Julien Benda
Biografi | |
---|---|
Kelahiran | 26 Desember 1867 Paris |
Kematian | 7 Juni 1956 (88 tahun) Fontenay-aux-Roses |
Data pribadi | |
Pendidikan | École Centrale Paris (en) Faculté des lettres de Paris - historical science (en) Lycée Charlemagne (en) |
Kegiatan | |
Pekerjaan | filsuf, penulis, kritik |
Karya kreatif | |
Karya terkenal
| |
Penghargaan
|
Julien Benda adalah seorang pemikir berkebangsaan Prancis. Ia berasal dari komunitas Yahudi-Prancis. Pendidikan dasarnya ditempuh di Lycée Louis-le-Grand dan kemudian dilanjutkan di École Centrale Paris dan Universitas Paris. Pemikiran Julien Benda yang terpenting ialah tentang kaum intelektual yang ideal dan pengkhianatan intelektual. Salah satu karya tulis Julien Benda yang terkenal ialah La Trahison des Clercs. Pemikiran dari Julien Benda menerima kritik dari pemikir lain seperti Antonio Gramsci dan Edward Said.
Keluarga
[sunting | sunting sumber]Julien Benda dilahirkan di Paris pada tanggal 26 Desember 1867.[1] Keluarganya berasal dari komunitas Yahudi-Prancis.[2] Julie Benda bersekolah di Lycée Louis-le-Grand. Mata pelajaran yang disukainya ialah klasika dan matematika. Julien Benda juga menghadiri École Centrale Paris untuk memperdalam ilmunya di bidang matematika. Namun ia kemudian beralih mempelajari ilmu sejarah di Universitas Paris dan memperoleh gelar sarjana pada tahun 1894.[1]
Pemikiran
[sunting | sunting sumber]Intelektual
[sunting | sunting sumber]Julien Benda membagi masyarakat menjadi dua kaum yang berbeda, yaitu kaum awam dan kaum intelektual. Kaum awam diartikannya sebagai individu-individu yang menjadikan kepentingan dunia sebagai tujuan utamanya. Kalangan yang dapat tergolong dalam kaum awam menurut Julien Benda meliputi rakyat jelata, menteri, raja, pemimpin politik maupun para pemikir. Sementara itu, Julien Benda mengartikan kaum intelektual sebagai individu-individu yang melawan realisme massa yang digeluti oleh kaum awam.[3]
Julien Benda mengartikan intelektual sebagai tokoh yang mampu menghasilkan nilai-nilai yang bersifat transenden dan bersifat universal. Intelektual menurutnya adalah tokoh yang terbebas dari nilai-nilai yang bersifat sentimen kolektif, sehingga nilai-nilai yang dihasilkannya mampu diterapkan pada setiap bangsa di dunia.[4] Julien Benda menetapkan bahwa intelektual tidak memiliki keterikatan dengan suatu kebudayaan, bangsa maupun negara. Sehingga pelanggaran atas nilai-nilai universal akan diperjuangkan hukumannya oleh intelektual.[5]
Julien Benda membagi lagi kaum intelektual menjadi dua jenis berdasarkan kepada absolutisme moral. Jenis pertama ialah intelektual yang sepenuhnya tidak terlibat pada nafsu material. Mereka menggunakan akal pikirannya hanya sebagai kegemaran tanpa pamrih dengan tujuan untuk menciptakan nilai-nilai yang bersifat luhur. Jenis kedua ialah intelektual yang terlibat dalam permasalahan dunia tetapi memiliki nilai-nilai moral dan nilai-nilai abstrak yang lebih berharga. Mereka mengarahkan politik dan konflik ke ranah teori sehingga mampu menciptakan teori mengenai negara modern maupun teori tentang pertikaian akibat egoisme. Jenis intelektual pertama antara lain diwakili oleh Leonardo da Vinci, Nicolas Malebranche, dan Johann Wolfgang von Goethe. Sedangkan jenis intelektual kedua antara lain diwakili oleh Desiderius Erasmus, Immanuel Kant dan Ernest Renan.[6]
Pemikiran Julien Benda mengenai kaum intelektual secara murni bersifat ideal. Kehidupan kaum intelektual menurutnya harus mandiri dan terpisah dari perkembangan ekonomi dan politik.[7] Menurut Julien Benda, intelektual bukanlah tokoh yang tidak mempedulikan kehidupan masyarakat. Ciri intelektual yang diakui oleh Julien Benda adalah tokoh yang turut serta dalam mengatasi perilaku menyimpang oleh penguasa dan yang terjadi di dalam masyarakat. Perilaku menyimpang ini misalnya korupsi dan kekerasan.[8]
Pengkhianatan intelektual
[sunting | sunting sumber]Pengkhianatan intelektual menurut Julien Benda terjadi ketika kaum intelektual mengalami pembalikan fungsi dengan kaum awam. Karena pembalikan ini, kaum intelektual menjadi sama dengan kaum awam. Julien Benda mengemukakan bahwa penyebab terjadinya pengkhianatan intelektual adalah adanya kewajiban intelektual sebagai warga negara dalam dunia modern. Kewajiban yang menjadi tanggung jawab bagi kaum intelektual membuat mereka sulit menolak keinginan-keinginan dari kaum awam.[9]
Karya tulis
[sunting | sunting sumber]La Trahison des Clercs
[sunting | sunting sumber]La Trahison des Clercs (Pengkhianat Kaum Intelektual) diterbitkan tahun 1927.[10] Buku ini membahas tentang pemikiran Julien Benda mengenai kaum intelektual dan perannya di Dunia Barat.[11] La Trahison des Clercs dicetak ulang pada tahun 1946 dengan menambahkan pengantar yang membahas tentang pengkhianatan kaum intelektual akibat nafsu politik.[12] The Beacon Press menerbitkan edisi bahasa Inggris dari La Trahison des Clercs di Boston pada tahun 1955 dengan judul The Betrayal of the Intellectual.[7]
Di dalam La Trahison des Clercs, Julien Benda menampilkan sosok idel bagi kaum intelektual. Penggambaran kaum intelektual dalam buku ini ialah yang tidak ingin mencapai tujuan praktis, melainkan mencapai kegembiraan melalui seni, ilmu dan perenungan metafisika.[13] Kaum intelektual yang dibahas dalam La Trahison des Clercs terbatas pada golongan tertentu di Eropa yang memiliki kebudayaan yang sangat berbeda dengan kebudayaan lain, termasuk budaya Amerika Serikat. Kata Clercs dalam judul bukunya merujuk kepada clerus (klerus) dalam bahasa Latin pada Abad Pertengahan.[14] Klerus ialah golongan rohaniwan yang telah melakukan tonsur sebagai tanda penahbisan. Praktek tonsur membuat golongan rohaniwan ini memiliki ciri cukuran kepala yang tampak botak.[15] Klerus tidak diadili oleh hukum sipil biasa tetapi menerima hukum tersendiri khususnya dalam tradisi Gereja Inggris.[16]
Kritik
[sunting | sunting sumber]Kritik oleh Antonio Gramsci
[sunting | sunting sumber]Antonio Gramsci memberikan koreksi terhadap prinsip universal yang diberlakukan oleh Julien Benda terhadap konsep intelektual.[17] Kritik Antonio Gramsci terhadap Julien Benda terkait dengan pemisahan kaum intelektual sebagai masyarakat tersendiri. Antonio Gramsci menolak pandangan bahwa kaum intelektual terpisah dari masyarakat karena adanya peran dan tugas intelektual dalam negara. Menurut Antonio Gramsci, setiap kelompok masyarakat masing-masing memiliki kelompok intelektual.[18]
Kritik oleh Edward Said
[sunting | sunting sumber]Dalam pandangan Edward Said, Julien Benda mengartikan intelektual dalam pandangan Eropa dan tidak menyertai pandangan Tiongkok atau Jepang. Pandangan ini diamati oleh Edward Said dari pengertian Benda mengenai intelektual sebagai tokoh yang mengutamakan kebahagiaan dibandingkan tujuan praktis. Namun, kebahagiaan dari intelektual menurut Julien Benda hanya dapat memperoleh keuntungan non-material melalui seni, ilmu pengetahuan dan spekulasi metafisika.[4]
Referensi
[sunting | sunting sumber]Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ a b Murray, Christopher John (2013). Encyclopedia of Modern French Thought (dalam bahasa Inggris). Routledge. hlm. 77. ISBN 978-1-135-45564-4.
- ^ Kritzman, L. D., Reilly, B. J., DeBevoise, M. B. (2006). The Columbia History of Twentieth-century French Thought (dalam bahasa Inggris). Columbia University Press. hlm. 270. ISBN 978-0-231-10790-7.
- ^ Arif 2009, hlm. 25-26.
- ^ a b Kleden 2020, hlm. 1.
- ^ Kleden 2020, hlm. 2.
- ^ Arif 2009, hlm. 26.
- ^ a b Fridiyanto 2017, hlm. 35.
- ^ Kleden 2020, hlm. 1-2.
- ^ Said 2014, hlm. xxvii.
- ^ Dhakidae 2003, hlm. 30.
- ^ Arif 2017, hlm. 8.
- ^ Fridiyanto 2017, hlm. 36.
- ^ Said 2014, hlm. xxvi.
- ^ Dhakidae 2003, hlm. 32.
- ^ Arif 2009, hlm. 25.
- ^ Dhakidae 2003, hlm. 32-33.
- ^ Kleden 2020, hlm. 3.
- ^ Arif 2017, hlm. 9.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Arif, Syaiful (Juli 2009). Gus Dur dan Ilmu Sosial Transformatif: Sebuah Biografi Intelektual. Depok: Penerbit Koekoesan. ISBN 978-979-1442-26-8.
- Arif (Februari 2017). "Intelektual dan Ulama vis-à-vis Penguasa". Islamia. XI (1).
- Dhakidae, Daniel (2003). Parera, F., Koekeritz, Y., dan Helly P., D., ed. Cendekiawan dan Kekuasaan dalam Negara Orde Baru. Jakarta: Penerbit PT Gramedia Pustaka Utama. ISBN 979-22-0309-5.
- Fridiyanto (2017). Fridiyanto dan Agustin, O., ed. Kaum Intelektual dalam Catatan Kaki Kekuasaan. Metro Pusat: CV. Gre Publishing.
- Kleden, Ignas (Desember 2020). Fragmen Sejarah Intelektual: Beberapa Profil Indonesia Merdeka. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. ISBN 978-602-433-687-5.
- Said, Edward W. (Januari 2014). Peran Intelektual: Kuliah-Kuliah Reith Tahun 1993 [Representation of the Intellectual: The 1993 Reith Lectures]. Diterjemahkan oleh Hindriyati, P., R., dan Sirait, P. H. Jakarta: Yayasan Pustaka Obor Indonesia. ISBN 978-979-461-866-0.