Fatahillah
As-Syekh Fadhillah Khan ( Fatahillah ) | |
---|---|
Sultan Cirebon ke-2 | |
Masa jabatan 1568–1570 | |
Adipati Jayakarta ke - 1 | |
Masa jabatan 1530–1550 | |
Pendahulu Jabatan Baru | |
Panglima Perang Demak ke - 4 | |
Masa jabatan 1521–1530 | |
Pengganti Belum Diketahui | |
Gelar | Pangeran Jayakarta I |
Informasi pribadi | |
Lahir | Fadhillah Khan Tidak diketahui |
Meninggal | 1570 M |
Agama | Islam |
Pasangan | Ratu Wulung Ayu |
Anak |
|
Orang tua |
|
Zaman | Penyebaran Islam di Nusantara, Kolonialisme Portugis di Indonesia |
Denominasi | Sunni |
Dikenal sebagai |
|
Pemimpin Muslim | |
Pendahulu | Maulana Muhammad Al-Maghribi |
Penerus | Maulana Yusuf |
Fatahillah, Fadhillah Khan, Falatehan (ejaan orang Portugis)[2] , Tubagus Pase atau Pangeran Jayakarta I adalah Laksamana Cirebon dan tokoh penyebar Islam yang dikenal karena memimpin penaklukan Sunda Kelapa pada tahun 1527 dan mengganti namanya menjadi Jayakarta.
Penaklukkan ini adalah salah satu misinya untuk menyebarkan Islam ke wilayah Kerajaan Sunda di Jawa Barat dan mencegah bangsa Portugis membentuk benteng disana.[3]
Nama Falatehan pertama kali disebutkan oleh João de Barros dalam seri bukunya yang berjudul Décadas da Ásia (Dekade-dekade dari Asia).
Ia melaporkan bahwa salah satu kapal brigantin armada Duarte Coelho yang terdampar di Sunda Kelapa, telah diserang oleh pasukan muslim di bawah pimpinan Fatahillah dan membunuh semua laskar Portugis di kapal tersebut.[4]
Latar belakang
[sunting | sunting sumber]Barros mencatat bahwa Fatahillah berasal dari Pasai, Aceh Utara, yang kemudian pergi meninggalkan Pasai ketika daerah tersebut dikuasai Portugis. Fatahillah pergi ke Mekkah untuk mempelajari agama Islam, dan setelah dua atau tiga tahun lalu kembali ke Pasai. Karena masih diduduki oleh Portugal, Fatahillah melanjutkan perjalanannya ke Pulau Jawa, ke Jepara, dan mengabdikan diri kepada sultan Demak di sana. Merasa puas atas pengabdiannya, Raja memberikan seorang adiknya kepada Fatahillah untuk diperistri.[5] Graaf dan Pigeaud menganggap bahwa raja Jepara yang dimaksud adalah Raja Demak ketika itu, Sultan Trenggana.[6]
Setelah mengabdi pada Sultan Trenggana, Fatahillah lalu berangkat ke Cirebon untuk mempersiapkan angkatan laut Demak dalam perang melawan kerajaan Sunda yang saat itu dipimpin prabu Surawisesa. Selama di Cirebon, ia menikah dengan putri Sunan Gunung Jati bernama Ratu Ayu.[7] Ia juga mengemban peran untuk mengislamkan daerah pesisir utara seperti Banten, dan diberi dukungan 2.000 orang prajurit dan pembantu oleh sultan. Dengan dukungan pasukan muslim itulah Fatahillah menaklukkan pelabuhan Sunda (Kalapa dan Banten).[8] Adolf Heuken berpendapat bahwa peristiwa terdamparnya armada Duarte Coelho di pantai Kalapa terjadi pada akhir November 1526,[9] jadi penaklukan Fatahillah atas Kalapa mungkin terjadi pada pertengahan bulan November itu.
Keluarga
[sunting | sunting sumber]Silsilah
[sunting | sunting sumber]Kedatangan Fatahillah ke Jayakarta sebenarnya bertujuan untuk membendung ekspansi Portugis di Nusantara. :
Daftar Anak
[sunting | sunting sumber]- Kiai Bagus Abdurrahman, ia menurunkan gelar Kiagus-Nyayu Kesultanan Palembang Darussalam
- Kiai Mas Abdul Aziz, ia menurunkan gelar Kemas-Nyimas Kesultanan Palembang Darussalam
- Minak Kejala Biddien (Muhammad Sholeh) ia menurunkan raja-raja Keratuan Melinting Lampung
- Minak Kejala Khatu (Muhammad Aji Saka) ia menurunkan raja-raja Keratuan Darah Putih Lampung
- Maulana Abdullah
- Pangeran Sendang Garuda
- Ratu Wanawati Raras ( Ibu dari Panembahan Ratu I )
Sultan kedua di Cirebon
[sunting | sunting sumber]Ketika Sunan Gunung Jati wafat di tahun 1568, Fatahillah menjadi sultan Kesultanan Cirebon dimana ia berperan sebagai kepala pemerintahan di Pakungwati selama 2 tahun antara tahun 1568 sampai ia wafat di tahun 1570.[10]
Setelah ia wafat, Fatahillah dimakamkan bersebelahan dengan makam Sunan Gunung Jati di komplek pemakaman Astana Gunung Sembung yang sekarang terletak di Kec. Gunungjati, Kab Cirebon.[11]
Takhta Kesultanan Cirebon selanjutnya diwariskan kepada Zainul Arifin, cicit Sunan Gunung Jati yang bergelar Panembahan Ratu.[12]
Penghargaan
[sunting | sunting sumber]Untuk menghormati jasa-jasanya dalam mempertahankan Sunda Kelapa dari cengkraman Portugis, Pemerintah Republik Indonesia menjadikan ia sebagai salah seorang Pahlawan Nasional Indonesia.[butuh rujukan]
- Masjid Fatahillah
- KRI Fatahillah (361)
- Museum Fatahillah
- Sekolah Tinggi Teknologi Fatahillah
- Lapangan Fatahillah
Catatan
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Sejarah HUT Jakarta & Benarkah Fatahillah Membantai Rakyat Betawi?". Tirto.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2022-12-07. Diakses tanggal 2020-12-12.
- ^ Wain, Alexander (2017). "China and the Rise of Islam on Java". Dalam Peacock, A. C. S. Islamisation: Comparative Perspectives from History. Edinburgh: Edinburgh University Press. hlm. 419–443.
- ^ Kotapradja Djakarta Raya 1953, hlm. 491.
- ^ Barros 1777, hlm. 85.
- ^ Barros 1777, hlm. 86.
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamagraaf
- ^ Adhim, Alik al (2016-06-18). Sunan Gunung Jati-Peletak dasar kerajaan Islam di Jawa. JPBOOKS. ISBN 978-602-206-205-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-09. Diakses tanggal 2023-03-09.
- ^ Barros 1777, hlm. 86,87.
- ^ Heuken, A. (1999). Sumber-sumber asli sejarah Jakarta, Jilid I. Jakarta: Cipta Loka Caraka
- ^ M.A, Prof Dr H. J. Suyuthi Pulungan (2022-02-16). Sejarah Peradaban Islam di Indonesia. Amzah. ISBN 978-602-0875-48-4. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-04. Diakses tanggal 2023-02-04.
- ^ X, SASTRAWAN. BEDUG BEDUG PENGUASA. Guepedia. ISBN 978-623-7953-26-5. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-04. Diakses tanggal 2023-02-04.
- ^ Hernawan, Wawan; Kusdiana, Ading (2020-05-12). BIOGRAFI SUNAN GUNUNG DJATI: Sang Penata Agama di Tanah Sunda. LP2M UIN Sunan Gunung Djati Bandung. ISBN 978-623-93720-1-9. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-04. Diakses tanggal 2023-02-04.
Fatahillah Lahir: tidak diketahui Meninggal: 1570
| ||
Gelar | ||
---|---|---|
Didahului oleh: Sunan Gunung Jati |
Sultan Cirebon 1568–1570 |
Diteruskan oleh: Panembahan Ratu I |
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Barros, J. de. (1777). Da Asia De Joāo De Barros: Dos Feitos, Que Os Portuguezes Fizeram No Descubrimento, E Conquista Dos Mares, E Terras Do Oriente. Decada Quarta. Parte Primeira (Bagian IV). Na Regia Officina Typografica. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-18. Diakses tanggal 2020-04-26.
- Kotapradja Djakarta Raya. Jakarta: Departemen Penerangan RI. 1953. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-18. Diakses tanggal 2020-12-11.
- Sedjarah Pemerintahan Kota Djakarta. Jakarta: Kotapradja Djakarta Raja. 1958. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-18. Diakses tanggal 2020-12-11.