Gedung Pakuan
Artikel ini membutuhkan rujukan tambahan agar kualitasnya dapat dipastikan. |
Gedung Pakuan (bahasa Sunda: Gedong Pakuan; Aksara Sunda: ᮌᮨᮓᮧᮀ ᮕᮊᮥᮃᮔ᮪) saat ini merupakan rumah dinas yang dijadikan sebagai tempat kediaman resmi Gubernur Jawa Barat. Gedung ini beralamat di Jalan Otto Iskandardinata No.1, Bandung. Pada zaman kolonial Belanda gedung ini merupakan rumah kediaman resmi Residen Priangan.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Gedung Pakuan didirikan sehubungan dengan perintah Gubernur Jenderal Ch.F. Pahud karena pemindahan ibu kota Karesidenan Priangan dari Cianjur ke Bandung. Tetapi pemindahan ibu kota karesidenan itu baru dapat dilaksanakan oleh Residen Van der Moore pada tahun 1864, setelah Gunung Gede meletus dan menghancurkan Kota Cianjur[1]. Mulai dibangun pada tahun 1864 sampai selesai pembangunannya pada tahun 1867.
Selama pembangunan Gedung Pakuan (1864-1867), telah dikerahkan sejumlah anggota Genie Militair Belanda, yang dibantu oleh R.A. Wiranatakusumah yang dikenal dengan sebutan Dalem Bintang. R.A. Wiranatakusumah merupakan Bupati Bandung ke-8 yang memerintah antara tahun 1846-1874. Ia mengerahkan penduduk dari kampung Babakan Bogor (sekarang Kebon Kawung) dan Balubur Hilir yang kini terletak di depan kediaman resmi Panglima Kodam III Siliwangi di Bandung. Atas jasa tersebut, penduduk yang terlibat dalam pembangunan tersebut dibebaskan dari pajak.
Arsitektural
[sunting | sunting sumber]Gedung Pakuan memiliki langgam arsitektur Indische Empire Stijl yang anggun monumental serta sangat digemari oleh Jenderal Herman Willem Daendels. Bangunan tersebut dirancang oleh Insinyur Kepala dari Departement van Burgerlijke Openbare Werken (B.O.W) atau DPU sekarang, yang menjadi staff dari Residen Van der Moore, Insinyur itu pula yang merancang bangunan Sakola Raja yang saat ini menjadi Kantor Polwiltabes Bandung pada tahun 1866.
Kunjungan tokoh penting internasional
[sunting | sunting sumber]Sejak zaman Hindia Belanda, gedung ini telah menjadi tempat persinggahan orang penting, tamu resmi dan tokoh dunia. Tamu penting internasional yang pernah berkunjung ke sini adalah:
- Raja Siam Chulalongkorn pada tahun 1901
- Perdana Menteri Prancis Georges Clemenceau yang berkunjung ke Bandung tahun 1921
- Charlie Chaplin dan Mary Pickford pada tahun 1927.
- Andreas Segovia, sempat memetik dawai gitarnya di depan Residen Priangan beserta tamunya.
- Sri Ratu Belanda Juliana beserta Pangeran Bernhard berkunjung pada tahun 1971. Mereka sangat terpesona menyatakan kepada tuan rumah, agar bangunan lama dengan gaya arsitektur Da Indische Empire Stijl yang langka itu dapat dipertahankan, dipugar dan dilestarikan.
- Presiden Yugoslavia, Josip Broz Tito
- Presiden Uni Soviet, Voroshilov
- Jaksa Agung Amerika Serikat, Robert Kennedy
Peranan dalam Konferensi Asia Afrika
[sunting | sunting sumber]Ketika Konferensi Asia Afrika berlangsung di kota Bandung pada tahun 1955, sejumlah tokoh, pimpinan negara-negara Asia Afrika singgah untuk beristirahat di Gedung Pakuan, diantaranya:
- Perdana Menteri Burma, U Nu
- Perdana Menteri Sri Lanka, John Kotelawala
- Perdana Menteri Pakistan, Mohammad Ali Bogra
- Jendral Carlos P. Romulo dari Filipina
- Presiden Mesir, Gamal Abdul Nasser
- Pangeran Norodom Sihanouk dari Kamboja
- Perdana Menteri RRC, Zhou Enlai
Pada kunjungannya tahun 1955, PM India, Jawaharlal Nehru sempat menyatakan dalam pidatonya bahwa Bandung adalah ibu kota dari Asia Afrika.
Pada tahun 2005 yang lalu, gedung ini juga dijadikan sebagai tempat jamuan makan siang para kepala negara, pemerintahan dan delegasi negara-negara Asia Afrika dalam rangka acara peringatan 50 Tahun Konferensi Asia-Afrika.
Perjanjian Dwikewarganegaraan RI-RRT
[sunting | sunting sumber]Pada tanggal 22 April 1955, di ruang tengah Gedung Pakuan telah ditandatangani Komunike Bersama tentang Dwikewarganegaraan antara pemerintah Republik Indonesia dan Republik Rakyat Tiongkok. Masing-masing pihak diwakili oleh Menteri Luar Negeri Republik Indonesia Sunario dan Perdana Menteri Tiongkok Zhou Enlai.
Gedung Pakuan sekarang ini
[sunting | sunting sumber]Tahun 1990, pemugaran struktur bangunan Gedung Pakuan rampung dengan menelan biaya lebih dari satu miliar rupiah. Pemugaran ini sesuai dengan harapan Pangeran Bernhard. Gedung Pakuan sekarang masih tetap berfungsi sebagai markah tanah Kota Bandung. Fungsi utamanya kini menjadi rumah dinas yang dijadikan sebagai tempat kediaman resmi Gubernur Kepala Daerah Propinsi Jawa Barat.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Hevi Abu Fauzan (7 Agustus 2022). "Pemindahan Ibukota Priangan 1864". SejarahBandung.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-02-01. Diakses tanggal 1 November 2022.