Lompat ke isi

Kabupaten Kulon Progo

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
(Dialihkan dari Kabupaten Kulonprogo)
Kulon Progo
Kulonprogo
Transkripsi bahasa daerah
 • Hanacarakaꦏꦸꦭꦺꦴꦤ꧀ꦥꦿꦒ
Puncak Moyeng Girimulyo
Lambang resmi Kulon Progo
Julukan: 
  • West Prog
  • Bumi Menoreh
Motto: 
ꦲꦩꦩꦪꦸꦲꦪꦸꦤꦶꦁꦧꦮꦤ
Hamemayu hayuning bawana
(Jawa) Memperindah keindahan dunia
Peta
Peta
Kulon Progo di Indonesia
Kulon Progo
Kulon Progo
Peta
Kulon Progo di Indonesia
Kulon Progo
Kulon Progo
Kulon Progo (Indonesia)
Koordinat: 7°51′35″S 110°09′28″E / 7.8596°S 110.1579°E / -7.8596; 110.1579
Negara Indonesia
ProvinsiDI Yogyakarta
Tanggal berdiri15 Oktober 1951
Dasar hukumUU No. 18 tahun 1951
Hari jadi15 Oktober 1951 (umur 73)
Ibu kotaWates
Jumlah satuan pemerintahan
Daftar
  • Kapanewon: 12
  • Kelurahan: 1
  • Kalurahan: 87
Pemerintahan
 • BupatiSrie Nurkyatsiwi (Pj.)
 • Wakil Bupatilowong
 • Sekretaris DaerahTriyono
Luas
 • Total586,27 km2 (226,36 sq mi)
Populasi
 (30 Juni 2024)[1]
 • Total444.516
 • Kepadatan760/km2 (2,000/sq mi)
Demografi
 • Agama
  • 94,85% Islam
  • 0,13% Buddha
  • 0,01% Lainnya[1][2]
 • BahasaIndonesia, Jawa
 • IPMKenaikan 74,71 (2021)
Tinggi[3]
Zona waktu[[UTC]] (+7 Waktu Indonesia Barat)
Kode BPS
3401 Edit nilai pada Wikidata
Kode area telepon+62 274
Pelat kendaraanAB xxxx C*/L*/O*/P*/V*
Kode Kemendagri34.01 Edit nilai pada Wikidata
DAURp 727.019.746.000,00- (2019)[4]
Semboyan daerahKulon Progo BINANGUN
(Beriman, Indah, Nuhoni, Aman, Nalar, Guyub, Ulet, dan Nyaman)
Flora resmiManggis kaligesing[5]
Fauna resmiBurung kacer[5]
Situs webkulonprogokab.go.id

Kulonprogo[a] (bahasa Jawa: ꦏꦸꦭꦺꦴꦤ꧀ꦥꦿꦒ, translit. Kulonpraga) adalah sebuah kabupaten di provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta, Indonesia. Ibu kotanya adalah Kapanewon Wates.[6] Kabupaten ini berbatasan langsung dengan Kabupaten Sleman dan Kabupaten Bantul di timur, Samudra Hindia di selatan, Kabupaten Purworejo di barat, serta Kabupaten Magelang di utara. Nama Kulon Progo diambil dari kalimat Kulone Kali Progo yang berarti sebelah barat Sungai Progo (kata kulon dalam Bahasa Jawa artinya barat). Kali Progo membatasi kabupaten ini di sebelah Timur.[6] Pada pertengahan tahun 2024, jumlah penduduk Kulon Progo sebanyak 444.516 jiwa.[1]

Kulon Progo terdiri atas 12 kapanewon, yang dibagi lagi atas 87 kalurahan dan satu kelurahan, serta 930 Pedukuhan (sebelum otonomi daerah dinamakan Dusun). Ibu kota di Kapanewon Wates, yang berada sekitar 25 km sebelah barat daya dari Kota Yogyakarta, di jalur utama lintas selatan (SurabayaYogyakartaBandung) serta lintas tengah Pulau Jawa (JakartaPurwokerto–Surabaya). Kapanewon Wates juga dilintasi jalur kereta api lintas selatan dan tengah Jawa. Kulon Progo menggunakan kodepos 55611 (lama) dan 55600/55651 (baru).

Bagian barat laut wilayah kabupaten ini berupa pegunungan (Bukit Menoreh), dengan puncaknya puncak Suroloyo (1019 m), di perbatasan dengan Kabupaten Magelang. Sedangkan di bagian selatan merupakan dataran rendah yang landai hingga ke pantai. Pantai yang ada di Kulon Progo adalah Pantai Congot, Pantai Glagah Indah (10 km arah barat daya kota Wates atau 35 km dari pusat Kota Yogyakarta) dan Pantai Trisik.

Di tahun 1671 dalam Babad Mataram disebutkan Keraton Mataram diserang Trunojoyo dari Madura. Amangkurat I, Raja Mataram meninggal di Tegal, Jawa Tengah. Penerusnya, yaitu Amangkurat II kemudian meminta bantuan kepada Belanda dan Adipati Ponorogo untuk merebut kembali takhta Mataram dari Trunojoyo.

Adipati Ponorogo mengirim pasukan yang terdiri dari pendekar Warok, dan berkat bantuan ini, Ibukota Kerajaan Mataram di Plered, Bantul berhasil direbut kembali. Cikat kaya kilat, kesit kadya thatit, itulah ciri khas Pasukan Warok. Totalitas dan semangat labuh paramarta menjadikan Mataram eksis kembali di tanah Jawa. Sejak saat itu, Pasukan Warok Ponorogo dipertahankan untuk menjaga Istana Mataram.

Para Warok yang berhasil menjaga kraton dari berbagai serangan mendapat hadiah tanah perdikan di sebelah barat kraton, dengan tujuan memudahkan penjagaan kraton ketika diterpa serangan.Tanah perdikan tersebut diberi nama Kulon Ponorogo, yang saat ini dikenal sebagai salah satu kabupaten di DIY, yaitu Kabupaten Kulon Progo yang berati Keraton Mataram sebelah Barat Ponorogo.[1] Diarsipkan 2022-03-11 di Wayback Machine.[7]

Daerah yang saat ini termasuk wilayah Kabupaten Kulon Progo hingga berakhirnya pemerintahan kolonial Hindia Belanda merupakan wilayah dua kabupaten, yaitu Kabupaten Kulon Progo yang merupakan wilayah Kasultanan Ngayogyakarta Hadiningrat dan Kabupaten Adikarto yang merupakan wilayah Kadipaten Pakualaman. Kedua kabupaten ini digabung administrasinya menjadi Kabupaten Kulon Progo pada tanggal 15 Oktober 1951.

Kabupaten Kulon Progo

[sunting | sunting sumber]

Sebelum Perang Diponegoro di daerah Negaragung, termasuk di dalamnya wilayah Kulon Progo, belum ada pejabat pemerintahan yang menjabat di daerah sebagai penguasa. Pada waktu itu roda pemerintahan dijalankan oleh pepatih dalem yang berkedudukan di Ngayogyakarta Hadiningrat. Setelah Perang Diponegoro 1825-1830 di wilayah Kulon Progo sekarang yang masuk wilayah Kasultanan terbentuk empat kabupaten yaitu:

  • Kabupaten Pengasih, tahun 1831
  • Kabupaten Sentolo, tahun 1831
  • Kabupaten Nanggulan, tahun 1851
  • Kabupaten Kalibawang, tahun 1855

Masing-masing kabupaten tersebut dipimpin oleh seorang tumenggung. Menurut buku Prodjo Kejawen pada tahun 1912, Kabupaten Pengasih, Sentolo, Nanggulan dan Kalibawang digabung menjadi satu dan diberi nama Kabupaten Kulon Progo, dengan ibu kota di Pengasih. Bupati pertama dijabat oleh Raden Tumenggung Poerbowinoto.

Dalam perjalanannya, sejak 16 Februari 1927 Kabupaten Kulon Progo dibagi atas dua kawedanan dengan delapan kapanewon, sedangkan ibu kotanya dipindahkan ke Sentolo. Dua kawedanan tersebut adalah Kawedanan Pengasih yang meliputi Kapanewon Lendah, Sentolo, Pengasih dan Kokap/Sermo. Kawedanan Nanggulan meliputi Kapanewon Watumurah/Girimulyo, Kalibawang dan Samigaluh.

Berikut adalah daftar Bupati Kulon Progo sampai dengan tahun 1951 adalah sebagai berikut:

  1. RT. Poerbowinoto
  2. KRT. Notoprajarto
  3. KRT. Harjodiningrat
  4. KRT. Djojodiningrat
  5. KRT. Pringgodiningrat
  6. KRT. Setjodiningrat
  7. KRT. Poerwoningrat

Kabupaten Adikarto

[sunting | sunting sumber]

Di daerah selatan Kulon Progo ada suatu wilayah yang masuk Keprajan Kejawen yang bernama Karang Kemuning yang selanjutnya dikenal dengan nama Kabupaten Adikarto. Menurut buku Vorstenlanden disebutkan bahwa pada tahun 1813, Pangeran Notokusumo diangkat menjadi KGPA Ario Paku Alam I dan mendapat palungguh di sebelah barat Kali Progo sepanjang pantai selatan yang dikenal dengan nama Pasir Urut Sewu. Oleh karena tanah pelungguh itu letaknya berpencaran, maka sentono ndalem Paku Alam yang bernama Kyai Kawirejo I menasehatkan agar tanah pelungguh tersebut disatukan letaknya. Dengan satukannya pelungguh tersebut, maka menjadi satu daerah kesatuan yang setingkat kabupaten. Daerah ini kemudian diberi nama Kabupaten Karang Kemuning dengan ibu kota Brosot.

Sebagai Bupati yang pertama adalah Tumenggung Sosrodigdoyo. Bupati kedua, R. Riya Wasadirdjo, mendapat perintah dari KGPAA Paku Alam V agar mengusahakan pengeringan Rawa di Karang Kemuning. Rawa-rawa yang dikeringkan itu kemudian dijadikan tanah persawahan yang Adi (Linuwih) dan Karta (Subur) atau daerah yang sangat subur. Oleh karena itu, maka Sri Paduka Paku Alam V lalu berkenan menggantikan nama Karang Kemuning menjadi Adikarta pada tahun 1877 yang beribu kota di Bendungan. Kemudian pada tahun 1903 bukotanya dipindahkan ke Wates. Kabupaten Adikarta terdiri dua kawedanan (distrik) yaitu kawedanan Sogan dan kawedanan Galur. Kawedanan Sogan meliputi kapanewon (onder distrik) Wates dan Temon, sedangkan Kawedanan Galur meliputi kapanewon Brosot dan Panjatan.[8]

Bupati di Kabupaten Adikarta sampai dengan tahun 1951 berturut-turut sebagai berikut:

  1. Tumenggung Sosrodigdoyo
  2. R. Riya Wasadirdjo
  3. R.T. Surotani
  4. R.M.T. Djayengirawan
  5. R.M.T. Notosubroto
  6. K.R.M.T. Suryaningrat
  7. Mr. K.R.T. Brotodiningrat
  8. K.R.T. Suryaningrat (Sungkono)

Penggabungan wilayah Kabupaten Adikarto dengan Kabupaten Kulon Progo

[sunting | sunting sumber]

Pada tanggal 5 September 1945, Sultan Hamengkubuwono IX dan Paku Alam VIII mengeluarkan amanat yang menyatakan bahwa Kasultanan dan Pakualaman adalah daerah yang bersifat kerajaan dan daerah istimewa dari Negara Republik Indonesia.

Pada tahun 1951, Hamengkubuwono IX dan Paku Alam VIII memikirkan perlunya penggabungan antara wilayah Kasultanan yaitu Kabupaten Kulon Progo dengan wilayah Pakualaman yaitu Kabupaten Adikarto. Atas dasar kesepakatan kedua penguasa tersebut, selanjutnya dikeluarkan Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1951 yang ditetapkan tanggal 12 Oktober 1951 dan diundangkan tanggal 15 Oktober 1951. Undang-undang ini mengatur tentang Perubahan Undang-Undang Nomor 15 Tahun 1950 untuk Penggabungan Daerah Kabupaten Kulon Progo dan Kabupaten Adikarto dalam lingkungan Daerah Istimewa Yogyakarta menjadi satu kabupaten dengan nama Kulon Progo yang selanjutnya berhak mengatur dan mengurus rumah-tanganya sendiri. Undang-undang tersebut mulai berlaku mulai tanggal 15 Oktober 1951. Secara yuridis formal Hari Jadi Kabupaten Kulon Progo adalah 15 Oktober 1951, yaitu saat diberlakukannya Undang-Undang Nomor 18 Tahun 1951 oleh Menteri Kehakiman Republik Indonesia.

Selanjutnya pada tanggal 29 Desember 1951 proses administrasi penggabungan telah selesai dan pada tanggal 1 Januari 1952, administrasi pemerintahan baru, mulai dilaksanakan dengan pusat pemerintahan di Wates.

Pemerintahan

[sunting | sunting sumber]

Kepala daerah

[sunting | sunting sumber]
No. Bupati Awal Akhir Wakil Bupati Ref
10 H. Sutedjo 28 Juni 2019 Petahana Fajar Gegana [9]

Dewan Perwakilan

[sunting | sunting sumber]

Berikut ini adalah komposisi anggota DPRD Kabupaten Kulon Progo dalam empat periode terakhir.

Partai Politik Jumlah Kursi pada Periode
2009–2014 2014–2019[10] 2019–2024 2024–2029
PKB 6 Penurunan 5 Steady 5 Steady 5
Gerindra 2 Kenaikan 5 Kenaikan 6 Steady 6
PDI-P 7 Kenaikan 8 Kenaikan 12 Kenaikan 13
Golkar 5 Steady 5 Steady 5 Steady 5
NasDem (baru) 1 Steady 1 Steady 1
PKS 4 Kenaikan 5 Steady 5 Steady 5
Hanura 0 Kenaikan 1 Penurunan 0 Steady 0
PAN 8 Penurunan 7 Penurunan 6 Penurunan 3
Demokrat 5 Penurunan 2 Penurunan 0 Steady 0
PPP 1 Steady 1 Penurunan 0 Kenaikan 2
PKPB 1
PDK 1
Jumlah Anggota 40 Steady 40 Steady 40 Steady 40
Jumlah Partai 10 Steady 10 Penurunan 7 Kenaikan 8


Kapanewon

[sunting | sunting sumber]

Kabupaten Kulon Progo memiliki 12 kapanewon, 1 Kelurahan, dan 87 kalurahan. Pada tahun 2017, jumlah penduduk mencapai 445.655 jiwa yang tersebar di wilayah seluas 586,28 km² dengan tingkat kepadatan penduduk 760 jiwa/km².[11][12]

Daftar kapanewon dan kalurahan/kelurahan di Kabupaten Kulon Progo, adalah sebagai berikut:

Kode
Kemendagri
Kapanewon Hanacaraka Jumlah
Kelurahan
Jumlah
Kalurahan
Kodepos[13] Status Daftar
Kalurahan
34.01.04 Galur ꦒꦭꦸꦂ 7 55662 Kalurahan
34.01.09 Girimulyo ꦒꦶꦫꦶꦩꦸꦭꦾ 4 55674 Kalurahan
34.01.12 Kalibawang ꦏꦭꦶꦧꦮꦁ 4 55672 Kalurahan
34.01.08 Kokap ꦏꦺꦴꦏꦥ꧀ 5 55653 Kalurahan
34.01.05 Lendah ꦊꦤ꧀ꦝꦃ 6 55663 Kalurahan
34.01.10 Nanggulan ꦤꦁꦒꦸꦭ꧀ꦭꦤ꧀ 6 55671 Kalurahan
34.01.03 Panjatan ꦥꦤ꧀ꦗꦠ꧀ꦠꦤ꧀ 11 55655 Kalurahan
34.01.07 Pengasih ꦥꦼꦔꦱꦶꦃ 7 55652 Kalurahan
34.01.11 Samigaluh ꦱꦩꦶꦒꦭꦸꦃ 7 55673 Kalurahan
34.01.06 Sentolo ꦱꦼꦤ꧀ꦠꦺꦴꦭꦺꦴ 8 55664 Kalurahan
34.01.01 Temon ꦠꦼꦩꦺꦴꦤ꧀ 15 55654 Kalurahan
34.01.02 Wates
ꦮꦠꦼꦱ꧀ 1 7 55611-55618 Kalurahan
Kelurahan
TOTAL 1 87


Demografi

[sunting | sunting sumber]

Perkembangan Populasi

[sunting | sunting sumber]

http://regionalinvestment.bkpm.go.id/newsipid/userfiles/berita/berita172-img798112_table.jpg Diarsipkan 2015-10-04 di Wayback Machine.

Kebudayaan

[sunting | sunting sumber]

Kabupaten Kulon Progo memiliki beberapa simbol khas yang menjadi Identitas daerah, di antaranya:

Tema seragam

[sunting | sunting sumber]
  • Batik Geblek renteng, corak batik khas bergambar geblek yang berjajar (bahasa Jawa: renteng) yang menjadi seragam identitas resmi bagi pegawai negeri sipil dan pelajar.[14][15]

Makanan rakyat yang populer dan biasa dikonsumsi oleh warga Kabupaten Kulon Progo, khususnya oleh penduduk lokal yang sering disebut Jajan pasar, di antaranya:[16]

  • Geblek, makanan tradisional yang hanya dijual secara eksklusif di wilayah Kabupaten Kulon Progo saja. Makanan yang terbuat dari pati singkong, tepung tapioka basah, atau tepung kanji kemudian digoreng. memiliki citarasa khas, kenyal dan berwarna putih. Bentuknya sekilas seperti angka delapan.
  • Growol', merupakan makanan tradisional dari ketela yang memiliki rasa agak masam. Pembuatan growol membutuhkan waktu empat hari, yaitu sejak proses merendam ketela yang telah dikupas dan diiris kecil-kecil ke dalam air, kemudian ditiriskan serta dihancurkan, sebelum akhirnya dikukus. Growol dipercaya bermanfaat untuk mencegah kegemukan serta menyembuhkan penyakit maag dan penyakit gula. Growol juga digunakan sebagian warga yang tengah menjalani diet. Pada zaman dahulu, growol dikonsumsi para petani sebagai pengganti nasi saat mereka memanen padi di sawah atau saat musim krisis pangan (paceklik).
  • Tempe Benguk, bahan dasar tempe benguk ini adalah tanaman koro (bengok). Tempe benguk memiliki rasa gurih santan yang khas, sehingga dipopulerkan secara nasional sebagai pendamping tempe kedelai. Selain itu bizinya mengandung gizi yang sangat tinggi.
  • Peyek Undur-undur, Peyek (sejenis kerupuk) ini dapat dijumpai di kawasan pesisir pantai. Bahan utama peyek ini adalah Undur-undur laut. Peyek undur-undur laut ini dibuat dari beberapa bahan seperti tepung beras, tepung kanji,kuah santan,bawang putih,kemiri,tumbar,garam, kencur dan daun jeruk. Daun jeruk berfungsi sebagai penghilang bau amis pada undur-undur. Makanan khas pesisir pantai ini dipercaya berkhasiat menjaga kesehatan, menurunkan gula darah sekaligus mampu mengobati beberapa penyakit seperti Diabetes melitus dan stroke.

Menurut Badan Bahasa, bahasa Jawa dialek Yogya-Solo merupakan bahasa daerah yang dituturkan mayoritas penduduk Kabupaten Kulon Progo.[17] Menurut Statistik Kebahasaan 2019, bahasa ini menjadi satu-satunya bahasa daerah asli Kabupaten Kulon Progo.[18] Bahasa resmi instansi pemerintahan di Kabupaten Kulon Progo adalah bahasa Indonesia.

Transportasi

[sunting | sunting sumber]

Jalur darat

[sunting | sunting sumber]

Kabupaten Kulon Progo relatif mudah dijangkau dengan menempuh jalur darat dari arah barat, timur maupun utara karena letaknya yang berada ditengah Pulau Jawa. Tersedia sebuah stasiun dan terminal yang terletak di ibukota Kabupaten, yaitu Stasiun Wates dan Terminal Wates. Hal ini dikarenakan Kabupaten Kulon Progo dilintasi jalan utama lintas selatan dan tengah Jawa yang menghubungkan Kota Bandung dengan Surabaya beserta Jakarta dengan Surabaya melalui Purwokerto dan juga dilintasi jalur kereta pulau Jawa lintas selatan dan tengah. Direncanakan setelah pembangunan bandara baru nantinya stasiun dan terminal baru akan diintegrasikan dengan bandara tersebut. Angkutan umum jumlahnya terbatas selain karena biaya operasional yang meningkat, mayoritas masyarakat beralih ke kendaraan pribadi seperti motor, mobil atau sepeda. Dokar sudah sangat sulit ditemui, namun becak masih bertahan.

Jalur udara

[sunting | sunting sumber]

Bandar Udara Internasional Yogyakarta untuk Daerah Istimewa Yogyakarta yang berlokasi di Kapanewon Temon, Kabupaten Kulon Progo. Sebuah bandara dengan landasan pacu 3,600 meter yang berfungsi sebagai pintu gerbang transportasi udara di Daerah Istimewa Yogyakarta. Rencana awal adalah untuk menyediakan fasilitas untuk melayani hingga 10 juta penumpang per tahun. Kemudian ekspansi mungkin menampung hingga 20 juta penumpang per tahun dalam fase–3 . Sekitar 637 hektare lahan sedang disisihkan untuk proyek tersebut. Dari jumlah ini, 40 % diklasifikasikan sebagai tanah "Paku Alam (Sultan)" sedangkan sisanya milik masyarakat setempat. Lokasi yang diusulkan berada di Kecamatan Temon antara Pantai Congot dan Pantai Glagah (yang meliputi Desa Palihan, Desa Sindutan, Desa Jangkaran dan Desa Glagah).[19]

Jalur laut

[sunting | sunting sumber]

Selain bandara, pelabuhan baru juga direncanakan untuk dibangun dalam waktu dekat. Akan tetapi pelabuhan ini merupakan pelabuhan ikan. Disebutkan pelabuhan yang rencananya akan dibangun di pesisir Desa Karangwuni, Kecamatan Wates, Kulonprogo ini akan diberi nama Pelabuhan Tanjung Adikarta. Menteri Kelautan dan Perikanan Syarif Cicip Sutardjo menegaskan pemerintah pusat menargetkan Pelabuhan Tanjung Adikarta beroperasi awal tahun 2014. Diperkirakan Pelabuhan Tanjung Adikarta akan menampung sekitar 400 unit kapal.[20]

Persikup (Persatuan Sepak bola Kulonprogo), tim sepak bola Kabupaten Kulon Progo, berjuluk Pendekar Bukit Menoreh, bermarkas di Stadion Cangkring berkapasitas 7 ribu penonton. Kini berlaga di Divisi III Liga Indonesia wilayah Yogyakarta.

Pariwisata

[sunting | sunting sumber]

Kabupaten Kulon Progo juga menawarkan wisata alam seperti kebun teh, air terjun, dan pantai. Berikut daftar tempat wisata di Kabupaten Kulon Progo:ada sejarah lingga yoni tepat diatas sendang clereng( tampak yoni ,lingga hilang). Berikut ini daftar wisata kulon progo:

Kawasan Industri Sentolo

[sunting | sunting sumber]

Dalam rangka menciptakan kawasan industri yang ramah lingkungan dan bebas polusi, maka dikembangkan kawasan industri di Sentolo, Kabupaten Kulonprogo yang rencananya adalah sbb:

  • Untuk kawasan Banguncipto, yaitu pengolahan hasil pertanian dan peternakan, dan jasa pergudangan
  • Untuk kawasan Tuksono : tekstil, industri obat, furnitur, komponen elektronik, perakitan komputer, teknologi tinggi, IT, logam, permesinan, elektronik, kimia, dan jasa pergudangan

Pengembangan kawasan Industri Sentolo ditujukan untuk berbagai industri tersebut seluas lebih dari 1.400 hektare. Lokasi tersebut berbatasan dengan Kabupaten Sleman dan Bantul. Wilayah Sentolo merupakan wilayah aglomerasi karena posisi Sentolo yang berada di wilayah perbatasan sehingga memiliki peluang menagkap dampak pengmbangan perkotaan di wilayah Sleman dan Bantul. Sebagai wilayah aglomerasi, sentolo berpeluang untuk pengembangan industri pemukiman dan perdagangan. Lokasi Sentolo berada di Jalur jalan nasional, provinsi dan jalan poros desa,serta cukup dekat dengan stasiun kereta api. Jarak antara wilayah Sentolo dengan kota wates sekitar 8 km, jarak menuju pusat kota Yogyakarta (Malioboro) sekitar 16 km, dan 17 km ke calon bandara internasional. Prasarana pendukung yang telah tersedia adalah listrik dan air. Saat ini telah tersedia kawasan siap bangun seluas 140,8 ha.

Kawasan industri Sentolo menjadi kawasan strategis untuk investasi dan yang seharusnya diminati oleh investor, pertama, karena Kulon Progo menjadi salah satu Kabupaten yang diberikan kawasan industri untuk DIY dan Jawa Tengah. Kawasan ini masih ‘terbuka’ untuk calon investor baru. Kedua, Sentolo ke depan akan menjadi ‘segitiga emas’ yang menghubungkan Sentolo, Borobudur (Jawa Tengah) dan Malioboro. Ketiga, Sentolo sangat dekat (25 menit) ke calon bandara internasional dan 25 menit dari Malioboro sebagai pusat bisnis di Yogyakarta. Keempat, Sentolo akan menjadi sentra kerajinan di DIY dan akan menjadi seperti Tanggulangin Surabaya

Kulon Progo memiliki salah satu hal yang membuatnya menjadi lebih terkenal, yaitu Batik. Batik yang menjadi ciri khas batik khulon progo dinamakan batik "Geblek Renteng"."Geblek" adalah makanan khas kulon progo, sedangkan "Renteng" adalah bahasa jawa dari berjejer. Pertumbuhan Industri batik di Kulon Progo terus meningkat, salah satunya adalah batik sekartniti, batik farras, sinar abadi batik. sebagai contoh, Batik SekarNiti merupakan salah satu home-industri yang berada di Kulon Progo yang mana ikut serta dalam melestarikan budaya Batik di Kulon Progo. Home-industri yang letaknya di Kecamatan Nanggulan ini ikut serta dalam mengembangkan budaya batik tanpa menghilangkan 'pakem' atau keaslian dari batik.

Tokoh penting

[sunting | sunting sumber]

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ a b c "Visualisasi Data Kependudukan - Kementerian Dalam Negeri 2024" (visual). www.dukcapil.kemendagri.go.id. Diakses tanggal 24 Agustus 2024. 
  2. ^ "Jumlah Penduduk Berdasarkan Agama di Kabupaten Kulon Progo". Yogyakarta: Badan Pusat Statistik Daerah Istimewa Yogyakarta. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-29. Diakses tanggal 21 Januari 2021. 
  3. ^ "Indeks Pembangunan Manusia 2020-2021". www.bps.go.id. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-12-01. Diakses tanggal 4 Desember 2021. 
  4. ^ "Rincian Alokasi Dana Alokasi Umum Provinsi/Kabupaten Kota Dalam APBN T.A 2019" (PDF). www.djpk.kemenkeu.go.id. 2019. Diarsipkan (PDF) dari versi asli tanggal 2020-01-11. Diakses tanggal 21 Januari 2021. 
  5. ^ a b SK Bupati Kulon Progo No. 599 Tahun 1998
  6. ^ a b Kabupaten Kulon Progo Dalam Angka 2019 (Laporan). Wates: Badan Pusat Statistik Kabupaten Kulon Progo. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-02-25. Diakses tanggal 25 Februari 2020. 
  7. ^ Babad Mataram
  8. ^ Penulisan Sejarah Kabupaten Adikarto dalam Perda Kabupaten Kulon Progo tentang hari jadi Kabupaten Kulon Progo mengundang kritik karena dalam penyusunannya sama sekali tidak menggunakan sumber referensi tertulis.
  9. ^ Progo, Dinas Kominfo Kabupaten Kulon. "Sejarah". Sejarah (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-01-28. 
  10. ^ "16 Caleg Petahana Kulon Progo Terpilih Kembali". ANTARA Jogja. Diakses tanggal 2019-08-13. 
  11. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 29 Desember 2018. Diakses tanggal 3 Oktober 2019. 
  12. ^ "Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 72 Tahun 2019 tentang Perubahan atas Permendagri nomor 137 Tahun 2017 tentang Kode dan Data Wilayah Administrasi Pemerintahan". Kementerian Dalam Negeri Republik Indonesia. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 25 Oktober 2019. Diakses tanggal 15 Januari 2020. 
  13. ^ Kode Pos Kabupaten Kulon Progo
  14. ^ antaranews.com. "Berita Indonesia Terkini - ANTARA News". ANTARA News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-10-11. Diakses tanggal 24 Januari 2018. 
  15. ^ "Salinan arsip". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2015-12-05. Diakses tanggal 2013-08-31. 
  16. ^ Tv, Irvan. "kulon progo binangun: makanan khas kulon progo". Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-10-03. Diakses tanggal 24 Januari 2018. 
  17. ^ "Bahasa di Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta". Bahasa dan Peta Bahasa di Indonesia. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-08-01. Diakses tanggal 23 Mei 2020. 
  18. ^ Statistik Kebahasaan 2019. Jakarta: Pusat Data dan Statistik Pendidikan dan Kebudayaan. 2019. hlm. 4. ISBN 9786028449182. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2020-04-30. Diakses tanggal 2020-05-23. 
  19. ^ antaranews.com. "Berita Indonesia Terkini - ANTARA News". ANTARA News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2014-03-18. Diakses tanggal 24 Januari 2018. 
  20. ^ antaranews.com. Tarmizi, Tasrief, ed. "Pelabuhan Tanjung Adikarta akan beroperasi 2014". ANTARA News. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-31. Diakses tanggal 24 Januari 2018. 
  21. ^ "www.tournamentsoftware.com". www.tournamentsoftware.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2023-03-07. Diakses tanggal 24 Januari 2018. 

Catatan kaki

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Aturan penulisan toponimi Indonesia berdasarkan Perpres No. 112 Tahun 2006: nama kabupaten ini harus sambung.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]