Emine Gülbahar Hatun
Emine Gülbahar Hatun امينه كل بهار خاتون | |
---|---|
Valide-i macide Meliketü'l-Melikât Tâcü'l-mükerremât Fahrü'l-muazzamat Fatihetü'l-maeyâmin ve'l hayrat[1] | |
Ibu Suri Sultan Utsmaniyah (Valide Hatun) | |
Periode | 3 Mei 1481 – 1492 |
Pendahulu | Emine Hatun |
Penerus | Hafsa Sultan sebagai valide sultan |
Kelahiran | Albania |
Kematian | ca 1492 Konstantinopel, Kesultanan Utsmaniyah |
Pemakaman | |
Pasangan | Mehmed II |
Keturunan | Gevherhan Hatun Bayezid II |
Agama | Islam Sunni |
Emine Gülbahar Hatun adalah selir dari Sultan Utsmani Mehmed II atau Muhammad Al Fatih dan ibu dari Bayezid II.[2][3][4][5]
Latar belakang
[sunting | sunting sumber]Catatan resmi (vakfiye) menyebutnya sebagai Hatun binti 'Abdullah (perempuan putri Abdullah). Dalam tradisi Utsmani, penulisan Abdullah dalam silsilah tidak berarti nama ayah yang bersangkutan adalah Abdullah, tetapi istilah yang bermakna "hamba Allah", mengindikasikan bahwa yang bersangkutan merupakan seorang budak dari latar belakang non-Muslim. Sebagian menyatakan bahwa dia berasal dari Albania,[6][7][8][9][10] sedangkan pendapat lain menyebutkan Yunani sebagai tempat asalnya.[11][6][12][13] Sejarawan Albania Dhimitër Shuteriqi berpendapat bahwa dia adalah salah satu anak perempuan Gjergj Arianiti, tuan tanah dan bangsawan Albania yang berhasil memenangkan beberapa perang terhadap Utsmani.[14]
Selir
[sunting | sunting sumber]Dia menjadi selir Mehmed, saat itu masih menjadi pangeran dan gubernur Amasya, pada 1446 dan diberi nama baru, Gülbahar, yang bermakna "mawar musim semi". Setidaknya Gülbahar memiliki dua anak, seorang anak perempuan bernama Gevherhan Hatun yang lahir pada 1446, dan seorang anak laki-laki bernama Şehzade Bayezid pada 1447.[15]
Setelah Mehmed naik takhta pada 1451, Gülbahar ikut diboyong ke Edirne yang merupakan ibukota Utsmani saat itu. Sebagaimana tradisi dalam keluarga Utsmani, para pangeran dikirim ke suatu provinsi untuk memerintah sebagai bekal untuk menjadi sultan dan ibu pangeran akan turut serta mendampingi putranya. Pada 1455 atau 1456, Bayezid ditetapkan sebagai Gubernur Amasya dan Gülbahar juga pergi bersamanya. Gülbahar menetap di Amasya sampai tahun 1481, kecuali pada 1457 saat menghadiri prosesi sunat Bayezid di Konstantinopel.[15]
Pada 1474, putri Gülbahar, Gevherhan Hatun, dinikahkan dengan Ughurlu Muhammad, putra dari Uzun Hasan yang merupakan Sultan Aq Qoyunlu.[16] Dari pernikahan ini, lahirlah Ahmad Beg yang kemudian menjadi Sultan Aq Qoyunlu pada 1497.
Ibu suri
[sunting | sunting sumber]Setelah Bayezid naik takhta tahun 1481, Gülbahar menjadi ibu suri (valide hatun) dan secara tradisi menjadi sosok dengan kedudukan tertinggi setelah sultan.[17] Selama masa pemerintahan Bayezid, Gülbahar dan seluruh keluarga sultan tinggal di Istana Lama (saray-ı atik) dan dikunjungi oleh sultan yang pada setiap kunjungan biasa memberi penghormatan kepada ibunya.
Dalam salah satu kesempatan, Gülbahar menulis surat kepada Bayezid yang berisikan keluhan lantaran putranya tersebut tidak mengunjunginya selama empat puluh hari.
"Kebahagiaanku, ibu merindukanmu. Bahkan jika kau tidak merindukanku, ibu tetap merindukanmu ... Datang dan izinkanlah ibu melihatmu. Tuanku, jika kau hendak pergi berperang, berkunjunglah sekali atau dua kali saja sehingga ibu dapat melihat wajahmu yang diberkahi keberuntungan sebelum dirimu pergi. Telah berlalu empat puluh hari semenjak ibu terakhir melihatmu. Sultanku, maafkanlah kelancanganku. Siapa lagi yang ibu punya selain dirimu?"[18]
Gülbahar juga memiliki pengaruh dalam urusan pemerintahan, seperti memberi penilaian terhadap beberapa pribadi pejabat. Dalam salah satu suratnya untuk Bayezid, Gülbahar pernah memberikan nasihat untuk tidak memberikan kepercayaan pada Hersekzade Ahmed Paşa dan alih-alih untuk lebih mempercayai Ayas Paşa yang merupakan guru Bayezid dan Hizirbeyoğlu Mehmed Paşa.[15]
Pada tahun 1485, Bayezid mewakafkan sebuah masjid dan madrasah di Tokat untuk mengenang Gülbahar Hatun.[19]
Wafat
[sunting | sunting sumber]Gülbahar Hatun meninggal pada tahun 1492 dan dimakamkan di kompleks pemakaman Masjid Fatih, Istanbul. Makamnya sempat hancur saat gempa bumi 1766 dan dibangun ulang pada tahun 1767–1768.[15]
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ Necdet Sakaoğlu (2008). Bu mülkün kadın sultanları: Vâlide sultanlar, hâtunlar, hasekiler, kadınefendiler, sultanefendiler. Oğlak publications. hlm. 110–112. ISBN 978-9-753-29623-6.
- ^ Bryer, Anthony (1988). Peoples and settlement in Anatolia and the Caucasus: 800-1900. Variorum Reprints. ISBN 9780860782223.
- ^ Th Dijkema, F. (1977). The Ottoman Historical Monumental Inscriptions in Edirne. BRILL. ISBN 9004050620.
- ^ Edmonds, Anna (1997). Turkey's religious sites. Damko. hlm. 1997. ISBN 975-8227-00-9.
- ^ Babinger, Franz (1992). Mehmed the Conqueror and His Time. Princeton University Press. hlm. 51. ISBN 0-691-01078-1.
- ^ a b Lawler, Jennifer (2018-01-16). Encyclopedia of Women in the Middle Ages (dalam bahasa Inggris). McFarland. hlm. 72. ISBN 978-1-4766-0111-3.
Gülbehar (15th century) Mother of Bayezid II, the famous Ottoman ruler. A slave girl of either Albanian or Greek heritage, she was a Christian and became the mistress of Mehmed II the Conqueror around 1450.
- ^ Lyigun, Murat (2015). War, Peace, and Prosperity in the Name of God: The Ottoman Role in Europe's Socioeconomic Evolution. London: University of Chicago Press. hlm. 119. ISBN 9780226388434.
Beyazit II... Gülbahar Hatun... Albanian...
- ^ Edmonds, Anna (1997). Turkey's religious sites. Damko. hlm. 211. ISBN 975-8227-00-9.
An Albanian by birth, legend also has it that Gulbahar Hatun was a French princess kidnapped for the sultan's harem.
- ^ Babinger, Franz (1992). Mehmed the Conqueror and His Time. Princeton University Press. hlm. 51. ISBN 0-691-01078-1.
Gülbahar bint Abdullah, whom Turkish legend subsequently transformed into a "daughter of the king of France," was a Christian slave of Albanian origin.
- ^ Franz Babinger, Die Aufzeichnungen des Genuesen Iacopo de Promontorio - de Campis uber den Osmanenstaat um 1475. München: C. H. Beck. 3 February 1956. hlm. 56.
- ^ Ostovich, Helen; Silcox, Mary V.; Roebuck, Graham (2008). The Mysterious and the Foreign in Early Modern England (dalam bahasa Inggris). Associated University Presse. hlm. 60. ISBN 978-0-87413-954-9.
Mehmed's eldest son was Bayezid or Beyazid II, whose mother, Gülbahar, was probably a Greek concubine.
- ^ Lowry, Heath W. (2003). The Nature of the Early Ottoman State (dalam bahasa Inggris). SUNY Press. hlm. 153. ISBN 978-0-7914-8726-6.
Mother of Bayezid II was Gülbahar Hatun (a Pontic Greek from the village of Douvera in Trabzon)
- ^ Freely, John (1999). Inside the Seraglio: Private Lives of the Sultans in Istanbul (dalam bahasa Inggris). Viking Press. hlm. 9. ISBN 978-0-670-87839-0.
Mehmet had become a father for the first time in January 1448, when his concubine Gülbahar gave birth to a son, the future Beyazit II. Little is known of Gülbahar's origins, but she was probably Greek, since the concubines in the imperial harem were almost always Christians...
- ^ Shuteriqi, Dhimitër (2012). Zana Prela, ed. Aranitët: Historia- Gjenealogjia -Zotërimet. Toena. hlm. 66. ISBN 978-99943-1-729-5.
- ^ a b c d "Gülbahar Hatun (ö. 898/1492): II. Bayezid'in annesi". İslam Ansiklopedisi. Diakses tanggal 7 Mei 2020.
- ^ Tarih arastirmalari dergisi, Volumes 21-23. Ankara Üniversitesi Basımevi. 2003. hlm. 206.
- ^ Peirce 1993, hlm. 50.
- ^ Peirce 1993, hlm. 120.
- ^ Baltacı, Câhid (1976). XV-XVI asırlar Osmanlı medreseleri: teşkilât : tarih, Volume 1. İrfan Matbaası. hlm. 134.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Karatas, Hasan (2011). The City as a Historical Actor: The Urbanization and Ottomanization of the Halvetiye Sufi Order by the City of Amasya in the Fifteenth and Sixteenth Centuries.
- Peirce, Leslie P. (1993). The Imperial Harem: Women and Sovereignty in the Ottoman Empire. Oxford University Press. ISBN 978-0-195-08677-5.