Hindun binti Auf

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Hindun binti Auf
Nama asalهندة بنت عوف ابن زهير
LahirHindah binti ʿAuf bin Zuhair
c. 560 M
Al-Yaman, Arab (sekarang Yaman)
Meninggalc. 610
Al-Hijaz, Arab (sekarang KSA)
Dikenal atasIbu mertua dari Muhammad
Suami/istri
Anak
Orang tua
KeluargaBanu Himyar

Hindun binti ʿAuf (Arab: هند بنت عوف) adalah ibu mertua dari dua orang istri Muhammad.[1] Sebagai ibu, ibu mertua dan nenek dari beberapa sahabat Muhammad, ia dikenal sebagai "ibu mertua termulia di dunia". Dia juga dikenal dengan nama Khawla.[2]

Keluarga[sunting | sunting sumber]

Ayah Hindun, Auf bin Zuhair bin al-Haarits bin Humaatah bin Juraish/Jarsh, berasal dari suku Himyar di Yaman. Ibunya adalah Aisyah binti al-Muhazzam.[3]

Pernikahan dan anaknya[sunting | sunting sumber]

Hindun diketahui menikah empat kali dan memiliki setidaknya sembilan anak.

Pernikahan pertama[sunting | sunting sumber]

Suami pertamanya adalah Al-Jaz'i al-Zubaydi. Al-Tabari menyebutkan satu anak dari perkawinan ini. Seorang anak laki-laki.

1. Mahmiyah bin Al-Jaz'i al-Zubaydi.[4]

Dia adalah seorang mualaf yang menghabiskan tiga belas tahun di Abyssinia. Pada saat kedatangannya di Madinah pada tahun 628, Muhammad menunjuknya sebagai bendahara masyarakat.

Pernikahan kedua[sunting | sunting sumber]

Dia juga menikah dengan Al-Harits bin Hazan bin Jubair bin Al-Hazm bin Rubiya bin Abdullah bin Hilal. Banu Hilal adalah penduduk Mekah. Meskipun mereka kaya raya, mereka tidak memiliki kekuatan politik seperti suku Quraisy.

Dari Harith, Hindun menjadi ibu dari setidaknya empat orang anak.

2. Lubabah, yang lebih dikenal dengan nama Ummu Fadl. Dia adalah istri dari Abbas bin Abdul Muthalib, dan ibu dari tujuh anaknya, termasuk Ibnu Abbas yang terkenal.[5]
3. Barra binti al-Harith, berganti nama menjadi Maymunah ketika ia menikah dengan suami ketiganya, Muhammad.[6]
4. Al-Saayib bin al-Harith.
5. Qatn bin al-Harith.

Pernikahan ketiga[sunting | sunting sumber]

Suami berikutnya adalah Khuzaimah bin Al-Harits al-Hilali. Dari dia, Hindun hanya memiliki satu anak perempuan:

6. Zainab binti Khuzaimah, yang juga merupakan istri Muhammad. Disebutkan bahwa "tiga orang saudara laki-lakinya" hadir di pemakamannya;[7] karena Mahmiyah saat itu berada di Abyssinia, maka saudara-saudara tersebut dipastikan adalah Al-Sayib, Qatn dan Awn.

Pernikahan keempat[sunting | sunting sumber]

Suami keempat Hindun adalah Umais bin Ma'ad bin Tamim bin Al-Harits bin Kaab bin Malik dari suku Khath'am. Pernikahan ini menghasilkan tiga orang anak:

7. Asma binti Umais, yang menikah dengan Rabia bin Riyab al-Hilali, Jafar bin Abi Thalib, khalifah pertama Islam Abu Bakar dan khalifah keempat Ali, dan dari mereka, memiliki setidaknya delapan orang anak.[8][9]
8. Salma binti Umais, yang menikah dengan Hamzah bin Abdul Muthalib dan kemudian Shaddad bin Usamah bin Al-Haad al-Laythi.[10][11] Diceritakan juga bahwa ia menikah dengan Kaab bin Inaba dari suku Khath'am.
9. Aun bin Umais, yang tewas pada Pertempuran al-Harra.[12]

Anak tiri[sunting | sunting sumber]

Al-Harits bin Hazan juga memiliki setidaknya tiga orang anak perempuan dari istri yang lain, Fakhita binti Amir bin Muattib bin Malik al-Thaqafi.[13] Anak tiri Hindun dari pernikahan ini antara lain:

10. Lubaba al-Sughra/Lubaba binti al-Harith, ia juga dikenal sebagai Layla atau Asma, yang menikah dengan Walid bin al-Mughira al-Makhzumi, dan merupakan ibu dari pejuang terkenal Khalid bin Walid.[14][15]
11. Huzayla binti al-Harith.[16][17]
12. Ghorra binti Al-Harith, juga dikenal sebagai Izza, yang menikah dengan Abdullah bin Malik al-Hilali.[18][19]

Referensi[sunting | sunting sumber]

  1. ^ The encyclopaedia of Islam: prepared by a number of leading Orientalists. Brill Archive. 1980. hlm. 92. ISBN 90-04-06167-3. 
  2. ^ Al-Tabari, Tarikh al-Rusul wa'l-Muluk, vol. 39. Translated by Landau-Tasseron, E. (1998). Biographies of the Prophet's Companions and Their Successors, p. 201. New York: State University of New York Press.
  3. ^ Muhammad ibn Saad. Kitab al-Tabaqat al-Kabir vol. 8. Translated by Bewley, A. (1995). The Women of Madina, p. 193. London: Ta-Ha Publishers.
  4. ^ Landau-Tasseron/Tabari, p. 201.
  5. ^ Landau-Tasseron/Tabari, p. 201.
  6. ^ Landau-Tasseron/Tabari, pp. 185, 201.
  7. ^ Bewley/Saad p. 82.
  8. ^ Bewley/Saad, pp. 196-199.
  9. ^ Landau-Tasseron/Tabari, p. 201.
  10. ^ Bewley/Saad p. 199.
  11. ^ Landau-Tasseron/Tabari, p. 201.
  12. ^ Landau-Tasseron/Tabari, p. 201.
  13. ^ Landau-Tasseron/Tabari, p. 201.
  14. ^ Bewley/Saad p. 195.
  15. ^ Landau-Tasseron/Tabari, p. 201.
  16. ^ Bewley/Saad p. 196.
  17. ^ Landau-Tasseron/Tabari, p. 201.
  18. ^ Bewley/Saad p. 196.
  19. ^ Landau-Tasseron/Tabari, p. 201.