Lompat ke isi

Invasi Rusia oleh Prancis

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Invasi Prancis ke Rusia)

Invasi Rusia oleh Prancis (bahasa Rusia: Отечественная война 1812 года, translit. Otechestvennaya voyna 1812 goda), juga dikenal sebagai Perang Patriotik 1812, dimulai 24 Juni 1812 ketika pasukan Prancis yang dipimpin Napoleon menyeberangi sungai Neman di Eropa Timur dengan tujuan untuk mengalahkan pasukan Rusia. Napoleon berharap untuk mendesak Tsar Alexander supaya menghentikan perdagangan antara Rusia dengan Britania Raya dengan tujuan memaksa Britania Raya untuk berdamai dengan Prancis. Secara resmi perang ini bertujuan untuk membebaskan Polandia dari ancaman penjajahan Rusia. Napoleon menamakan perang tersebut Perang Polandia Kedua untuk menarik simpati rakyat Polandia dan sebagai pembenaran politik atas perangnya tersebut.

Pada fase awal invasi tersebut, pasukan Prancis berjumlah 680.000 orang di mana 300.000 di antaranya adalah tentara yang berasal dari Prancis, selebihnya berasal dari wilayah Eropa yang berada dibawah kekuasaan Kekaisaran Prancis. Pasukan tersebut adalah pasukan terbesar yang disusun dalam sejarah militer pada masa itu. Lewat serangkaian long march, Napoleon memacu pasukannya secepat mungkin melalui wilayah Rusia Barat dengan tujuan menantang dan menghancurkan pasukan Rusia dan berhasil memenangkan beberapa pertempuran kecil dan pertempuran besar di Smolensk pada Agustus 1812. Napoleon berharap pertempuran tersebut berarti kemenangan dalam perang namun pasukan Rusia diam-diam melarikan diri dan terus mundur, membiarkan Smolensk terbakar. Bersamaan dengan mundurnya pasukan Rusia, mereka menerapkan taktik bumi hangus, mengakibatkan hancurnya desa-desa, kota-kota dan ladang-ladang serta memaksa pasukan Prancis untuk mengandalkan sistem suplai yang tidak mampu untuk memberi makan mereka di lapangan. Pada 7 September 1812, pasukan Prancis bertemu dengan pasukan Rusia yang memposisikan mereka di lereng bukit sebelum kota kecil bernama Borodino, 70 mil sebelah barat Moskow. Pertempuran Borodino adalah pertempuran paling berdarah selama satu hari sepanjang sejarah dalam perang Napoleon, dengan korban 72.000 jiwa dan berakhir dengan kemenangan Prancis yang sangat sulit untuk dicapai. Pasukan Rusia kemudian mundur keesokan harinya, lagi-lagi meninggalkan pasukan Prancis tanpa kemenangan dahsyat yang Napoleon harapkan. Seminggu kemudian, Napoleon dan pasukannya tiba di Moskow, yang telah ditinggalkan oleh penghuninya dan dibakar oleh mereka.

Jatuhnya Moskow tidak mampu mendesak Tsar Alexander untuk bernegosiasi dengan Napoleon, dan beliau tinggal di Moskow bersama pasukannya selama sebulan, menunggu tawaran untuk berdamai yang tak kunjung datang. 19 Oktober 1812, Napoleon dan pasukannya meninggalkan Moskow dan menuju arah barat daya ke Kaluga, dimana panglima tertinggi pasukan Rusia, Mikhail Kutuzov bersama pasukannya menunggu mereka. Setelah pertempuran di Maloyaroslavets, Napoleon dan pasukannya mulai mundur kembali ke perbatasan Polandia. Berminggu-minggu kemudian, pasukan Prancis menderita gara-gara musim dingin Rusia. Kurangnya makanan untuk pasukan dan rumput untuk kuda bagi pasukan kavaleri, hipotermia yang diakibatkan suhu dingin yang ekstrim dan serangan gerilya yang dilakukan terus menerus oleh rakyat Rusia dan pasukan Kazaki mengakibatkan korban jiwa yang semakin banyak, dan runtuhnya kedisiplinan dan kohesi pasukan Prancis. Pertempuran selanjutnya di Vyazma dan Krasnoi menghasilkan kekalahan yang lebih banyak lagi bagi Prancis.

Ketika sisa-sisa pasukan utama Prancis yang dipimpin Napoleon menyeberangi sungai Berezina di akhir November 1812, hanya tersisa 27.000 prajurit; 380.000 tentara Prancis tewas dan 100.000 tertangkap selama perang di Rusia. Setelah menyebrangi Berezina, Napoleon meninggalkan pasukannya setelah didesak oleh para penasihatnya dan dengan persetujuan bulat dari para marsekalnya. Dia kembali ke Paris untuk melindungi posisinya sebagai kaisar Prancis dan untuk merekrut lebih banyak pasukan untuk menghadapi pasukan Rusia yang mulai menuju ke arah Prancis. Perang ini berakhir setelah 6 bulan pada tanggal 14 Desember 1812, tanggal dimana pasukan Prancis akhirnya meninggalkan Rusia.

Perang ini menjadi titik balik bagi karier militer Napoleon. Perang ini adalah perang terbesar dan paling berdarah pada jamannya, melibatkan lebih dari 1,5 juta pasukan, dengan lebih dari 500.000 korban jiwa di pihak Prancis dan 400.000 korban jiwa di pihak Rusia. Reputasi Napoleon hancur seketika, dan hegemoni Prancis di Eropa melemah secara drastis. Pasukan Napoleon, yang dijuluki le Grande Armée dan terdiri dari prajurit Prancis, jajahan Prancis serta sekutu-sekutunya, berkurang menjadi sebagian kecil dari kekuatan awalnya. Peristiwa-peristiwa tersebut mengakibatkan perubahan besar dalam politik Eropa. Sekutu Prancis, Prusia dan nantinya diikuti oleh Austria, memutuskan aliansi mereka dengan Prancis dan berganti posisi, menyebabkan Perang Koalisi Keenam.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Bogdanovich, "History of Patriotic War 1812", Spt., 1859-1860, Appendix, pg. 492-503

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]