Kalideres, Kaliwedi, Cirebon
Kalideres | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Jawa Barat | ||||
Kabupaten | Cirebon | ||||
Kecamatan | Kaliwedi | ||||
Kode Kemendagri | 32.09.29.2001 | ||||
Luas | 2,88 km² (2021) | ||||
Jumlah penduduk | 3.712 jiwa (2020) | ||||
Kepadatan | ... jiwa/km² | ||||
|
Kalideres adalah sebuah desa di kecamatan Kaliwedi, Cirebon, Jawa Barat, Indonesia.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Bab atau bagian ini tidak memiliki referensi atau sumber tepercaya sehingga isinya tidak bisa dipastikan. |
Artikel ini membutuhkan penyuntingan lebih lanjut mengenai tata bahasa, gaya penulisan, hubungan antarparagraf, nada penulisan, atau ejaan. |
Suatu hari pada abad ke-14 Nyi Mas Ratu Rara Mangi oleh ayahandanya diperintahkan untuk meninggalkan kerato pajajaran untuk mengembara ke berbagai negeri. Ayahanda Nyi Mas Ratu Rara Mangi adalah Ki Ageng Sepuh, seorang penasehat di lingkungan kerajaan. Adapun dasar pertimbangan perintah tersebut adalah karena Ki Ageng Sepuh mendapat firasat bahwa tidak lama lagi Keraton Pajajaran bakal runtuh, sirna dari mayapada, dan Prabu Siliwangi dan para sesepuh negeri malakukan ngahiyang ke alam lain.
Dalam perjalanan pengembaraannya, Nyi Mas Ratu Rara Mangi tiba di pondok Begawan danu warsih, dan memohon dijadikan muridnya. Namun Begawan Danuwarsih tidak mengabulkannya, melainkan member saran agar Nyi Mas Ratu Rara Mangi berguru kepada Mbah Kuwu Carbon di pedukuhan Cirebon.
Di tengah belantara menuju ke pedukuhan Cirebon, Nyi Mas Ratu Rara Mangi bertemu dengan Jaka Semirat yang bermaksud sama untuk berguru ke Mbah Kuwu Carbon. Kepada Jaka Semirat, Nyi Mas Ratu Rara Mangi menceritakan bahwa dirinya juga hendak menuju kearah yang sama, tetapi disampaikan pula ia hanya bersedia menjadi murid Mbah Kuwu Carbon asalkan calon gurunya itu dapat mengalahkan ilmu kesaktiannya.
Mendengar penuturan Nyimas Ratu Rara Mangi, Jaka Semirat menjadi tersinggung karena wanodya yang baru dikenalnya itu secara tidak langsung telah menghina Mbah Kuwu Carbon orang yang dimuliakannya, oleh karena itu Nyi Mas Ratu Rara Mangi ditantang berperang tanding. Dan terjadilah bitotama yang seruh, masing-masing mengeluarkan ilmu kedigdayaannya.
Akhir perang tanding yang memakan waktu lama itu dimenangkan oleh Nyi Mas Rartu Rara Mangi. Kemudian Jaka Semirat menyarahkan diri dan bersedia menjadi kauula. Namun kesedian Jaka Semirat di tolak Nyi Mas Ratu Rara Mangi dengan halus, bahkan sang ratu membisikan ketelinga jaka semirat bahwa bahwa dirinya jatuh cinta kepadanya dan ingin hidup bersama. Ia juga mengatakan bahwa menguji ilmu kesaktian Mbah Kuwu Carbon bukan berarti melawannya. Setelah Jaka Semirat memahami apa yang diutarakan Nyi Mas Ratu Rara Mangi, keduannya bermesraan saling mencintai bagaikan sudah berkenalan lama.
Pada usia sesepuhnya Nyi Mas Ratu Rara Mangi bermukim di sebuah pondok di tengah hutan bersama suaminya Jaka Semirat, dan selalu mengusuhkan diri kepada Allah SWT. Hampir seluruh waktu yang dimiliknya selalu digunakan untuk berdzikir dan untuk membaca al–Quran. Di pondoknya itu tidak jarang untuk oarng yang datang untuk belajar mengaji. Kepada yang baru belajar diajarkan dua kalimah syahadat terlebih dahulu, sebagai tanda menjadi pemeluk ajaran islam. Selanjutnya hutan di sekitar pondok Nyi Mas Ratu Rara Mangi di perintah kan oleh sunan gunung jati untuk dibabad dan dijadikan sebuah pedukuhan. Setelah menjadi sebuah pedukuhan hutan itu diberi nama kalideres, berasal dari kata KALI+DERES. Kali mempunyai dua pengertian, yaitu:
- Kali = "dua" (bhs jawa), yaitu dua kalimah syahadat (syahadatain). Yaitu kalimah yang menjadi dzikiran/wiridan Nyi Mas Ratu Mangi. Kali = dua, dengan pengertian bahwa kita selaku manusia harus mempunyai keseimbangan, yaitu dua sisi yang harus seimbang “lahir dan batin, dunia dan akhirat, iptek dan imtaq”, yang dua-duanya harus seimbang.
- Deres = nderes/mengkaji/membaca/mempelajari, yaitu disamping nderes/mengkaji/membaca/mempelajari AL-QURAN, juga harus mempelajari dua hal di atas.
Jadi nama Kalideres mengandung makna bahwa setiap manusia harus meyakini, mendalami dan mengamalkan ajaran yang terkandung dalam dua kalimah syahadat dan Al-quran. Nyi Mas Ratu Rara Mangi mempunyai keyakinan bahwa jika seseorang ingin mencapai hidup bahagia yang hakiki, maka harus selalu membaca/mempelajari/mengkaji dua hal, yaitu hal duniawi dan ukhrowi (dunia akhirat), lahir dan batin. Keduanya harus seimbang, sehingga manusia akan memiliki dan menguasai iptek dan imtaq.
Setelah Kalideres resmi menjadi sebuah pedukuhan, diangkatlah Nyi Mas Ratu Rara Mangi oleh Mbah Kuwu Cerbon menjadi gegeden Kalideres, yang bergelar Nyi Gede Kalideres, disebut juga Nyi Mas Sesangkan, Nyi Mas Pakungwati atau Nyi Mas Runde Pakungwati.
Ketika wafat, Nyi Gede Kalideres di makamkan di kompleks Makam Gunung Jati Astana Cirebon. Yaitu di luar dekat tembok sebelah barat dengan urutan: Makam Ki Gede Bayalangu, Ki Gede Jagapura, Nyi Gede Kalideres, Ki Gede Kedokan/Karangampel, Ki Gede Weru, dan Nyi Gede Gegesik (di blok pamungkuran).
Pekerjaan Nyi Mas Ratu Rara Mangi dalam menekuni/mempelajari dan mengajarkan ilmu agama islam diteruskan oleh anak-cucunya sampai sekarang. Penrus itu antara lain: Ki Mas’ady syahir, Ki Ahmad nasa’i melanjutkan perjuangan kiyai Rasim. Ki Ibad melanjutkan Ki H Usman, Ki Asrowi dan Ki Yasin melanjutkan Ki H Setimol, Ki Nurrochman melanjutkan Kiyai Ngarpat, dan masih banyak lagi generasi muda yang berjuang dan berjihad dalam pengembangan agama islam.[butuh rujukan]
Pendidikan
[sunting | sunting sumber]Saat ini, desa Kalideres tersedia beberapa sekolah negeri dan swasta, diantaranya:
- SD Negeri 1 Kalideres
- SD Negeri 2 Kalideres
- Majelis Taklim (MT) Hidayatul Muttaqin
- Madrsah Hidayatusyu'baniyyah
- TPA/TPQ Al-Manar
Penduduk
[sunting | sunting sumber]Populasi total desa kalideres berjumlah 3712 jiwa. Dimana laki laki berjumlah 1877 dan perempuan berjumlah 1835.[1]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ "Jumlah Penduduk Menurut Jenis Kelamin dan Desa di kecamatan kaliwedi". Diakses tanggal 04 juli 2024.