Kamada Ekadashi
Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
|
Artikel ini sebatang kara, artinya tidak ada artikel lain yang memiliki pranala balik ke halaman ini. Bantulah menambah pranala ke artikel ini dari artikel yang berhubungan atau coba peralatan pencari pranala. Tag ini diberikan pada Februari 2023. |
Kamada Ekadashi | |
---|---|
Dirayakan oleh | Hindhu |
Jenis | Hindu |
Makna | Hari Puasa |
Kegiatan | Doa dan Ritual keagamaan termasuk puja (Hindhuisme) puja kepada Dewa Wishnu dalam bentuk( Avatar) Krishna |
Kamada Ekadasi adalah hari suci umat hindu, yang jatuh pada tanggal 11 bulan lunar (ekadashi) dari dua minggu bulan lilin di bulan hindu Chaitra (maret-april). Ekadashi ini adalah yang pertama kali setelah tahun baru hindu dan seperti namanya, Kamada diyakini dapat mengabulkan semua keinginan dari umat hindu.
Legenda
[sunting | sunting sumber]Legenda tentang Kamada Ekadashi yang diceritakan oleh Dewa Krishna kepada Raja Pandava Yudhisthira di Varaha Purana, seperti yang diceritakan oleh orang bijak Vasishtha kepada Raja Dilipa. Suatu ketika, pasangan muda Gandharva, Lalit dan istrinya yang bernama Lalita, mereka tinggal di kota Ratnapura, kota yang sangat makmur dan dihiasi dengan emas dan perak, yang dipimpin oleh Raja Pundarika. Lalit adalah seorang penyanyi terkenal, sementara Lalita adalah seorang penari terkenal di istana. Pada suatu ketika Lalit sedang bernyanyi di istana, perhatiannya langsung beralih dari lagu tersebut kepada istrinya yang absen dari pandangannya. Akibatnya, dia melewatkan beberapa ketukan dan salah mengakhiri penampilannya. Lalu ada seorang pengkhianat yang berasal dari wilayah Patala yang bernama Karkotaka, ia paham betul tentang situasi ini sehingga ia mulai memanfaatkannya, ia kemudian mengadu kepada Raja Pundarika dan mengatakan bahwa Lalit menganggap istrinya lebih penting daripada penguasanya yaitu Raja. Raja Pundarika geram dan kemudian mengutuk Lalit menjadi kanibal yang mengerikan, yang tingginya sekitar 64 mil. Lehernya seperti gunung, panjang lengannya sekitar delapan mil dan mulutnya seukuran gua besar. Lalita merasa sangat tertekan lalu berkelana di hutan bersama suaminya yang telah berubah menjadi raksasa karena telah melakukan dosa.
Saat berjalan disekitar Bukit Vindhyachal, Lalita bertemu dengan orang bijak yang bernama Shringi. Lalita memberikan penghormatan kepadanya, kemudian Lalita memohon padanya untuk memberikan solusi terhadap masalah yang sedang dialaminya. Kemudian orang bijak tersebut menyuruh Lalita untuk melakukan Vrata (sumpah) Kamada Ekadashi, untuk menebus dosa-dosa suaminya. Lalita melakukan puasa Ekadashi dengan penuh pengabdian, lalu pada hari berikutnya Lalita kembali mengunjungi orang bijak tersebut dan membungkuk kepada Dewa Krishna. Dia meminta kepada Tuhan untuk membebaskan suaminya dari kutukan raja sebagai hadiah dari pahala yang didapatkan setelah melakukan puasa. Dengan berkah dari Krishna, Lalit kemudian dikembalikan ke bentuk Gandharva aslinya. Setelah itu, mereka dibawa ke surga dengan kereta terbang surgawi.
Praktik
[sunting | sunting sumber]Setelah melakukan puasa di waktu pagi pada hari Kamada Ekadashi, para umat hindu kemudian menjalankan ibadah puasa. Peribadahan ini juga diperkenalkan kepada Wisnu dalam bentuk Krishna, dan sering kali dilakukan di kuil terdekat.
Pahala yang diperoleh dari Vrata ini diyakini terwujud dalam bentuk pengabulan semua keinginan, pembersihan dosa bahkan dosa yang paling kejam sekalipun (seperti pembunuhan seorang Brahmana) serta pembebasan bhakta atau anggota keluarga dari kutukan.