Friedrich dari Sachsen, yang dinegosiasikan oleh ibundanya Ratu Elisabeth, tidak terjadi meskipun perjanjian pernikahan tersebut ditandatangani pada bulan Juli tahun 1450.
Setelah kematian Władysław III dari Polandia di dalam Pertempuran Varna pada tahun 1444, bangsawan Hungaria yang mengakui saudara Elisabeth, Ladislaus V sebagai raja mereka.[8] Namun, Kaisar menolak untuk mengizinkan Ladislaus meninggalkan pengadilan. Ambisi politik Ulrich II, Comte Celje, sepupu Ratu Elisabeth, membuatnya meminta pelepasan anak-anak ke dalam perwaliannya. Pada bulan Desember 1451, ketika Kaisar melakukan perjalanan ke Roma untuk secara resmi dinobatkan sebagai Kaisar Romawi Suci, ia mengambil Ladislaus dengannya dan meninggalkan Elisabeth di Wina. Bangsawan Austria memberontak terhadap Friedrich III dan memindahkan Elisabeth ke perawatan Ulrich. Tangisan Elisabeth di depan umum di alun-alun kota yang meminta bantuan untuknya dan saudaranya, diabaikan oleh Kaisar.[11] Ketika Friedrich III kembali pada bulan Juni 1452, bangsawan Austria memaksanya untuk melepaskan Ladislaus kepada Ulrich pada bulan September 1452.[12]
Ratu Polandia
[sunting | sunting sumber]Pernikahan dan kehidupan berkeluarga
[sunting | sunting sumber]Pada bulan Agustus 1452, mempersiapkan Perang Tiga Belas Tahun (1454-66) dengan Ksatria Teutonik, bangsa Polandia mengirim utusan ke Wina untuk sekali lagi menegosiasikan pernikahan di antara Elisabeth dan yang sekarang-Raja Kazimierz IV dari Polandia.[13] Ulrich II, Comte Celje, yang sekarang memiliki hak asuh Elisabeth, menerima proposal dengan baik dan menyuruh dua anak buahnya ke Polandia. Pernikahan resmi disepakati pada bulan Agustus tahun 1453 di Wrocław di hadapan para bangsawan Polandia dan Austria.[14] Menurut perjanjian, mahar Elisabeth yang dijamin oleh kakandanya, Raja Ladislaus V, adalah 100,000 koin emas Hungaria. Mahar tersebut dijamin oleh tanah-tanah di Austria, Hungaria dan Bohemia. Sebaliknya, Kazimierz menjamin Koło, Opoczno, Przedecz serta 5.000 koin emas perbulan dari Bochnia dan Tambang garam Wieliczka. Elisabeth harus meninggalkan hak warisnya atas tanah-tanah pemimpin Austria; penolakan tersebut tidak berlaku jika kakandanya Ladislaus meninggal tanpa keturunan laki-laki.
Mahar Elisabeth tidak segera dibayarkan dan hal tersebut memberinya alasan untuk mengklaim mahkota Hungaria dan Bohemia. Elisabeth akhirnya menerima dua pertiga maharnya yang dibayar pada tahun 1471 dan 1472 oleh Friedrich III, Kaisar Romawi Suci. Sepertiga maharnya dijamin oleh tanah-tanah Bohemia yang diampuni ketika putranya, Vladislav II menjadi Raja Bohemia.[15] Kazimierz memberikan kompensasi atas keterlambatan mahar dan menyediakan istrinya keamanan finansial ketika pada bulan Desember 1461, setelah kematian Ratu Zofia, ia memindahkan sejumlah tanah kerajaan harta Zofia ke Elisabeth, termasuk Korczyn, Wiślica, Żarnowiec, Radom, Jedlnia, Kozienice, Chęciny, Łęczyca, Kłodawa, Pyzdry, Konin, Inowrocław. Pada tahun 1467, ia meninggalkan hak warisnya Kadipaten Luksemburg kepada Charles Martin, Adipati Bourgogne, yang ayahandanya telah membeli wilayah tersebut pada tahun 1443 dari Elisabeth, Adipati Luksemburg.[16]
Elisabeth tiba di Polandia pada bulan Februari 1454 dengan rombongan sejumlah sembilan ratus pengendara. Kabarnya, Kazimierz diberitahu bahwa Elisabeth bukan seorang wanita yang menarik dan mempertimbangkan kembali pernikahannya, tetapi ia tunduk pada tekanan dari istananya.[17] Pada 9 Februari, Elisabeth tiba di Kraków dan bertemu dengan Kazimierz dan ibundanya, Zofia. Pada hari berikutnya, Elisabeth yang berusia delapan belas tahun menikah dengan Kazimierz yang berusia dua puluh tujuh tahun dan dinobatkan sebagai permaisuri Polandia.[10] Pernikahan mereka bahagia selama tiga puluh delapan tahun dan Elisabeth, meskipun sering hamil, ia selalu menemani suaminya di hampir semua perjalanannya, termasuk sekitar tiga puluh kali kunjungan ke Keharyapatihan Lithuania. Mereka jarang terpisah dan hanya pada jangka waktu yang singkat ketika Kazimierz tinggal di kamp-kamp perang. Putra pertama mereka, Vladislav II, lahir pada tanggal 1 Maret 1456 – dua tahun setelah pernikahan.[18] Ia melahirkan tujuh orang anak dalam waktu sepuluh tahun.[19] Anak-anak tersebut menerima pendidikan yang luas, yang dikreditkan ke Elisabeth oleh Marcin Kromer. Guru mereka termasuk pastor Polandia, Jan Długosz dan humanis Italia, Filippo Buonaccorsi.
Ratu Elisabeth memiliki pengaruh pada suaminya Kazimierz, namun ia tidak memainkan peran yang lebih aktif di dalam politik. Sebaliknya, Elisabeth sangat terlibat aktif di dalam mengatur pernikahan anak-anaknya. Pengaruhnya sangat jelas selama negosiasi pernikahan putrinya Jadwiga Jagiellonka dengan Georg, Adipati Bayern pada bulan Desember tahun 1474. Ketika tuntutan Elisabeth melebihi wewenang utusan Bayern, daripada mengirim utusan kembali untuk membahas tuntutan dengan Adipati Bayern, Elisabeth bertanggung jawab untuk menuntut dan menulis surat kepada sang Adipati dan memohon kepadanya agar ia tidak menghukum para utusan tersebut.[20] Menariknya, Elisabeth tidak mengatur pernikahan putra-putranya dan tidak satupun dari mereka di bawah pengaruhnya menikah muda: Casimirus (meninggal pada usia 26 tahun) dan Jan I Olbracht (meninggal pada usia 41 tahun) tidak pernah menikah, sementara Zygmunt I menikah pada usia 47 tahun. Hanya Aleksander, yang tinggal di Lithuania, dan Vladislav, yang tinggal di Bohemia, menikah pada saat Elisabeth masih hidup.[21]
Perjuangan untuk Hungaria dan Bohemia
[sunting | sunting sumber]Setelah tahun 1457 kematian kakanda Elisabeth, Raja Ladislaus V, ia dan keluarganya mulai memajukan hak waris mereka atas takhta Bohemia dan Hungaria. Polandia berpendapat bahwa karena mahar Elisabeth itu tidak dibayar, ia berhak atas tanah Hungaria dan Bohemia. Namun, Piagam Emas tahun 1356 tidak mengakui hak-hak waris wanita dan bangsawan Hungaria dan Bohemia menganggap monarki mereka elektif, dan bukan turun-temurun. Oleh karena itu, mereka memilih Hunyadi Mátyás dan Jiří dari Poděbrady. Karena Polandia terlibat di dalam Perang Tiga Belas Tahun (1454-66), Raja Kazimierz tidak bisa menegakkan hak-hak Elisabeth. Namun, hal tersebut tidak menghentikan langkah-langkah politik. Pada tahun 1466, Uskup Rudolf Rüdesheim memberitahukan Elisabeth bahwa Paus Paulus II menganggap Jiří dari Poděbrady zindik dan Elisabeth merupakan seorang ahli waris yang sah di Bohemia.[22] Ketika Hunyadi Mátyás meminang putri Elisabeth, Hedwig pada tahun 1468, Elisabeth dengan marah menolaknya dan menyebutnya 'anjing'.
Babak baru di dalam perjuangan Elisabeth atas warisannya dimulai dengan kematian Poděbrady pada tahun 1471, putra Elisabeth, Vladislav II menjadi Raja Bohemia.[23] Pada saat yang sama kelompok bangsawan Katolik mendukung Mátyás dan bukan Vladislav II. Giliran kelompok bangsawan Hungaria bersekongkol melawan Mátyás dan mengundang raja Polandia untuk menggulingkannya. Dengan Bohemia di tangan Vladislav, Raja Kazimierz IV memutuskan untuk menempatkan putranya, calon Santo Casimirus, di Hungaria. Tentara Polandia menyerbu Hungaria, tetapi dengan penyediaan yang tidak memadai kampanye pendek Hungaria itu tidak berhasil.[24] Perang di Bohemia berlanjut sampai Perdamaian Olomouc membagi Bohemia di antara Mátyás dan Vladislav II.
Setelah kematian Mátyás pada bulan April 1490, Kazimierz dan Elisabeth mendukung putra mereka Jan I Olbracht sebagai Raja Hungaria.[25] Bangsawan Hungaria lebih menyukai Vladislav II. Setelah Elisabeth memohon atas nama Jan, yang dilaporkan adalah favoritnya, gagal membujuk Vladislav II untuk meninggalkan kerajaan Hungaria, perang meletus di antara dua bersaudara pada bulan Juni 1490 dan berlangsung sampai Januari 1492. Jan I kalah dan kembali ke Polandia, sementara Vladislav II dinobatkan sebagai Raja Hungaria. Pada akhirnya, putra Elisabeth memerintah baik Hungaria dan Bohemia, kecuali bahwa itu bukan putra yang diinginkannya. Hungaria dan Bohemia diperintah oleh Vladislav dan putranya Lajos II dari Hungaria sampai tahun 1526.
Ibu ratu
[sunting | sunting sumber]Raja Kazimierz meninggal pada tanggal 7 November 1492. Sejarahwan seni percaya bahwa ia menyewa artis Veit Stoss untuk membuat makam Kazimierz beserta patungnya. Takhta Lithuania telah diamankan oleh Aleksander Jagiellon yang bertindak sebagai pemangku takhta ayahandanya di Lithuania sejak tahun 1490. Elisabeth mengambil tindakan tegas untuk mengamankan takhta Polandia untuk putra favoritnya Jan I – ia menulis surat kepada Grand master teutonik, Johann von Tiefen, bahwa putra-putranya, Vladislav II dan Aleksander berkampanye atas nama Jan I. Yang lebih penting lagi, ia meminjam 5,675 florin dari perbankan keluarga Fischel dan mempekerjakan sekelompok tentara Hungaria. Tentara ini, yang dipimpin oleh putra Elisabeth, Fryderyk, berbaris ke Piotrków Trybunalski di mana bangsawan Polandia memilih Jan I sebagai Raja mereka pada tanggal 27 Agustus.[26] Persatuan pribadi di antara Polandia dan Lithuania untuk sementara terputus.
Elisabeth yang menjanda menetap di Kraków ditemani putri-putri bungsunya, Barbara dan Elisabeth. Ia tidak terlibat di dalam politik negara. Langkah politik yang dikenal selama pemerintahan Jan I adalah meminta Raja untuk mendukung Friedrich dari Sachsen di dalam usahanya untuk gelar Grand Master Ksatria Teutonik. Namun, ia terus mengambil peran aktif di dalam masalah-masalah keluarga. Pada awal tahun 1495, ia melakukan perjalanan ke Vilnius untuk menghadiri pernikahan putranya, Aleksander dan Helena dari Moskow. Elisabeth ingin meyakinkan Helena mengkonversi dari Ortodoks ke Katolik dan untuk mendapatkan posisi untuk putranya, Zygmunt. Ia gagal di dalam keduanya dan membuat Lithuania marah dan merasa terhina – mungkin karena ihal tersebut ia menjadi pasif ketika Jan I tiba-tiba meninggal pada tahun 1501, dan tidak mengambil tindakan lebih lanjut untuk mendukung Aleksander sebagai calon di atas takhta Polandia.[27]
Pada tahun 1496, Elisabeth mengatur pernikahan Barbara dengan Georg, Adipati Sachsen. Elisabeth ditinggalkan hanya dengan putri bungsunya, yang juga bernama Elisabeth, sebagai temannya di Kraków. Mungkin atas bantuan ibundanya, Zygmunt memperoleh Kadipaten Głogów dari saudaranya Vladislav II pada tahun 1499. Pada tahun 1503, ia mendanai sebuah kapel di dalam Katedral Wawel untuk membuat rumah makam putranya, Jan I oleh artis Florentine, Francesco Fiorentino.[28] Ia juga mengirim pengasuh Polandia untuk Vladislav II ketika ia menanti anak pertamanya Anna Jagiellon. Elisabeth menentang pernikahan putri bungsunya Elisabeth dengan Bogdan III, Voivode Moldavia. Sebaliknya, pada tahun 1504 dan 1505 Ratu Elisabeth menugaskan tanah-tanah dan pendapatan untuk memastikan kemandirian keuangan putrinya; Putri Elisabeth juga menjadi ahli waris sebagian besar dari kekayaan Ratu.
Elisabeth jatuh sakit pada tahun 1505, dan gejalanya tidak diketahui. Ia meninggal pada tanggal 30 Agustus 1505. Ia dimakamkan pada tanggal 21 September di Katedral Wawel di sisi suaminya dan dua putrinya.
Keturunan
[sunting | sunting sumber]Kazimierz dan Elisabeth memiliki keturunan sebagai berikut:
- Vladislav II (1 Oktober 1456 – 13 Maret 1516), Raja Bohemia dan Hungaria
- Jadwiga (21 September 1457 – 18 Februari 1502), menikah 14 November 1475 dengan Georg, Adipati Bayern-Landshut
- Casimirus (3 Oktober 1458 – 4 Maret 1484), santo pelindung Lithuania
- Jan I Olbracht (27 Desember 1459 – 17 Juni 1501), Raja Polandia dan Adipati Głogów
- Aleksander (5 Agustus 1461 – 19 Mei 1506), Adipati Agung Lithuania dan Raja Polandia
- Zofia (6 Mei 1464 – 5 November 1512), menikah 14 Februari 1479 dengan Friedrich I, Markgraf Brandenburg-Ansbach.
- Elisabeth (9 Mei 1465 – 9 Mei 1466)
- Zygmunt I (1 Januari 1467 – 1 April 1548), Raja Polandia dan Adipati Agung Lithuania
- Fryderyk (27 April 1468 – 14 Maret 1503), Uskup agung Gniezno dan Primat Polandia
- Elisabeth (13 Mei 1472 – skt. 19 Mei 1480/20 Mei 1481)
- Anna (12 Maret 1476 – 12 Agustus 1503), menikah 2 Februari 1491 dengan Bogislaw X, Adipati Pommern
- Barbara (15 Juli 1478 – 15 Februari 1534), menikah 21 Agustus 1496 dengan Georg, Adipati Sachsen
- Elisabeth (13 November 1482 – 16 Oktober 1517), menikah 25 November 1515 dengan Fryderyk II, Adipati Legnica
Catatan dan referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Brzezińska (1999), p. 190
- ^ Duczmal (2012), p. 145
- ^ Duczmal (2012), pp. 149–150
- ^ Duczmal (2012), p. 144
- ^ Duczmal (2012), pp. 145–146
- ^ a b Duczmal (2012), p. 146
- ^ a b Duczmal (2012), p. 150
- ^ a b Duczmal (2012), p. 147
- ^ Duczmal (2012), p. 160
- ^ a b Duczmal (2012), p. 152
- ^ Duczmal (2012), pp. 147–148
- ^ Duczmal (2012), p. 148
- ^ Duczmal (2012), pp. 150–151
- ^ Duczmal (2012), p. 151
- ^ Duczmal (2012), p. 154
- ^ Putnam (1918), p. 53
- ^ Duczmal (2012), pp. 151–152
- ^ Duczmal (2012), p. 153
- ^ Duczmal (2012), p. 161
- ^ Duczmal (2012), p. 156
- ^ Duczmal (2012), pp. 162–163
- ^ Duczmal (2012), pp. 153–154
- ^ Duczmal (2012), p. 155
- ^ Duczmal (2012), p. 305
- ^ Duczmal (2012), p. 157
- ^ Duczmal (2012), p. 158
- ^ Duczmal (2012), p. 158–159
- ^ Duczmal (2012), p. 159
- Referensi
- Brzezińska, Anna (1999). "Female Control of Dynastic Politics". Dalam Balázs Nagy; János M. Bak; Marcell Sebők. The Man of Many Devices, who Wandered Full Many Ways. Central European University Press. ISBN 963911667X. Diakses tanggal October 25, 2012.
- Duczmal, Małgorzata (2012). Jogailaičiai (dalam bahasa Lithuanian). translated by Birutė Mikalonienė and Vyturys Jarutis. Vilnius: Mokslo ir enciklopedijų leidybos centras. ISBN 978-5-420-01703-6.
- Putnam, Ruth (1918). Luxemburg and Her Neighbours: A Record of the Political Fortunes of the Present Grand Duchy from the Eve of the French Revolution to the Great War, with a Preliminary Sketch of Events from 963 to 1780. G. P. Putnam's Sons.