Lompat ke isi

Istidraj

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Istidraj (bahasa Arab: الاستدراج, translit. al-Istidraj) adalah istilah dalam Islam yang merujuk pada pemberian kenikmatan duniawi kepada seseorang yang terus-menerus bermaksiat kepada Allah. Istidraj bukanlah bentuk rahmat atau kasih sayang, melainkan cara Allah menunda hukuman kepada mereka yang mengabaikan perintah-Nya, sehingga mereka semakin jauh dalam kelalaian. Istidraj disebutkan dalam beberapa ayat Al-Qur'an dan hadits sebagai peringatan bagi umat manusia agar tidak tertipu oleh kenikmatan dunia.[1][2]

Etimologi dan Definisi

[sunting | sunting sumber]

Secara bahasa, istidraj berasal dari kata daraja (درج), yang berarti "bertahap" atau "berangsur-angsur". Dalam konteks syariat, istidraj adalah kondisi di mana Allah memberikan rezeki dan nikmat secara bertahap kepada seseorang yang bermaksiat tanpa disertai hidayah atau kesadaran untuk bertobat.[3]Dalam Ensiklopedia Tasawuf Imam Al-Ghazali, istidraj artinya pembiaran. Yaitu pembiaran karena tidak mau berhenti melakukan hal-hal yang memalukan (maksiat). Istidraj merupakan peringatan keras dari Allah.[4][5]

Malik Al-Mughis dalam bukunya yang berjudul Demi Masa menjelaskan, istidraj adalah pemberian kesenangan untuk orang-orang yang dimurkai Allah agar mereka terus menerus lalai. Hingga pada suatu ketika semua kesenangan itu dicabut oleh Allah, mereka akan termangu dalam penyesalan yang terlambat.[4]

Tanda-Tanda Istidraj

[sunting | sunting sumber]

Istidraj ditandai dengan beberapa hal, seperti kenikmatan duniawi yang terus mengalir kepada seseorang meskipun ia bermaksiat kepada Allah. Orang yang mengalami istidraj cenderung merasa puas dengan kehidupannya tanpa melakukan ketaatan, seperti meninggalkan shalat atau kewajiban lainnya. Selain itu, hati mereka menjadi keras, sulit menerima nasihat, dan tidak ada kesadaran untuk bertobat atas dosa-dosa yang telah dilakukan.[6][7]

Bahaya Istidraj

[sunting | sunting sumber]

Bahaya istidraj meliputi kerugian dunia dan akhirat. Orang yang mengalami istidraj sering kali melalaikan akhirat karena terbuai oleh kenikmatan duniawi. Mereka juga menghadapi risiko hukuman yang mendadak, di mana Allah dapat mencabut nikmat tersebut secara tiba-tiba. Selain itu, istidraj menutup pintu kesadaran untuk bertobat dan menjadikan seseorang kehilangan kesempatan untuk memperbaiki diri. Akibatnya, mereka mengalami kerugian abadi di akhirat, karena amal mereka tidak bernilai di sisi Allah.[8]

Penyebutan dalam Al-Qur’an dan Hadis

[sunting | sunting sumber]

Istidraj dalam Al-Qur’an

[sunting | sunting sumber]

"Maka tatkala mereka melupakan peringatan yang telah diberikan kepada mereka, Kami pun membukakan semua pintu-pintu kesenangan untuk mereka. Hingga ketika mereka bergembira dengan apa yang telah diberikan kepada mereka, Kami siksa mereka secara tiba-tiba, maka ketika itu mereka terdiam berputus asa."

— (QS. Al-An'am: 44)

Dunia juga dihiasi dengan berbagai macam kemegahan dan sesuatu yang menggiurkan. Allah berfirman:[9][10]

Hingga apabila bumi itu telah sempurna keindahannya, dan memakai (pula) perhiasannya, dan pemilik-pemiliknya mengira bahwa mereka pasti menguasainya, tiba-tiba datanglah kepadanya azab kami di waktu malam atau siang, lalu kami jadikan (tanam-tanamannya) laksana tanam-tanaman yang sudah disabit, seakan-akan belum pernah tumbuh kemarin. Demikianlah kami menjelaskan tanda-tanda kekuasaan (kami) kepada orang-orang berfikir.

— [Yûnus/10:24]

dalam firman yang lain :

Ketahuilah, bahwa sesungguhnya kehidupan dunia ini hanyalah permainan dan suatu yang melalaikan, perhiasan dan bermegah- megah antara kamu serta berbangga-banggaan tentang banyaknya harta dan anak, seperti hujan yang tanam-tanamannya mengagumkan para petani; kemudian tanaman itu menjadi kering dan kamu lihat warnanya kuning, kemudian menjadi hancur. Dan di akhirat (nanti) ada azab yang keras dan ampunan dari Allah serta keridhaan-Nya. dan kehidupan dunia Ini tidak lain hanyalah kesenangan yang menipu.

— [al-Hadîd/57:20]

Barangsiapa yang berat timbangan (kebaikan)nya, maka mereka itulah orang-orang yang dapat keberuntungan. Dan barangsiapa yang ringan timbangannya, maka mereka itulah orang-orang yang merugikan dirinya sendiri, mereka kekal di dalam neraka jahannam. Muka mereka dibakar api neraka, dan mereka di dalam neraka itu dalam keadaan cacat.

— [al-Mukminûn/23:101-103]

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik laki-laki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya akan Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.

— [an-Nahl/16:97]

Barangsiapa yang menghendaki kehidupan dunia dan perhiasannya, niscaya kami berikan kepada mereka balasan pekerjaan mereka di dunia dengan sempurna dan mereka di dunia itu tidak akan dirugikan. Itulah orang-orang yang tidak memperoleh di akhirat, kecuali neraka dan lenyaplah di akhirat itu apa yang telah mereka usahakan di dunia dan sia-sialah apa yang telah mereka kerjakan.

— [Hûd/11:15-16]

Istidraj dalam hadis

[sunting | sunting sumber]

Nabi Islam Muhammad bersabda:

"Jika engkau melihat Allah memberikan kenikmatan dunia kepada seorang hamba yang terus-menerus bermaksiat, maka itu adalah istidraj."

— (HR. Ahmad, no. 17311)

Sesungguhnya tempat cemeti kalian di surga itu lebih baik daripada dunia dan seisinya

— [HR. Ahmad no. 21732]
  1. ^ "Peringatan Agar Tidak Tertipu Dengan Kenikmatan Dunia | Almanhaj". almanhaj.or.id (dalam bahasa Inggris). 2013-02-28. Diakses tanggal 2024-11-22. 
  2. ^ "khutbah jumat istidraj jebakan kenikmatan yang membinasakan-V1JX4". kemenag.go.id. Diakses tanggal 2024-11-22. 
  3. ^ "Peringatan Agar Tidak Tertipu Dengan Kenikmatan Dunia | Almanhaj". almanhaj.or.id (dalam bahasa Inggris). 2013-02-28. Diakses tanggal 2024-11-22. 
  4. ^ a b Kristina. "Ini Arti Istidraj dalam Islam, Hati-hati dengan Nikmat Dunia!". detiknews (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2024-11-22. 
  5. ^ Aceh, Kantor Wilayah Kementerian Agama Provinsi. "Istidraj". Istidraj. Diakses tanggal 2024-11-22. 
  6. ^ Isnanto, Bayu Ardi. "Kenali Tanda Istidraj, Ujian dari Allah Dalam Bentuk Rezeki". detikhikmah. Diakses tanggal 2024-11-22. 
  7. ^ detikHikmah, Tim. "Tanda-tanda Istidraj dan Cara Menghindarinya". detikhikmah. Diakses tanggal 2024-11-22. 
  8. ^ tvOneNews.com (2024-06-07). "Teks Khutbah Jumat Singkat Terbaru: Jangan Sampai Terjebak Kenikmatan yang Membahayakan dari Istidraj". www.tvonenews.com. Diakses tanggal 2024-11-22. 
  9. ^ "Tafsir Surat Al-An'am Ayat 44". detikhikmah. Diakses tanggal 2024-11-22. 
  10. ^ "Tafsir Surat Yunus Ayat 24". detikhikmah. Diakses tanggal 2024-11-22.