Lompat ke isi

Gegar budaya

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Wisatawan dari Australia mengunjungi pertanian kecil di Sierra Leone.

Gegar budaya atau keterkejutan budaya merupakan istilah yang digunakan bagi menggambarkan kegelisahan dan perasaan (seperti terkejut, kekeliruan, dll.) yang dirasakan apabila seseorang tinggal dalam kebudayaan yang berlainan sama sekali, seperti ketika berada di negara asing. Perasaan ini timbul akibat kesukaran dalam asimilasi kebudayaan baru, menyebabkan seseorang sulit mengenali apa yang wajar dan tidak wajar. Perasaan ini sering kali digabung dengan kebencian moral atau estatik yang kuat mengenai beberapa aspek dari budaya yang berlainan atau budaya baru tersebut.

Istilah ini mulai diperkenalkan pertama kali pada tahun 1954 oleh Kalvero Oberg. Peneliti lain yang kemudian meneruskan penyelidikan gegar budaya termasuk Michael Winkelman. Gegar budaya merupakan bagian penelitian dalam komunikasi antara budaya. Saat ini sebagian peneliti menunjukkan bahwa gegar budaya memberikan banyak keuntungan, seperti meningkatkan jati diri seseorang[1] dan membantu meningkatkan motivasi diri.[2]

Fase gegar budaya

[sunting | sunting sumber]

Gegar budaya yang kuat (seperti tinggal di negara asing) sering kali terdiri dari fase yang berlainan, walaupun tidak semua orang melalui semua fase ini dan juga dipengaruhi oleh faktor waktu:[3]

  • "Fase bulan madu" - pada fase ini perbedaan antara budaya baru dan lama dilihat sebagai sudut pandangan romantik, menarik, dan baru, Sebagai contoh, pada saat berpindah ke negara asing, seseorang mungkin menyukai makanan yang baru, tempo kehidupan yang baru, sifat masyarakat yang baru, arsitektur bangunan yang baru, dan seterusnya.
  • Fase pembelajaran ("negosiasi") - setelah beberapa hari, minggu, atau bulan, perbedaan kecil antara budaya baru dan lama diselesaikan. Seseorang mungkin rindu makanan rumah, tempo kehidupan terlalu pelan atau terlalu cepat, sifat masyarakatnya mengganggu, dll.
  • Fase "semuanya baik" - setelah beberapa hari, minggu atau bulan, seseorang mulai biasa dengan perbedaan budaya baru dan telah mempunyai kebiasaan-kebiasaan. Pada fase ini, seseorang tidak lagi bertindak memiliki kesan positif atau negatif kepada budaya baru tersebut, karena budaya tersebut tidak lagi dirasakan sebagai budaya baru, melainkan sudah menjadi budaya keduanya.

Pada sebagian kasus, tidak jarang orang tidak sanggup untuk menangani gegar budaya. Sebagian orang tidak mampu menyerap ke dalam budaya baru dan kembali kepada budaya asal mereka, sementara sebagian yang lain menjadi begitu terpesona dengan budaya asing sehinggakan mereka merasakan mereka harus mengadopsinya sebagai budaya asal mereka.

Menangani gegar budaya

[sunting | sunting sumber]

Orang yang sering bepergian cenderung untuk lebih baik dalam menangani gegar budaya. Beberapa langkah untuk membantu seseorang mengatasi gegar budaya:[4]

  • Membaca mengenai negara dan kebudayaannya tujuan sebelum berangkat. Dengan cara ini, negara dan penduduknya lebih dikenali ketika tiba di sana. Dengan itu mereka akan lebih memahami perbedaan dalam negara baru dan dengan itu lebih bersedia bagi menanganinya apabila mungkin (contoh perbedaan dalam kebersihan).
  • Berpikir terbuka mengenai budaya yang didatangi.
  • Ambil masa istirahat atau mengasingkan diri dari pertukaran budaya untuk mengurangkan keterkejutan sambil menyesuaikan diri.

Gegar budaya balik

[sunting | sunting sumber]

Gegar budaya balik adalah gegar budaya yang dirasakan ketika seseorang kembali ke negara asal setelah cukup lama tinggal di negara asing. Keterkejutan semacam ini sering menimbulkan kesan yang sama seperti digambarkan di atas.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Milstein, T. (2005). Transformation abroad: Sojourning and the perceived enhancement of self-efficacy. International Journal of Intercultural Relations. 29, pp.217-238
  2. ^ Lin, C. (2007). Intercultural sojourning: Self-motivation and ecoshock/reentry ecoshock.Master's thesis (Unpublished). Department of Communications, University of Hawai'i at Manoa.
  3. ^ Amigos - Culture Shock http://edweb.sdsu.edu/people/CGuanipa/cultshok.htm Diarsipkan 2005-12-22 di Wayback Machine.
  4. ^ Working Abroad Unravelling the Maze http://www.voyage.gc.ca/main/pubs/working_abroad-en.asp Diarsipkan 2021-02-26 di Wayback Machine.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]