Gorgonops
Artikel ini sudah memiliki daftar referensi, bacaan terkait, atau pranala luar, tetapi sumbernya belum jelas karena belum menyertakan kutipan pada kalimat. |
Gorgonops | |
---|---|
Tengkorak G. whaitsi (specimen 5537) | |
Klasifikasi ilmiah | |
Kerajaan: | |
Filum: | |
(tanpa takson): | |
(tanpa takson): | |
(tanpa takson): | |
Famili: | |
Subfamili: | †Gorgonopsinae
|
Genus: | †Gorgonops
|
Spesies tipe | |
†Gorgonops torvus | |
Spesies | |
|
Gorgonops (dari bahasa Yunani Γοργών 'Gorgon' dan ὤψ 'mata, wajah', secara harfiah "Mata Gorgon" or "Wajah Gorgon ") adalah nama yang diberikan pada genus therapsida yang telah punah yang hidup pada sekitar 255-250 juta tahun yang lalu, yaitu pada masa terakhir dari periode Permian akhir. Gorgonops adalah representatif tipikal pada kelompok Gorgonopsia, predator yang mendominasi pada saat itu, yang ukuran terpanjangnya dapat mencapai tiga meter.
Deskripsi
[sunting | sunting sumber]Gorgonops adalah representatif dari kelompok tersebut yang berukuran sedang, dengan panjang tengkorak sepanjang 22 sampai 35 sentimeter, tergantung spesiesnya. Panjangnya berkisar dari 1.2 sampai 2 meter dari moncong ke ekor. Gorgonops mungkin menjadi salah satu predator kunci yang melintasi Afrika selatan selama Permian Akhir, karena memiliki gigi taring besar, mungkin mereka akan sedikit bermasalah saat menancapkan gigi taringnya di kulit beberapa binatang herbivora yang tebal pada saat itu, khususnya Pareiasauria seperti Pareiasaurus. Selain gigi, salah satu keuntungan kunci predator yang dimiliki Gorgonops saat memangsa hewan adalah kakinya yang menopang tubuh dari bawah dibanding postur kaki yang melebar seperti hewan yang menjadi mangsanya pada saat itu. Selain memungkinkan pergerakan yang lebih hemat energi, kaki-kakinya juga memungkinkannya untuk bergerak jauh lebih cepat. Hewan yang diburu juga tergantung pada ukuran individu Gorgonops, dan ada beberapa perbedaan ukuran diantara spesies-spesies yang ada.
Tengkorak
[sunting | sunting sumber]Relatif dengan ukuran tubuh, Gorgonops memiliki tengkorak dalam yang memiliki muka berbentuk segitiga ketika dilihat dari atas. Mungkin fitur yang paling membedakan adalah dua gigi taring yang sangat besar (sepanjang 12 cm), hampir menonjol melebihi rahang bawah. Untuk melindungi gigi ini, rahang bawah tumbuh dengan bentuk tertentu jadi bagian anterior (depan) lebih tebal daripada bagian posterior (belakang). Bentuk ini akan melindungi gigi taring yang besar dari kerusakan yang tidak disengaja, dan mirip fungsi tulang untuk flans tulang kucing bergigi pedang pada Senozoikum.
Klasifikasi
[sunting | sunting sumber]Dibawah adalah kladogram dari Analisis filogenetis Gebauer (2007):[1]
Gorgonopsia |
| |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Gebauer, E.V.I. (2007). Phylogeny and evolution of the Gorgonopsia with a special reference to the skull and skeleton of GPIT/RE/7113 ('Aelurognathus?' parringtoni) (Tesis Ph.D.). Tübingen: Eberhard-Karls Universität Tübingen. pp. 1–316. http://tobias-lib.uni-tuebingen.de/volltexte/2007/2935/pdf/Eva_Gebauer.pdf.
- Sigogneau-Russell, D., 1989, "Theriodontia I - Phthinosuchia, Biarmosuchia, Eotitanosuchia, Gorgonopsia" Part 17 B I, Encyclopedia of Paleoherpetology, Gutsav Fischer Verlag, Stuttgart and New York
- Jacobs, L. L., Winkler, D. A., Newman, K. D., Gomani, E. M. & Deino, A., 2005, Therapsids from the Permian Chiweta Beds and the age of the Karoo Supergroup in Malawi. Palaeontologia Electronica. Vol. 8, #1, pp. 28A: 21-23 online[pranala nonaktif permanen]
- Smith, R.H.M. and Keyser, A.W. 1995. Biostratigraphy of the Tropidostoma Assemblage Zone. Geological Survei of South Africa, South African Committee for Stratigraphy, Biostratigraphic Series, 1:18-22.