Hibernasi
Hibernasi atau rahat adalah kondisi ketakaktifan dan penurunan metabolisme pada hewan yang ditandai dengan suhu tubuh yang lebih rendah, pernapasan yang lebih perlahan, serta kecepatan metabolisme yang lebih rendah. Hewan yang melakukan hibernasi berusaha menghemat energi, terutama selama musim dingin sewaktu terjadi kelangkaan makanan, membakar cadangan energi, lemak tubuh, dengan perlahan. Hibernasi dapat terjadi selama beberapa hari atau pekan, tergantung dari spesies, suhu sekitar, dan waktu. Hewan yang terkenal suka melakukan hibernasi adalah Beruang.[1]
Hibernasi sering dikaitkan dengan suhu rendah, tetapi fungsi hibernasi adalah untuk menghemat energi selama periode ketika tidak tersedia makanan yang cukup. Untuk mencapai penghematan energi ini, proses endoterma akan menurunkan tingkat metabolisme terlebih dahulu, yang kemudian menghasilkan penurunan suhu tubuh.[2] Hibernasi bisa berlangsung beberapa hari, minggu, atau bulan tergantung pada spesies, suhu lingkungan, waktu tahun, dan kondisi tubuh individu.
Sebelum memasuki masa hibernasi, seekor hewan harus memasok energi agar mampu bertahan selama musim dingin. Spesies yang berukuran lebih besar menjadi hiperfagia dan makan dalam jumlah yang besar dan menyimpan energi dalam timbunan lemak. Pada banyak spesies yang berukuran kecil akan menimbun makanan pada tempat persembunyiannya.[3] Beberapa spesies mamalia hibernasi namun pada saat yang sama sedang hamil muda, baik yang lahir disaat induk berhibernasi atau segera sesudahnya.[4]
Hibernasi Hewan
[sunting | sunting sumber]Primata
[sunting | sunting sumber]Disaat berhibernasi telah lama dipelajari pada hewan pengerat yang bernama tupai tanah. Belum ada mamalia primata atau tropis dikenal hibernasi. Hingga akhirnya ditemukan bahwa lemur kerdil Madagaskar yang berhibernasi di lubang pohon selama tujuh bulan dalam satu tahun.[5] Suhu dimusim dingin di Malagasy terkadang mencapai lebih dari 30 °C (86 °F), sehingga, hibernasi bukanlah adaptasi yang khusus terhadap suhu lingkungan yang rendah. Hibernasi dari lemur ini sangat tergantung pada kondisi termal lubang pohon: jika lubang tertutup dengan buruk, suhu tubuh lemur berfluktuasi secara luas dan secara pasif mengikuti suhu lingkungan; jika tertutup dengan baik, suhu tubuh tetap cukup konstan dan hewan mengalami stimulasi normal.[6] Dausmann Menemukan bahwa hypermetabolisme disaat hewan berhibernasi tidak selalu diiringi dengan suhu tubuh rendah.[7]
Beruang
[sunting | sunting sumber]Apakah beruang itu benar-benar berhibernasi masih tetap menjadi kontroversi sudah sejak beberapa dekade, karena beruang (pada musim dingin) hanya sedikit mengalami penurunan suhu pada inti tubuh dibandingkan dengan hewan yang lebih kecil. Apapun definisi hibernasi, tetapi bukanlah tingkat pengurangan suhu, tetapi penekanan metabolik. Beruang dewasa bisa, tetapi tingkat metabolisme yang lebih rendah untuk sekitar 75% di bawah tingkat metabolisme basal, yang menunjukkan bahwa beruang berhibernasi. Memang, sebagian besar beruang di belahan bumi utara tidak akan makan ataupun minum selama 8 bulan, dan hanya mengandalkan cadangan lemak tubuh disimpan untuk energi dan air.
Meskipun diyakini bahwa hibernasinya beruang sangat berbeda dari hewan pengerat ataupun hibernasinya hewan primata, dan melibatkan penekanan metabolisme suhu secara independen, karena penurunan sederhana dalam suhu inti tidak memperhitungkan penurunan besar dalam tingkat metabolisme, keyakinan ini tidak mempertimbangkan efek reaksi metabolik yang dapat terjadi melalui penyempitan pembuluh darah atau vasokonstriksi yang sangat luas.
Mereka mampu mendaur ulang protein dan urin mereka, yang membuat mereka dapat untuk menahan kencing selama berbulan-bulan dan mampu menghentikan Atrofi otot.[8][9]m
Hibernasi Pada Burung
[sunting | sunting sumber]Secara historis, Plinius yang Tua percaya bahwa Burung layang-layang juga berhibernasi, dan seorang Ornitologi yang bernama Gilbert White menjelaskan bukti pada The Natural History of Selborne yang menunjukan banyak hal. Burung Pada umumnya tidak berhibernasi . Dengan satu pengecualian yang diketahui bahwa burung common poorwill.[10][11]
Dormansi pada ikan
[sunting | sunting sumber]Ikan merupakan hewan ektoterma, yang secara definisi tidak mampu berhibernasi dikarenakan tidak mampu mengatur suhu ataupun mengatur tingkat metabolisme secara mandiri. Namun mereka bisa mengalami penurunan suhu tubuh akibat suhu lingkungan yg mendingin maupun ketersediaan oksigen yang rendah (hipoksia) dan dapat mengalami dormansi. Selama beberapa generasi [jelas] selama abad ke-20 ia berpikir bahwa hiu penjemur diam di dasar Laut Utara dan berdormansi. Namun Penelitian oleh Dr David Sims pada tahun 2003 memupuskan hipotesis ini [12] yang mengemukakan bahwa hiu aktif melakukan perjalanan jarak yang sangat jauh sepanjang musim, dengan jarak jelajah yang lebih tinggi daripada plankton.
Dokumentasi Hiu epaulette (Hemiscyllium ocellatum) mampu bertahan hidup dalam durasi yang cukup lama tanpa mendapat asupan oksigen, meskipun dibiarkan tinggi dan kering, dan pada temperatur yang dapat mencapai 26 °C (79 °F).[13] Hewan lain yang dapat bertahan dalam durasi lama tanpa oksigen mencakup Ikan mas hias (Carassius auratus auratus), Kura-kura brazil (Trachemys scripta elegans), katak pohon (Lithobates sylvaticus), Angsa berkepala kotak (Anser indicus).[14] Namun, kemampuan untuk bertahan hidup kondisi hipoksia atau kondisi anoxic tidaklah sama, atau tidak terkait secara erat, untuk hibernasi endotermik.
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Watts PD, Oritsland NA, Jonkel C, Ronald K (1981). "Mammalian hibernation and the oxygen consumption of a denning black bear (Ursus americanus)". Comparative Biochemistry and Physiology Part A: Physiology. 69 (1): 121–3. doi:10.1016/0300-9629(81)90645-9.
- ^ Kesalahan pengutipan: Tag
<ref>
tidak sah; tidak ditemukan teks untuk ref bernamaGeiser 2004 239-274
- ^ Humphries, M. M.; Thomas, D.W.; Kramer, D.L. (2003). "The role of energy availability in mammalian hibernation: A cost-benefit approach". Physiological and Biochemical Zoology. 76 (2): 165–179. doi:10.1086/367950.
- ^ Hellgren, Eric C. (1998). "Physiology of Hibernation in Bears". Ursus. 10: 467–477. JSTOR 3873159.
- ^ (Inggris) Dausmann, K.H.; Glos, J.; Ganzhorn, J.U.; Heldmaier, G. (2005). "Hibernation in the tropics: lessons from a primate". Comparative Physiology B. 175 (3): 147–155. doi:10.1007/s00360-004-0470-0.
- ^ Blanco, M. B.; Dausmann, K.; Ranaivoarisoa, J. F.; Yoder, A. D. (2013). "Underground Hibernation in a Primate". Scientific Reports. doi:10.1038/srep01768.
- ^ "Physiology: Hibernation in a tropical primate". 429 (6994).
- ^ (Inggris) Lundberg, D.A.; Nelson, R.A.; Wahner, H.W.; Jones, J.D. (1976). "Metabolisme protein pada beruang hitam, menjelang dan selama berhibernasi". Mayo Clinnic Proceedings. 51 (11): 716–722.
- ^ (Inggris) Nelson, R.A. (1980). "Protein and fat metabolism in hibernating bears". FASEB J. 39 (12): 2955–2958. PMID 6998737.
- ^ Jaeger, Edmund C. (May–June 1949). "Further Observations on the Hibernation of the Poor-will". The Condor. 3. 51: 105–109. JSTOR 1365104.
Earlier I gave an account (Condor, 50, 1948:45) of the behavior of a Poor-will (Phalaenoptilus nuttallinii) which I found in a state of profound torpidity in the winter of 1946-47 in the Chuckawalla Mountains of the Colorado Desert, California.
- ^ McKechnie, Andrew W. "Torpor in an African caprimulgid, the freckled nightjar Caprimulgus tristigma" (PDF). Journal of Avian Biology. 38 (3): 261–266. doi:10.1111/j.2007.0908-8857.04116.x. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 2008-12-17. Diakses tanggal 2015-04-21.
- ^ (Inggris) "Seasonal movements and behavior of basking sharks from archival tagging". Marine Ecology Progress Series. 248: 187–196. 2003. doi:10.3354/meps248187.
- ^ (Inggris) "A Shark With an Amazing Party Trick". New Scientist. 177 (2385): 46. 8 March 2003. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2003-04-26. Diakses tanggal 2006-10-06.
- ^ (Inggris)Breathless: A shark with an amazing party trick is teaching doctors how to protect the brains of stroke patients. Diarsipkan 2012-02-29 di Wayback Machine. Douglas Fox, New Scientist vol 177 issue 2385 - 8 March 2003, page 46. Last accessed November 9, 2006.
Bacaan lanjutan
[sunting | sunting sumber]- Carey, H.V., M.T. Andrews and S.L. Martin. 2003. Mammalian hibernation: cellular and molecular responses to depressed metabolism and low temperature. Physiological Reviews 83: 1153-1181.