Jodoh Boleh Diatur
Jodoh Boleh Diatur | |
---|---|
Sutradara | Ami Prijono |
Produser | PT Garuda Film |
Ditulis oleh | Djamsan Djakiman |
Pemeran | Warkop DKI (Dono, Kasino, Indro) Ira Wibowo Nia Zulkarnaen Mr. Os Raja Ema Yurike Prastika Ida Kusumah Silvana Herman Dhalia Lina Budiarti |
Penata musik | Billy J. Budiardjo |
Sinematografer | Tantra Sutjadi Endang Darsono |
Penyunting | Effendi Doytha |
Distributor | PT Garuda Film |
Tanggal rilis | 15 Desember 1988 |
Durasi | 97 menit |
Negara | Indonesia |
Jodoh Boleh Diatur adalah film komedi Indonesia yang dirilis dan diproduksi pada tanggal 15 Desember 1988 dan disutradarai oleh Ami Prijono dan dibintangi antara lain oleh Warkop DKI, Ira Wibowo dan Nia Zulkarnaen.
Sinopsis
[sunting | sunting sumber]Dono, Kasino, Indro mencari pacar lewat biro jodoh. Persoalan timbul karena pasangan mereka yang direkomendasikan kepala biro jodoh (Ira Wibowo) itu. Indro kecewa karena pasangannya ternyata sedang meneliti tentang kesetiaan pria untuk skripsinya. Dono nyaris dipecat gara-gara kebanyakan memakai telpon untuk pacaran, sedang pasangan Kasino ternyata penipu. Calon Dono, Rita (Raja Ema) tiba-tiba menghilang dan lewat kakeknya (Panji Anom) menitipkan bayi pada Dono. Ternyata Rita menghindar dari suaminya yang datang mencari dan ingin mengajak rujuk. Rita pergi, karena tak mau dimadu. Maka kelucuan pindah dengan soal bayi itu, yang mengingatkan akan film'"Three Man and a Baby". Dono jatuh cinta pada bayi itu, hingga waktu diambil Rita dan suaminya kembali ke Malaysia, dia bagaikan kehilangan ingatan dan menyusul ke Malaysia dengan menggendong-gendong boneka ditemani Indro dan Kasino. Setelah bertemu bayi itu, ia bisa tertawa kembali.
Trivia
[sunting | sunting sumber]- Raja Ema adalah bintang Malaysia. Sebagian film juga dibuat di Malaysia. Maksudnya, kira-kira agar pemasaran di Malaysia bisa lebih baik.
- Film ini adalah terlaris IV di Jakarta pada tahun 1988, dengan 444.030 penonton, menurut data Perfin.
- Film ini bisa dibilang film dari Trio DKI yang benar benar beda dari film film Trio DKI pada umumnya. Maksudnya, meski dibintangi oleh Trio legenda komedi Indonesia, tetapi film ini sebenarnya lebih bertema Drama yang bertujuan membuat hati penonton tersentuh dan terharu, terutama bagian akhir film, dimana saat adegan Dono yang jadi gila dengan menggendong gendong boneka, karena Bayi yang ia rawat bersama Kasino dan Indro, dibawa oleh Rita ke Malaysia, lalu Indro dan Kasino membawa Dono yang gila menyusul ke Malaysia, hingga Dono akhirnya bisa kembali bertemu Rita dan bayinya.