Jalur Lipatan Anjakan Lengguru
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Oktober 2022. |
Jalur Lipatan Anjakan Lengguru | |
---|---|
Jalur Lipatan Lengguru, Jalur Lipatan dan Sesar Naik Lengguru | |
Titik tertinggi | |
Ketinggian | 1435 m, Wondiwoi: 2252 m[1] |
Dimensi | |
Panjang | 250 km[2] |
Lebar | 200 km[2] |
Geografi | |
Letak | Semenanjung Kepala Burung, Pulau Papua, 3°37′20″S 134°16′31″E / 3.6221°S 134.2754°E |
Geologi | |
Usia batuan | Perem (Formasi Aiduna) hingga Pliosen (Formasi Steenkol)[2] |
Jenis gunung | Jalur lipatan anjakan |
Jalur atau Sabuk Lipatan Anjakan Lengguru atau Jalur Lipatan Lengguru, atau Jalur Lipatan Sesar Naik Lengguru (bahasa Inggris: Lengguru Fold and Thrust Belt, LFTB; Lengguru Fold Belt; Lengguru Belt) adalah rangkaian pegunungan struktural berupa jalur lipatan anjakan yang terletak di bagian selatan dan timur Semenanjung Kepala Burung, Pulau Papua. Pegunungan ini merupakan perpanjangan ke arah barat dari Pegunungan Tengah Pulau Papua yang membentang dari ujung tenggaranya di Semenanjung Ekor Burung hingga di sekitar Teluk Cenderawasih. Secara administratif, sebagian besar wilayah LFTB berada di Provinsi Papua Barat, terutama di Kabupaten Kaimana, Teluk Wondama, dan Teluk Bintuni.[3][4]
Geologi
[sunting | sunting sumber]Zona konvergen antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Caroline merupakan struktur utama dalam pembentukan Pulau Papua dengan subduksi yang terjadi saat ini berupa penunjaman Lempeng Caroline terhadap Lempeng Indo-Australia di sepanjang Palung Nugini. Pertemuan antara kedua lempeng ini cenderung miring dan memunculkan sesar geser kiri Paniai dan Tarera-Aiduna yang pada gilirannya membuat wilayah Kepala Burung Pulau Papua menjadi sebuah lempeng kecil sendiri. Tepian utara Lempeng Indo-Australia di wilayah Kepala Burung pada Kala Miosen hingga Pliosen menunjam ke arah barat dan membentuk Jalur Lipatan Lengguru. Berdasarkan penelitian terhadap batuan metamorf di Pegunungan Wondiwoi, penunjaman ini berlangsung singkat dan bergerak cepat yang dimulai sekitar 7-8 juta tahun yang lalu dengan pengeluaran batuan dari dalam tanah berlangsung sekitar 1-2 juta tahun setelahnya. Pemendekan batuan di Lengguru berakhir relatif risen yaitu kurang dari 2 juta tahun yang lalu. Aktivitas struktural kemudian berhenti dan Kepala Burung bergerak ke arah barat daya. Lipatan dan sesar naik yang dihasilkan mengangkat formasi-formasi sedimen dari Periode Perem, Era Mesozoikum, hingga Neogen. Di wilayah Wondiwoi dan Semenanjung Wandamen, batuan metamorf sedimen ditemukan berasal dari erosi busur magma yang kemudian terendapkan di laut Periode Trias dan Jura. Di Semenanjung Kwatisore dan Kepulauan Maransabadi sebelah timur wilayah LFTB, juga ditemukan singkapan granit yang tidak termalihkan dan diperkirakan menjadi tempat suture subduksi yang dahulu terjadi.[2][3][5]
Lihat pula
[sunting | sunting sumber]Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Peta Rupabumi Indonesia Lembar 3013 Windesi, Skala 1 : 250.000, Cibinong: Badan Koordinasi Survei dan Pemetaan Nasional, 2004
- ^ a b c d Bailly, V.; et al. (2009). "Deformation zone 'jumps' in a young convergent setting; the Lengguru fold-and-thrust belt, New Guinea Island". Lithos. 113 (1-2): 306–317. doi:10.1016/j.lithos.2009.08.013.
- ^ a b Gold, D. P.; Burgess, P. M.; BouDagher-Fadel, M. K. (2017). "Carbonate drowning successions of the Bird's Head, Indonesia". Facies. 63 (4): 25. doi:10.1007/s10347-017-0506-z.
- ^ Suhada, D. I.; et al. (2015). "Penyelidikan Bitumen Padat Daerah Windesi dan Sekitarnya, Kabupaten Teluk Wondama, Provinsi Papua Barat". Pusat Sumber Daya Geologi. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-07-03. Diakses tanggal 2020-06-30.
- ^ François, C.; de Sigoyer, J.; Pubellier, M.; Bailly, V.; Cocherie, A.; Ringenbach, J.-C. (2016). "Short-lived subduction and exhumation in Western Papua (Wandamen peninsula): Co-existence of HP and HT metamorphic rocks in a young geodynamic setting". Lithos. 266-267: 44–63. doi:10.1016/j.lithos.2016.09.030.