Jalur Bukit Chittagong
Jalur Bukit Chittagong
পার্বত্য চট্টগ্রাম, | |
---|---|
Negara | Bangladesh |
Divisi | Chittagong |
Distrik gabungan | 3 distrik (Khagrachari, Rangamati, dan Bandarban) |
Luas | |
• Total | 13.295 km2 (5,133 sq mi) |
Populasi (Sensus 2011) | |
• Total | 1.587.000 |
• Kepadatan | 120/km2 (310/sq mi) |
• Suku utama | Bengali:51%; Jumma dan masyarakat suku lainnya:49% |
Zona waktu | UTC+6 (BST) |
Jalur Bukit Chittagong (JBT; Bengali: পার্বত্য চট্টগ্রাম, Parbotto Choŧŧogram; atau disingkat Jalur Bukit), adalah sebuah daerah di Divisi Chittagong di Bangladesh tenggara, berbatasan dengan India dan Myanmar (Burma).
Mencakup luas 13.295 kilometer persegi (5.133 sq mi), mereka membentuk sebuah distrik tunggal sampai dengan tahun 1984, ketika mereka dibagi menjadi tiga distrik : Distrik Khagrachari, Distrik Bukit Rangamati, dan Distrik Bandarban. Secara topografi, Jalur Bukit merupakan satu-satunya daerah perbukitan yang luas di Bangladesh.
Bersama-sama dengan Ladakh, Sikkim, Darjeeling, Bhutan, dan Sri Lanka, mereka menjadi salah satu dari beberapa "rumah" yang tersisa dari Buddhisme di Asia Selatan.
Geografi
[sunting | sunting sumber]Jalur Bukit Chittagong satu-satunya daerah perbukitan yang luas di Bangladesh terletak di bagian tenggara negara itu (210 25' LU sampai 230 45' LU dan 910 54' BT sampai 920 50' BT) yang berbatasan dengan Myanmar di tenggara, negara bagian India yakni Tripura di utara, Mizoram di sebelah timur, dan Distrik Chittagong di sebelah barat. Luas Jalur Bukit Chittagong adalah sekitar 13.184 km2, kira-kira sepersepuluh dari total luas Bangladesh. Jalut Bukit Chittagong, menggabungkan tiga distrik perbukitan yakni Bangladesh Rrangamati, Khagrachhari, dan Bandarban.[1] Relief kasar pegunungan dengan hutan lebat, memberikannya karakter yang berbeda dari wilayah Bangladesh lainnya.
Demografi
[sunting | sunting sumber]Menurut sensus tahun 1991, jumlah penduduk adalah 974.447 jiwa, dimana sebanyak 501.114 merupakan masyarakat suku dan sisanya dari kelompok masyarakat lainnya. Penduduk asli – secara kolektif dikenal sebagai orang Jumma – termasuk orang Chakma, Marma, Tripura, Tanchangya, Chak, Pankho, Mro, Murung, Bom, suku Lushei, Khyang, dan Khumi,[2] dan sangat berbeda dari mayoritas suku Bengali Bangladesh berkenaan dengan bahasa, budaya, penampilan fisik, agama, pakaian, dan metode pertanian.[3]
Jumlah populasi dari tiga distrik (zilas) mencapai 1.587.000 jiwa dalam hasil sementara sensus tahun 2011. Sekitar 48% dari populasi tersebut adalah masyarakat suku dan terutama merupakan pengikut Buddhisme Theravada; 51% dari penduduk adalah pemukim suku Bengali; dan 1% pengikut Kristen atau animisme.[4]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Ministry of Chittagong Hill Tracts Affairs http://www.mochta.gov.bd/
- ^ Life is not Ours Land and Human Rights in the Chittagong Hill Tracts, Bangladesh. Copenhagen: Chittagong hill tracts commission. 2000. hlm. 4–7. OCLC 67231760.
- ^ "Indigenous peoples of the Chittagong Hill Tracts". The indigenous world - Asia. IWGIA - International work group for indigenous affairs. Diakses tanggal 11 December 2013.
- ^ "Ministry of Chittagong Hill Tracts Affairs". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2008-07-08. Diakses tanggal 2016-11-18.
Sumber jurnal
[sunting | sunting sumber]- Rasul, Golam; Thapa, Gopal B. (2003). "Shifting Cultivation in the Mountains of South and Southeast Asia: Regional Patterns and Factors Influencing the Change". Land Degradation & Development. 14: 495–508. doi:10.1002/ldr.570.
- Rasul, Golam; Thapa, Gopal B.; Zoebisch, Michael A. (2004). "Determinants of land-use changes in the Chittagong Hill Tracts of Bangladesh". Applied Geography. 24: 217–240. doi:10.1016/j.apgeog.2004.03.004.
- Rasul, Golam; Thapa, Gopal B. (2006). "Financial and economic suitability of agroforestry as an alternative to shifting cultivation: The case of the Chittagong Hill Tracts, Bangladesh". Agricultural Systems. 91: 29–50. doi:10.1016/j.agsy.2006.01.006.
- Rasul, Golam (2007). "Political Ecology of the Degradation of Forest Commons in the Chittagong Hill Tracts of Bangladesh". Environmental Conservation. 34: 1–11. doi:10.1017/S0376892907003888.
- Rasul, Golam; Thapa, Gopal B. (2007). "The Impact of Policy and Institutional Environment on Costs and Benefits of Sustainable Agricultural Land Uses: The Case of the Chittagong Hill Tracts, Bangladesh". Environmental Management. 40: 272–283. doi:10.1007/s00267-005-0083-8.
- Thapa, Gopal B.; Rasul, Golam (2006). "Implications of changing national policies on land use in the Chittagong Hill Tracts of Bangladesh". Journal of Environmental Management. 81: 441–453. doi:10.1016/j.jenvman.2005.12.002.
Bibliografi
[sunting | sunting sumber]- Bangladesh: Militarization in the Chittagong Hill Tracts. - The slow demise of the region's indigenous peoples. IWGIA report 14. Copenhagen: IWGIA, Organising Committee CHT Campaign and Shimin Gaikou Centre. May 2012
- Shapan Adnan & Ranajit Dastidar. Alienation of the Lands of Indigenous Peoples of the Chittagong Hill Tracts of Bangladesh. Dhaka: Chittagong Hill Tracts Commission & IWGIA May 2011.
- Shelly, Mizanur Rahaman. (1992). The Chittagong Hill Tracts of Bangladesh: The Untold Story. Dhaka, Bangladesh: Centre for Development Research, Bangladesh.
- Life is not Ours: Land and Human Rights in the Chittagong Hill Tracts, Bangladesh. Copenhagen, Denmark: Organizing Committee, Chittagong Hill Tracts Campaign, 1991.
- Brauns, Claus-Dieter, "The Mrus: Peaceful Hillfolk of Bangladesh", National Geographic Magazine, February 1973, Vol 143, No 1
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- Official website of The Chittagong Hill Tracts Commission
- Chittagong Hill Tracts in Banglapedia
- Background information, news and literature on the Chittagong Hill Tracts
- Survival International
- Ali, M. Emran and Toshiyuki Tsuchiya, Land Rights of the Indigenous People of the Chittagong Hill Tracts in Bangladesh: A Historical Analysis of Policy Issues. Fourth World Journal, Volume 5, Number 1.