Lompat ke isi

Kecapi (buah)

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kecapi
Sandoricum koetjape Edit nilai pada Wikidata

Edit nilai pada Wikidata
Status konservasi
Risiko rendah
IUCN61803664 Edit nilai pada Wikidata
Taksonomi
SuperkerajaanEukaryota
KerajaanPlantae
DivisiTracheophytes
OrdoSapindales
FamiliMeliaceae
GenusSandoricum
SpesiesSandoricum koetjape Edit nilai pada Wikidata
Merr.
Tata nama
BasionimMelia koetjape (en) Terjemahkan Edit nilai pada Wikidata
Kecapi, pelat botani dari Blanco

Kecapi, sentul, atau ketuat adalah nama sejenis buah dan juga pohon penghasilnya. Nama-nama lainnya adalah kechapi (Mal.), sentol, santol atau wild mangosteen (Ingg.), santor (Fil.), dan lain-lain. Nama ilmiahnya Sandoricum koetjape (Burm.f.) Merr.

Spesifikasi

[sunting | sunting sumber]

Pohon kecapi merupakan pohon yang rimbun dan besar, dapat mencapai tinggi 30 m, meski umumnya di pekarangan hanya mencapai sekitar 20-an meter. Batang dapat mencapai diameter 90 cm, bergetah seperti susu.

Daun majemuk berselang-seling, bertangkai s/d 18 cm, menyirip beranak daun tiga, bentuk jorong sampai bundar telur, 6–26 × 3–16 cm; membulat atau agak runcing di pangkal, meruncing di ujung; hijau berkilat di sebelah atas, hijau kusam di bawahnya. Anak daun ujung bertangkai panjang, jauh lebih panjang dari tangkai anak daun sampingnya.

Bunga dalam malai di ketiak daun, berambut, menggantung, sampai dengan 25 cm. Bunga berkelamin dua, bertangkai pendek; kelopak bertaju 5; mahkota 5 helai, kuning hijau, lanset sungsang, 6–8 mm; samar-samar berbau harum.

Buah buni bulat agak gepeng, 5–6 cm, kuning atau kemerahan jika masak, berbulu halus seperti beludru. Daging buah bagian luar tebal dan keras, menyatu dengan kulit, kemerahan, agak masam; daging buah bagian dalam lunak dan berair, melekat pada biji, putih, masam sampai manis. Biji 2–5 butir, besar, bulat telur agak pipih, cokelat kemerahan berkilat; keping biji berwarna merah.

Penyebaran dan hasilnya

[sunting | sunting sumber]

Kecapi diperkirakan berasal dari Indocina dan Semenanjung Malaya. Berabad-abad yang silam, tumbuhan ini dibawa dan dimasukkan ke India, Indonesia (Borneo, (Sulawesi),Maluku, Tapanuli), Mauritius, dan Filipina, di mana tanaman buah ini kemudian menjadi populer, ditanam secara luas dan mengalami naturalisasi, dalam bahasa Batak disebut Sotul atau dalam bahasa Toraja disebut Katapi.

Pohon ini ditanam terutama karena diharapkan buahnya, yang berasa asam sepat dan kadang terdapat tekstur manis ketika sudah matang. Kulit buahnya yang berdaging tebal dengan biji di bagian dalam mirip buah manggis. Buahnya kerap dimakan dalam keadaan segar atau dimasak lebih dulu, dijadikan bumbu masakan, manisan, rujak, atau marmalade. Masyarakat Toraja di Sulawesi Selatan menggunakan buah tanaman ini sebagai bumbu masakan penguat rasa masam segar untuk hidangan kuah ikan, dll.

Kayu kecapi bermutu baik sebagai bahan konstruksi rumah, bahan perkakas atau kerajinan, mudah dikerjakan, dan mudah dipoles.

Berbagai bagian pohon kecapi memiliki khasiat obat. Rebusan daunnya digunakan sebagai penurun demam. Serbuk kulit batangnya untuk pengobatan cacing gelang. Akarnya untuk obat kembung, sakit perut, dan diare; serta untuk penguat tubuh wanita setelah melahirkan.

Kecapi ada dua macam, yakni dengan daun tua sebelum gugur berwarna kuning dan yang berwarna merah. Dahulu, kedua varietas ini dianggap sebagai spesies yang berbeda (Sandoricum indicum berdaun kuning dan S. nervosum berdaun merah).

Bahan Bacaan

[sunting | sunting sumber]
  • Rasadah, M. A. et al (2004). Anti-inflammatory agents from Sandoricum koetjape Merr. Phytomedicine. 11:2 261-3.
  • Steenis, CGGJ van. 1981. Flora, untuk sekolah di Indonesia. Pradnya Paramita, Jakarta.
  • Verheij, E.W.M. dan R.E. Coronel (eds.). 1997. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2: Buah-buahan yang dapat dimakan. PROSEA – Gramedia. Jakarta. ISBN 979-511-672-2.
  • Fajar Andriyanto (2001). Kajian Aktivitas Antimikroba Ekstrak Buah Sotul (Sandoricum koetjape (Burm. f.) Merr.) Terhadap Bakteri Patogen dan Perusak Makanan, Fakultas Teknologi Pertanian IPB, Bogor.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]