Lompat ke isi

Gangguan makan berlebihan

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Gangguan makan berlebihan
Pita periwinkel untuk meningkatkan kesadaran akan hipertensi paru, gangguan makan, dan kanker esofagus
Informasi umum
SpesialisasiPsikiatri, Psikologi klinis
PenyebabTidak jelas
Faktor risikoHarga diri rendah, riwayat keluarga dengan gangguan makan, kekerasan atau trauma masa kecil, kecemasan, depresi, penggunaan narkoba dan alkohol.
Aspek klinis
Gejala dan tandaMakan jauh lebih cepat dari biasanya, makan hingga merasa sangat kenyang, makan dalam jumlah banyak saat tidak lapar
KomplikasiKegemukan, karies gigi, diabetes melitus,[1] penyakit perlemakan hati non-alkoholik,[2] penyakit refluks gastroesofagus, nyeri ulu hati,[3] amenorea,[4] gangguan tidur[5]
DiagnosisPsikiatri, psikologi
Kondisi serupaBulimia nervosa
PerawatanPsikiatri, psikologi
PengobatanLisdeksamfetamin,[6] penghambat penyerapan kembali serotonin selektif[7]

Gangguan makan berlebihan adalah gangguan mental yang ditunjukkan oleh penyimpangan perilaku makan, sehingga penderitanya sering makan dalam jumlah yang sangat banyak dan sulit menahan dorongan untuk makan. Gangguan ini bertolak belakang dengan anoreksia nervosa. Gangguan ini juga berbeda dengan Bulimia nervosa, karena penyandangnya tidak memuntahkan kembali makanannya.[8] Gangguan ini juga berbeda dengan kebiasaan makan berlebihan di orang normal, karena ada rasa bersalah, ingin menyembunyikan, dan terus makan bahkan sekalipun sudah kenyang.[9]

Berdasarkan DSM-5, penentuan gangguan ini berdasarkan kriteria:

  • Makan berlebihan secara terus menerus yang di luar kebiasaan orang normal, frekuensinya bisa hingga 2 jam sekali dan merasa kesulitan untuk berhenti.
  • Makan berlebihan ditunjukkan lebih dari tiga tanda berikut:
    • Kecepatan makan melebihi orang biasa
    • Baru berhenti makan saat sudah kenyang secara berlebihan
    • Makan dalam jumlah besar, sekalipun secara fisik tidak merasa lapar
    • Memisahkan diri saat makan karena merasa malu dengan porsi dan kecepatan makannya
    • Merasa jijik dengan diri sendiri, tertekan, atau merasa bersalah begitu selesai makan
  • Tekanan akibat gangguan ini terlihat jelas
  • Kebiasaan makan berlebihan ini muncul secara signifikan dan berulang, setidaknya sekali seminggu selama 3 bulan terakhir.
  • Tidak terasosiasi dengan gangguan bulimia nerviosa ataupun anorexia nerviosa[10]

Derajat gangguan

[sunting | sunting sumber]

Beberapa kategori derajat gangguan ditentukan oleh seringnya gangguan makan ini muncul dalam seminggu:

  • Ringan: 1-3 kali makan berlebihan dalam seminggu
  • Menengah: 4-7 kali makan berlebihan dalam seminggu
  • Parah: 8-13 kali makan berlebihan dalam seminggu
  • Ekstrem: Lebih dari 14 kali seminggu[10]

Dalam jangka panjang, gangguan makan berlebihan yang tidak diatasi bisa menyebabkan obesitas, penyakit jantung, diabetes tipe 2, serta depresi dan masalah suasana hati.[11]

Penanganan

[sunting | sunting sumber]

BED bisa diterapi dengan beberapa cara, yaitu cognitive behavioral therapy, interpersonal psychotherapy, terapi penurunan berat badan, dan pemberian obat-obatan. [12]

Angka kejadian

[sunting | sunting sumber]

Sebanyak 1,6 persen wanita dan 0,8 persen pria di Amerika Serikat mengalami kondisi ini. [10]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Wassenaar, Elizabeth; Friedman, Julie; Philip, Mehler (2019). "Medical Complications of Binge Eating Disorder". Psychiatric Clinics of North America. 42 (2): 275–286. doi:10.1016/j.psc.2019.01.010. PMID 31046929. 
  2. ^ Zhang, Jinyu; Abbasi, Omair; Malevanchik, Lev; Mohan, Neena; Denicola, Richard; Tarangelo, Nicholas; Halegoua-De Marzio, Dina (2017). "Pilot study of the prevalence of binge eating disorder in non-alcoholic fatty liver disease patients". Ann Gastroenterol. 30 (6): 664–669. doi:10.20524/aog.2017.0200alt=Dapat diakses gratis. PMC 5670286alt=Dapat diakses gratis. PMID 29118561. 
  3. ^ Cremonini F, Camilleri M, Clark MM, Beebe TJ, Locke GR, Zinsmeister AR, Herrick LM, Talley NJ (March 2009). "Associations among binge eating behavior patterns and gastrointestinal symptoms: a population-based study". International Journal of Obesity. 33 (3): 342–353. doi:10.1038/ijo.2008.272. PMC 2754813alt=Dapat diakses gratis. PMID 19139750. 
  4. ^ Ålgars, Monica; Huang, Lu; Von Holle, Ann F.; Peat, Christine M.; Thornton, Laura M.; Lichtenstein, Paul; Bulik, Cynthia M. (1 January 2014). "Binge eating and menstrual dysfunction". Journal of Psychosomatic Research. 76 (1): 19–22. doi:10.1016/j.jpsychores.2013.11.011. PMC 3909535alt=Dapat diakses gratis. PMID 24360136. 
  5. ^ Roveda E, Montaruli A, Galasso L, Pesenti C, Bruno E, Pasanisi P, Cortellini M, Rampichini S, Erzegovesi S, Caumo A, Esposito F (1 February 2018). "Rest-activity circadian rhythm and sleep quality in patients with binge eating disorder". Chronobiology International. 35 (2): 198–207. doi:10.1080/07420528.2017.1392549. PMID 29144185. 
  6. ^ "DailyMed - VYVANSE- lisdexamfetamine dimesylate capsule VYVANSE- lisdexamfetamine dimesylate tablet, chewable". 
  7. ^ Kesalahan pengutipan: Tag <ref> tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernama Marazziti2012
  8. ^ Binge eating disoder, tanda-tanda penyebab dan penanganan. dari situs alodokter
  9. ^ Binge eating disorder: Why bing eating?. dari situs webmd
  10. ^ a b c American Phsyciatric Accosiation. Diagnostic and Statiscal Manual of Mental Disorders - DSM 5. American Phsyciatric Publishing. Washingon DC dan London:2013
  11. ^ 4 Dampak Berbahaya saat Alami Binge Eating Disorder. dari situs halodoc
  12. ^ 4 Metode Penanganan untuk Obati Binge Eating Disorder. dari situs halodoc