KAL Panana
Karier (ID) | |
---|---|
Produksi | Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan Kapal Perang TNI AL (Fasharkan), Makassar, Sulawesi Selatan, Indonesia |
Mulai dibuat | |
Diluncurkan | 2005 |
Harga Unit | - |
Status | Masih bertugas |
Pelabuhan utama | Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut IX, Ambon |
Karakteristik umum | |
Berat benaman | |
Panjang | 36 meter (118,11 ft) |
Lebar | 7 meter (22,97 ft) |
Draught | - |
Kecepatan | 25-30 knot |
Awak kapal | 30 orang |
KAL Panana 1-9-13 (sebelumnya bernama KRI Panana-817) adalah sebuah kapal patroli cepat kelas Boa milik Tentara Nasional Indonesia Angkatan Laut dalam jajaran Satuan Keamanan Laut Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut IX (Satkamla Lantamal).[1] Kapal ini dibuat dalam negeri oleh Fasilitas Pemeliharaan dan Perbaikan Kapal Perang TNI AL Makassar, Makassar. Nama "Panana" diambil dari nama sejenis bengkarung lidah biru (Tiliqua gigas).
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Sesuai dengan keputusan Skep Kasal No. Kep/1171/VII/2015, pada tanggal 7 Desember 2015, KRI Panana-817 dan KRI Alkura-830 mengalami perubahan status masing-masing menjadi KAL Panana dan KAL Alkura, ditandai dengan penurunan panji "Ular-Ular Perang" dan lencana perang dalam upacara yang dipimpin oleh Komandan Lantamal VII Komandan Jenderal (Komjen) TNI Marinir Nurhidayat di Dermaga Irian, Pangkalan Utama TNI Angkatan Laut IX, Ambon, Maluku.[2] Bersama kapal lainnya, kapal ini dirancang untuk mampu melaksanakan peperangan anti-kapal permukaan, peperangan anti-udara, operasi patroli laut, dan operasi penyelamatan.
Spesifikasi
[sunting | sunting sumber]Kapal berbahan fiberglass ini memiliki spesifikasi panjang 36 meter, lebar 7 meter, dan berat 90 ton. Kapal dibekali dengan tiga mesin penggerak. Kecepatan maksimum kapal adalah 25-30 knot (46-55 km/jam).
Misi-misi
[sunting | sunting sumber]Beberapa misi yang pernah dilakukan oleh KRI Kalakay (818):
Tanggal | Misi | Komandan |
---|---|---|
20 Juli 2006 | Mengevakuasi lima belas korban kecelakaan kapal di perairan Laut Maluku[3] | Kapten Laut (P) Junaidi |
26 Maret 2007 | Menggagalkan penyelundupan kayu merbau sebanyak 1.354 batang di perairan Namlea, Pulau Buru[4][5] | Kapten Laut (P) Musleh Yadi |
11–17 Juli 2007 | Menyelamatkan korban musibah kapal tenggelam KM Wahai Star bersama dengan KRI Sura-802[6][7] | – |
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Komandan KRI Panana-817 Dijabat Kapten Laut (P) I Nyoman Armenthia Widiarsana". tni.mil.id. Tentara Nasional Indonesia. 4 Februari 2011. Diakses tanggal 28 Maret 2020.
- ^ "Peralihan Dua KRI Menjadi KAL di Lantamal IX Ambon". tni.mil.id. Tentara Nasional Indonesia. 7 Desember 2015. Diakses tanggal 28 Maret 2020.
- ^ "KRI PANANA EVAKUASI 15 KORBAN KAPAL TENGGELAM". tni.mil.id. Tentara Nasional Indonesia. 24 Juli 2006. Diakses tanggal 28 Maret 2020.
- ^ "TNI AL GAGALKAN PENYELUNDUPAN KAYU". tni.mil.id. Tentara Nasional Indonesia. 11 April 2007. Diakses tanggal 28 Maret 2020.
- ^ "TNI AL Sita Kayu Merbau Ilegal". tni.mil.id. Tentara Nasional Indonesia. 17 April 2007. Diakses tanggal 28 Maret 2020.
- ^ "DUA KRI EVAKUASI 7 KORBAN KM WAHAI STAR". tni.mil.id. Tentara Nasional Indonesia. 16 Juli 2007. Diakses tanggal 28 Maret 2020.
- ^ "Operasi SAR KM Wahai Star Selesai, 31 Penumpang Masih Hilang". antaranews.com. Lembaga Kantor Berita Nasional Antara. 18 Juli 2007. Diakses tanggal 28 Maret 2020.