Gereja Santo Petrus, Purwosari
Artikel ini memiliki beberapa masalah. Tolong bantu memperbaikinya atau diskusikan masalah-masalah ini di halaman pembicaraannya. (Pelajari bagaimana dan kapan saat yang tepat untuk menghapus templat pesan ini)
|
Gereja Santo Petrus Rasul | |
---|---|
Gereja Katolik Paroki Santo Petrus Rasul, Purwosari | |
Lokasi | Kota Surakarta, Jawa Tengah |
Negara | Indonesia |
Denominasi | Gereja Katolik Roma |
Sejarah | |
Pendiri | Romo Verhaar, SJ |
Arsitektur | |
Status | Gereja paroki |
Status fungsional | Aktif |
Tipe arsitektur | Gereja |
Administrasi | |
Keuskupan | Keuskupan Agung Semarang |
Gereja Santo Petrus, yang bernama resmi Gereja Paroki Santo Petrus Rasul Purwosari atau lebih dikenal dengan nama Gereja Santo Petrus Purwosari atau Gereja Gendengan (dikarenakan lokasinya di sisi timur laut Perempatan Gendengan), adalah gereja Katolik tertua kedua di Kota Surakarta setelah Gereja Santo Antonius, Surakarta atau Gereja Purbayan. Dahulunya, gereja ini adalah wilayah Paroki Purbayan namun sejak 1942 dimekarkan menjadi Paroki baru dengan nama Santo Petrus.[1]
Sejarah Paroki
[sunting | sunting sumber]Gereja ini awalnya dibina oleh Pastor Verhaar, SJ (Pastor Kepala Paroki Santo Antonius, Purbayan, Surakarta) saat itu dikarenakan gedung gereja Purbayan sudah tidak cukup lagi untuk menampung umat yang begitu banyak yang waktu itu wilayah pastoralnya hampir se-Karesidenan Surakarta. Pembangunan gereja ini sudah dipersiapkan matang, para imam yang akan bertugas di gereja ini yaitu dari kongregasi Missionari a Sacra Familia atau Misionaris Keluarga Kudus (MSF). Pada tanggal 29 Juni 1940, gereja ini resmi diberkati oleh Vikaris Apostolik Batavia, Mgr. Petrus Willekens, SJ pada Hari Raya Santo Petrus dan Paulus dengan nama pelindung Santo Petrus. Namun parokinya baru berdiri pada 19 Agustus 1942. Ketika Jepang tiba di Kota Surakarta , pada 6 Maret 1942, gereja dirampok habis-habisan hingga perabot-perabot suci seperti tabernakel,bangku gereja,bahkan pintu-pintunya.[1] Karena para pastor di Gereja Purwosari ditangkap Jepang, otomatis pastoran Purwosari kosong sehingga hanya ada 1 pastor pribumi di Kota Solo yaitu Romo Th. Pusposuparto, SJ yang bertugas di Gereja Purbayan sehingga wilayah pelayanan Paroki Purbayan kembali seperti semula sebelum adanya Paroki Purwosari. Namun kondisi ini mulai membaik ketika Jepang angkat kaki dari Nusantara.
Referensi
[sunting | sunting sumber]Galeri
[sunting | sunting sumber]-
Tampak luar Gereja Santo Petrus