Harunurrasyid II
Hasan Rasyid Datu Bodi bergelar Dewa Masmawa Sultan Harunurrasyid II (سلطان هارون الرشيد ) adalah Sultan Sumbawa ke-11 bertahta tahun 1777-9 Juli 1791.[1][2][3][4][5][6]
Kerajaan-kerajaan: Seran, Taliwang, dan Jereweh masing-masing merupakan kerajaan vasal dari kerajaan Sumbawa. Pemimpinnya masing-masing disebut Datu Seran, Datu Taliwang dan Datu Jereweh yang biasanya masih kerabat Sultan Sumbawa. Salah seorang dari Datu tersebut dapat ditarik ke pusat sebagai Sultan Sumbawa melalui keputusan permufakatan majelis adat Pangantong Lima Olas.[7]
Menurut silsilah yang dikeluarkan oleh Majelis Adat - Lembaga Adat Tanah Samawa (LATS), Sultan Harun Arrasyid II sebelum menjadi Sultan Sumbawa menjabat sebagai Datu Seran (raja Kedatuan Seran) dengan nama asli Lalu Mahmud atau Datu Budi.[4]
Sumber lain menyatakan Sultan Harun Arrasyid II sebelum menjadi Sultan Sumbawa menjabat sebagai Datu Jereweh dengan nama asli Mahmud.[8][9]
Karier politik
[sunting | sunting sumber]Menjadi Datu Seran
[sunting | sunting sumber]Lalu Mahmud putra dari ALAUDDIN/HASANUDDIN Datu Jereweh, menikahi Ran Tambas alias Lala Tambas, puteri dari Datu Seran, Dewa Maspakil Dewa Lengan Seran. Setelah Kemangkatan Datu Seran, maka oleh TANA SAMAWA (Majelis Pemerintahan Kesultanan Sumbawa) diangkatlah Lalu Mahmud Datu Budi menggantikan Sang Mertua sebagai Datu Seran.[9][8]
Menjadi Sultan Sumbawa
[sunting | sunting sumber]Setelah dua tahun Datu Busing Lalu Komak mengendalikan pemerintahan Kesultanan Sumbawa, maka permufakatan hukum adat memutuskan melantik Datu Budi Datu Seran untuk menjadi Sultan Sumbawa bergelar Dewa Masmawa Sultan Harunnurasyid II.[4]
Ada tiga gelar induk atau Puin Kajuluk yang digunakan sebagai nama gelar kesultanan Sumbawa:
- Sultan Harun Arrasyid
- Sultan Jalaluddin
- Sultan Kaharuddin
Lau Mahmud Datu Budi Datu Seran merupakan Sultan Sumbawa kedua yang menggunakan gelar Sultan Harun ar Rasyid.
https://pl.m.wikipedia.org/wiki/Władcy_Sumbawy#Sułtani_Sumbawy Diarsipkan 2023-08-16 di Wayback Machine.
Keturunan
[sunting | sunting sumber]Sultan mempunyai dua orang Putri hasil pernikahannya dg Lala TAMBAS atau Ran Tambas yakni ;
- Daeng MASSIKI
- Daeng SAGIRI
Tahun 1791 Sultan HARUNNURRASYID II Mangkat, lalu dinobatlah putri pertama Beliau Daeng Massiki yg pada penobatannya mendapat Gelar DEWA MASMAWA SULTANAH SHAFIATUDDIN. Sebenarnya Daeng Massiki pada tahun 1790 telah dipersunting oleh Abdul Hamid Ruma Mantau Adi Saninu Sultan Bima sehingga pada saat penobatan Sultanah Safiatuddin berststus juga RUMA PA'DUKA atau Permaisuri Sultan Bima. Tahun 1795 Sultanah Safiatuddin diturunkan dari tahta Kesultanan Sumbawa Oleh Pangantong Lima Olas salah satu penyebabnya adalah terlampau banyak campur tangan Sang Suami, Sultan Abdul Hamid dalam urusan Pemerintahan Kesultanan Sumbawa. Kembalinya Sang Sultanah ke Bima sebagai Ruma Pa'duka Sultan Abdul Hamid membawa serta Harta Pusaka Kesultanan Sumbawa. Oleh Pangantong Lima Olas telah berkali kali diminta namun Kesultanan Bima enggan utk mengembalikan. Daftar Pusaka tersebut terdokumentasi dengan baik hingga kini. Sejak saat itulah Oleh TANA SAMAWA dikeluarkanlah maklumat yg antara lain menegaskan bahwa TIDAK LAGI MENGANGKAT WANITA sebagai Sultan. Maklumat tsb dihormati hingga kini. Sultanah Shafiatuddin mangkat tanpa berputra sehingga Sultan Bima Abdul Hamid melakukan GENTAN TIPAR dengan mempersunting adek dari Sultan Shafiatuddin yg bernama SAGIRI atau di Bima lebih dikenal dg DATU GIRI.
Syafiatuddin Sultanah Sumbawa 1791 – 1795 sekaligus Permaisuri Sultan Abdul Hamid. Sultan Bima ke 9 yang memerintah pada tahun 1773 – 1819. Pernikahan Abdul Hamid dengan Syafiatuddin tidak dikaruniai anak. Setelah meninggal, Sultan Abdul Hamid menikah lagi dengan Datu Sagiri atau Datu Giri yang merupakan adik kandung dari Syafiatuddin. Dari pernikahan inilah melahirkan Sultan Ismail, Sultan Bima ke 10 yang memerintah tahun 1819 – 1854. Dalam adat Sumbawa Datu Sagiri disebut GENTAN TIPAR karena menikah dengan suami kakaknya yang telah meninggal dunia. Makam Datu Sagiri adalah di kompleks makam Dana Taraha.[10]
Pada hari Ahad, 28 Mei 1797 (1 Zulhijah 1211) Tahun Alif, Datu Sagiri melahirkan Sultan Ismail Muhammad Syah Raja Bima X. Sedangkan dari gundik yang bernama Tipa pada hari Sabtu, 9 Desember 1797 (19 Jumadilakhir tahun 1212), tahun Ha, Sultan Bima Abdul Hamid kembali memperoleh seorang anak perempuan yang diberi nama Sitti Jamilah Bumi Kaka.
Sitti Maryam Rachmat Salahuddin (1999:441) dalam Catatan Kerajaan Bima Bo' Sangaji Kai:[11]
Hijrat al-Nabi salla'llahu alaihi wa sallama seribu dua ratus sebelas tahun, tahun Alif, pada sehari bulan Zulhijah pada malam Ahad[12] jam pukul sebelas, dewasa itulah Raja Paduka Sumbawa ismuhu Datu Sagiri isteri Yang Dipertuan Kita Sri Sultan Abdul Hamid yang mempunyai takhta kerajaan Bima berputra seorang laki-laki ismuhu Ismail, wa yutiluwa zadahu fadlahu wa ahsana jasadahu adanya,[13] Tam. Hijrat al-Nabi salla'llahu alaihi wa sallama seribu dua ratus dua sebelas tahun, tahun Ha, pada sembilan belas hari bulan Jumadilakhir pada malam Selasa[14] jam pukul dua belas, tatkala [itulah] gundik Yang Dipertuan Kita Sri Sultan Abdul Hamid bernama Tipa beranak seorang perempuan dinamai Siti Jamila, wa yutilu Allah kiranya umraha, amin.
Sultan Harun Arrasyid II merupakan salah satu leluhur Raja Sumbawa Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin IV dan juga Raja Bima Sultan Haji Ferry Zulkarnain.
Peristiwa penting
[sunting | sunting sumber]Pada masa pemerintahan Dewa Masmawa Sultan Harunurrasyid II Terdapat beberapa peristiwa penting antara lain:
- Mangkatnya Sultan Mahmud tanggal 8 Jumadilakhir 1194 Hijriyah ( 1780 M.)
- Muhammad Ibnu Abdullah Al Jawi Assumbawi, seorang ulama besar Kesultanan Sumbawa selesai menulis sebuah Al Qur’an berMazhab Syafi'i pada tanggal 28 Zulkaidah 1199 H ( 1784 ) yang sampai kini masih dapat dilihat di Istana Bala Kuning.
- Penyerangan dan penghapusan Kerajaan Mento di Lantung disebabkan telah mengangkat Rajanya dari seseorang yang bukan keturunan raja serta bersalah karena tidak mau membayar upeti.
- Terjadinya pemberontakan Kampung Bugis tahun 1788. Pemberontakan yang dilatarbelakangi kecemburuan Mele Badolah kepada Adipati Kesultanan Sumbawa, Lalu Kaidah Mele Habirah ditambah campur tangan Belanda dan susupan senjata oleh Raja Gowa, ipar dari Mele Badolah, sehingga puncak pemeberontakan terjadi pada 2 Syakban 1203 Hijriyah. Namun pemberontakan yang diawali oleh naiknya Mele Badolah ke atas Masjid Kesultanan ini, dapat dipatahkan oleh Adipati Lalu Kaidah Dea Mele Habirah.
Peristiwa ini tertuang dalam sebuah syair lawas: “ Mele Badolah pasang su’ Ran balukis mantang gawe Datu Gowa ngaro ila’
Terjemahan bebas: Mele Badolah terbakar cemburu ( lentikan api perang saudara kian membara ) Belanda pula yang mengipasnya Akhirnya Raja Gowa terbeban malu
Gangguan bajak laut
[sunting | sunting sumber]Diantara tahun 1763 hingga 1790 keadaan masyarakat terganggu oleh Bajak Laut yang merajalela yang bernaung di Teluk Saleh. Hubungan keluar terutama melalui laut menjadi sangat terganggu karenanya. Sejak pemerintahan Dewa Mappaconga Mustafa maupun Datu Budi semasa menjadi Datu Seran, kondisi ini tidak dapat diatasi dengan baik. Guna melenyapkan Bajak Laut yang selalu mengacau di darat dan di laut, beliau memerintahkan Adipati Lalu Kaidah Dea Mele Habirah untuk memberantasnya. Adipati Mele Habirah bekerjasama dengan Inggris memblokir pantai menghantam penyelundup – penyelundup dari dan ke Maluku. Penyelundupan itu dilakukan oleh orang-orang Wajo. Dengan kekuatan bala bantuan Bajak laut diserangnya.
Dalam kesempatan tersebut juga Empang yang merupakan daerah taklukan Dompu didudukinya pula, karena itu terjadilah peperangan antara Kesultanan Dompu dan Kesultanan Sumbawa.
Dalam berbagai pertempuran pasukan Dompu dapat dipukul mundur sehingga Adipati Mele Habirah dapat menduduki daerah – daerah Dompu seperti: Hu’u, Adu, Kempo dan Kwangko. Dalam perjanjian damai antara Kesultanan Dompu dan Kesultanan Sumbawa ditetapkan:
- Kesultanan Dompu mengakui kekuasaan Kesultanan Sumbawa atas Empang.
- Daerah – daerah Hu’u, Adu, Kempo dan Kwangko dikembalikan kepada Kesultanan Dompu.
Baru saja [[]]dapat ditumpas dari perairan Sumbawa, tahun 1788 timbul pemberontakan yang dibantu orang-orang Bali, Sumbawa mendapat bantuan dari Kompeni dan Sultan Dompu. Pemberontakan dapat dipadamkan dan orang–orang Bali diusir kembali ke pulau Lombok. Baru pada tahun 1790, kondisi keamanan pulih kembali.
Pemakaman
[sunting | sunting sumber]Dewa Masmawa Sultan Harunurrasyid II mangkat pada tanggal 9 Juli 1791.
Hubungan silsilah kekerabatan dengan trah Sultan Bima
[sunting | sunting sumber]Tahun pemerintahan Sultan Bima.[3][4][15][16]
DATU JEREWEH ♂ HASANUDDIN (ALAUDDIN)[17] | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN SUMBAWA XIV m. 1777-1791 DATU SERAN ♂ Sultan Harun Ar Rasyid II (Hasan Rasyid) ♀ Lala ...... | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTANAH SUMBAWA XII m. 1791-1795 ♀ Dewa Masmawa Sultanah Shafiyatuddin Daeng Massiki | Raja Paduka Sumbawa ♀ Datu Sagiri Daeng Sagiri
SULTAN BIMA IX m. 1773-1817 ♂ Sultan Abdul Hamid Muhammad Syah anumerta: Mantau Asi Saninu (yang mempunyai istana cermin) (b. 1762, + 14 Juli 1817) (duda dari Sultanah Shafiyatuddin Daeng Massiki)[18] | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN BIMA X m. 1818-1854 ♂ Sultan Ismail Muhammad Syah Rumata Mawa’a Alus anumerta: Mantau Dana Sigi (yang mempunyai tanah mesjid) (b. 28 Mei 1797, + 30 Mei atau 4 Juni 1854)
♀ Siti Hadijah al Kubra Bumi Partiga | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN BIMA XI m. 1854-1868 ♂ Sultan Abdullah Muhammad Syah anumerta: "Rumata Mawa’a Adil" (yang membawa keadilan) (b. 1844, + 10 Agustus 1868)
♀ Siti Saleha Bumi Pertiga binti Lalu Cela Tureli Belo bin Lalu Abdullah Syahbandar bin Dewa Masmawa Sultan Lalu Onye Datu Ungkap Sermin (anumerta: Dewa Lengit Ling Dima SULTAN SUMBAWA IX m. 1761-1762) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN BIMA XII m. 1868-1981 ♂ Sultan Abdul Aziz Mawa'a Sampela | SULTAN BIMA XIII m. 1881-1915 ♂ Sultan Ibrahim anumerta: Rumata Mawa’a Taho Perange (yang baik perangai) (b. 19 Februari 1866; + 6 Desember 1915)
♀ Sitti Fatimah binti Lalu Yusuf Ruma Sakuru | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Abdullah Ruma Haji | SULTAN BIMA XIV m. 1915-1951 ♂ Sultan Muhammad Salahuddin anumerta: Marrbora di Jakarta, Ma Kakidi Agama (yang meninggal di Jakarta, yang menegakkan agama) (b. 14 Juli 1889)[19]
♀ Sitti Aisyah binti SULTAN DOMPU XX Sultan Muhammad Sirajuddin | ♂ Abdul Qodim Ruma Siso | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♀ Siti Maryam Salahuddin Rachmad Ruma Ina Ka'u Mari Bumi Partiga (b. 13 Juni 1927, + 18 Maret 2017) | SULTAN BIMA XV ♂ Sultan Haji Abdul Kahir II Ama Ka'u Kahi anumerta:Ruma Ma Wa'a Busi Ro Mawo (b. 5 Mei 1925, + 24 Oktober 2001)
♀ Hj. Retno Murti Zubaidah | ♀ Siti Halimah Ruma Emi | ♀ Siti Jahara Ruma Joha | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♀ Hj. Ferra Amalia, SE, MM. Dae Ferra | SULTAN BIMA XVI m. 4 Juli 2013-23 Desember 2013 ♂ Putra (Iskandar) Zulkarnain Sultan Haji Fery Zulkarnain Dae Ferry (mantan Bupati Bima 2015-26 Desember 2013) (b.1 Oktober 1964, + 26 Desember 2013)
♀ Hj. Indah Damayanti Putri (Bupati Bima) | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Muhammad Putera Pratama (alm) | Jena Teke SULTAN MUDA BIMA XVII ♂ Muhammad Putera Ferryandi (b. 12 Desember 1995) | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Hubungan silsilah kekerabatan dengan trah Sultan Sumbawa
[sunting | sunting sumber]Beliau merupakan salah satu leluhur Raja Sumbawa Dewa Masmawa Sultan Muhammad Kaharuddin IV.
Tahun pemerintahan Sultan Bima.[3][4][15][18]
DATU JEREWEH ♂ ALAUDDIN HASANUDDIN | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♀ Lala .......... | SULTAN SUMBAWA XIV m. 1777-1791 DATU SERAN ♂ Sultan Harunnurasyid II Hasan Rasid Datu Budi Lalu Mahmud (+ 9 Juli 1791) | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTANAH SUMBAWA XII m. 1791-1795 ♀ Dewa Masmawa Sultanah Shafiyatuddin Daeng Massiki | SULTAN BIMA IX m. 1773-1817 ♂ Sultan Abdul Hamid Muhammad Syah anumerta: Mantau Asi Saninu (yang mempunyai istana cermin) (b. 1762, + 14 Juli 1817) (duda dari Sultanah Shafiyatuddin Daeng Massiki) | Raja Paduka Sumbawa ♀ Datu Giri Daeng Sagiri (adik Daeng Massiki) | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♀ Siti Hadijah al Kubra Bumi Partiga | SULTAN BIMA X m. 1818-1854 ♂ Sultan Ismail Muhammad Syah Rumata Mawa’a Alus anumerta: Mantau Dana Sigi (yang mempunyai tanah mesjid) (b. 28 Mei 1797, + 30 Mei atau 4 Juni 1854) | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♀ Siti Saleha Bumi Pertiga binti Lalu Cela Tureli Belo bin Lalu Abdullah Syahbandar bin Dewa Masmawa Sultan Lalu Onye Datu Ungkap Sermin Dewa Lengit Ling Dima SULTAN SUMBAWA IX m. 1761-1752 | SULTAN BIMA XI m. 1854-1868 ♂ Sultan Abdullah Muhammad Syah anumerta: "Rumata Mawa’a Adil" (yang membawa keadilan) (b. 1844, + 10 Agustus 1868) | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
SULTAN BIMA XII m. 1868-1981 ♂ Sultan Abdul Aziz Mawa'a Sampela | SULTAN BIMA XIII m. 1881-1915 ♂ Sultan Ibrahim anumerta: Rumata Mawa’a Taho Perange (yang baik perangai) (b. 19 Februari 1866; + 6 Desember 1915) | ♀ Sitti Fatimah binti Lalu Yusuf Ruma Sakuru | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♀ Sitti Maryam binti Muhammad Qurais bin Muhammad Hidir Raja Bicara Bima | SULTAN BIMA XIV m. 1915-1951 ♂ Sultan Muhammad Salahuddin anumerta: Marrbora di Jakarta, Ma Kakidi Agama (yang meninggal di Jakarta, yang menegakkan agama) (b. 14 Juli 1889) | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Sultan Muhammad Kaharuddin III SULTAN SUMBAWA XVII m. 1931-1975 | ♀ Siti Khodijah Daeng Ante Ruma Pa'duka | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♀ Nindo Siti Rahayu Daeng Risompa | SULTAN SUMBAWA XVIII m. 2011-sekarang
Dewa Maraja Bini ♀ Andi Bau Tenri Djadjah Datu Tenri (b. 23 Oktober 1946) binti ♂ Andi Burhanuddin Karaeng Pangkajene = ♀ Andi Tenri Ampareng Datu Sengngeng Pamanna Wajo[20] | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♀ Daeng Nadia Indriana Hanoum | ♀ Daeng Sarrojini Naidu
♂ Sentot Agus Priyanto | ||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
♂ Raehan Omar Hasani Priyanto | ♂ Raindra Saadya Ramadhan Priyanto | ♂ Rayaka Ali Kareem Priyanto | |||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||||
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Rujukan dan catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ Anthony Marinus Hendrik Johan Stokvis (1888). Manuel d'histoire, de généalogie et de chronologie de tous les états du globe, depuis les temps les plus reculés jusqu'à nos jours (dalam bahasa Prancis). Brill. hlm. 380.
- ^ "Ensiklopedia Kebudayaan Sumbawa, Sultan-sultan Sumbawa". Universitas Teknologi Sumbawa. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-05-18. Diakses tanggal 18 Mei 2019.
- ^ a b c "Ensiklopedia Kebudayaan Sumbawa, Pemerintahan Sultan Bagian 1". Universitas Teknologi Sumbawa. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-05-18. Diakses tanggal 18 Mei 2019.
- ^ a b c d e "Ensiklopedia Kebudayaan Sumbawa, Pemerintahan Sultan Bagian 2". Universitas Teknologi Sumbawa. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-05-18. Diakses tanggal 18 Mei 2019.
- ^ "Sejarah Kesultanan Sumbawa". Website Resmi Pemerintah Kabupaten Sumbawa. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-25. Diakses tanggal 2019-08-06.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-21. Diakses tanggal 2019-07-12.
- ^ Peninggalan sejarah dan kepurbakalaan Nusa Tenggara Barat. Indonesia: Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, Kantor Wilayah Propinsi Nusa Tenggara Barat, Bagian Proyek Pembinaan Permuseuman Nusa Tenggara Barat. 1997. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-16. Diakses tanggal 2019-06-07.
- ^ a b "Rulers in Asia (1683 – 1811): attachment to the Database of Diplomatic letters" (PDF). Arsip Nasional Republik Indonesia (dalam bahasa Inggris). hlm. 57. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2022-03-13. Diakses tanggal 2019-01-05.
- ^ a b Ben Cahoon. "Indonesian Traditional States II". WORLD STATESMEN.org. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-07-21. Diakses tanggal 3 Juni 2019.
- ^ Chambert-Loir, Henri (2010). Iman dan Diplomasi. Jl. Palmerah Selatan No. 21, Jakarta 10270, Indonesia: (KPG) Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 1297. ISBN 9799102375. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-16. Diakses tanggal 2020-02-16. ISBN 978-979-9102-37-9
- ^ Rachmat Salahuddin, Sitti Maryam (1999). Henri Chambert-Loir, ed. Bo' Sangaji Kai: catatan kerajaan Bima. Indonesia: Ecole française d'Extrême-Orient : Yayasan Obor Indonesia, 1999. hlm. 441. ISBN 9794613398. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-16. Diakses tanggal 2020-02-16. ISBN 978-979-461-339-9
- ^ Yaitu hari Ahad, 28 Mei 1797
- ^ Artinya,"semoga Allah memanjangkan usianya,menambah keutamaannya dan membaguskan badannya".
- ^ Yaitu hari Sabtu, 9 Desember 1797
- ^ a b Chambert-Loir, Henri (Juli 2004). Henri Chambert-Loir, ed. Kerajaan Bima dalam sastra dan sejarah (edisi ke-2). Jl. Palmerah Selatan No. 21, Jakarta 10270, Indonesia: (KPG) Kepustakaan Populer Gramedia. hlm. 121. ISBN 9799100119. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-08-16. Diakses tanggal 2019-06-07. ISBN 978-979-9100-11-5
- ^ "Salinan arsip" (PDF). Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2023-06-23. Diakses tanggal 2019-06-26.
- ^ Islamic Narrative and Authority in Southeast Asia: From the 16th to the 21st Century (dalam bahasa Inggris). Indonesia: Springer. 11 Jun 2007. hlm. 96. ISBN 0230605087. ISBN 978-0-230-60508-4
- ^ a b Susanto Zuhdi, Triana Wulandari (1 Januari 1997). Thawaluddin Haris, ed. Kerajaan Tradisional di Indonesia : BIMA. Indonesia: Direktorat Jenderal Kebudayaan. hlm. 59.
- ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-06-21. Diakses tanggal 2019-07-28.
- ^ "Ensiklopedia Kebudayaan Sumbawa, Lahirnya Kesultanan Sumbawa". Universitas Teknologi Sumbawa. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-05-18. Diakses tanggal 18 Mei 2019.