Kedelai di Tiongkok
Kedelai di Tiongkok telah dibudidayakan sejak 2.500 SM. Varietas kedelai di Tiongkok sangat beragam. Kedelai di Tiongkok telah diperdagangkan sejak abad ke-16 Masehi. Tingkok menjadi negara pengekspor utama sekaligus pengimpor utama kedelai. Tingkat produktivitas kedelai di Tiongkok sangat tinggi. Kedelai di Tiongkok diolah menjadi tahu, kecap dan tauco.
Varietas
[sunting | sunting sumber]Tiongkok Daratan bagian utara dikenal sebagai asal dari kedelai. Di wilayah tersebut, kedelai telah dibudidayakan sejak 2.500 SM.[1] Kedelai yang berasal dari Tiongkok memiliki tingkat variasi morfologis tinggi.[1] Kedelai yang berasal dari Tiongkok telah melalui proses aksesi introduksi untuk mengidentifikasi keragaman genetiknya. Sebanyak 1.383 aksesi kedelai telah diidentifikasi menggunakan 60 metode pengulangan urutan sederhana.[1]
Perdagangan
[sunting | sunting sumber]Perdagangan kedelai putih dilakukan oleh pedagang Tiongkok ke Nusantara.[2] Kedelai yang berasal dari Tiongkok menyebar ke Indonesia sejak abad ke-16 Masehi.[2] Sementara di negara lain, penyebaran kedelai dari Tiongkok dimulai pada abad ke-19 Masehi yaitu Jepang, Korea, India, Australia dan Amerika Serikat.[2]
Setiap tahunnya, Tiongkok hanya mengekspor sebesar 1-2% dari total produksi kedelainya.[3] Posisi Tiongkok sebagai lima besar produsen kedelai di dunia bertahan selama tahun 2014–2018. Pada tahun 2018, jumlah produksi kedelai di Tiongkok seberat 14 juta ton.[4] Rata-rata produksinya pada tahun 2018 adalah 1,9 ton per hektar.[5]
Tingkat konsumsi kedelai di Tiongkok adalah yang tertinggi di dunia.[6] Karena konsumsi yang tinggi, kemampuan produksi kedelai Tiongkok tidak mampu memenuhi kebutuhan kedelai di dalam negerinya sehingga harus mengimpor kedelai.[5] Pada tahun 2006, Tiongkok menjadi negara pengimpor sekaligus pengeskpor kedelai. Tiongkok menjadi salah satu dari lima negara produsen kedelai di dunia pada tahun 2003. Namun, Tiongkok juga mengeskpor rata-rata 22% dari total kedelai yang diekspor di dunia selama periode 1995–2003.[7] Tingkat konsumsi kedelai di Tiongkok yang berasal dari kedelai impor mencapai 83-90%.[5]
Pada tahun 2014, Tiongkok mengimpor kedelai senilai USD 21 milyar. Di sisi lain, Tiongkok mengekspor kedelai ke Indonesia senilai USD 7,6 milyar.[3] Dari tahun 2014 hingga 2018, konsumsi kedelai di Tiongkok mencapai 80–106 ton.[5] Pada bulan Desember 2020, Tiongkok mengimpor sebanyak 30 juta ton. Impor ini salah satunya untuk menjaga ketersediaan kedelai untuk perayaan Imlek.[4]
Produktivitas
[sunting | sunting sumber]Produktivitas produksi kedelai di Tiongkok merupakan salah satu yang tertinggi di dunia.[8] Di Tiongkok, kedelai diolah menjadi beberapa jenis makanan tradisional, seperti tahu, kecap dan tauco. Namun, olahan kedelai seperti tempe tidak dikenal di Tiongkok.[9]
Referensi
[sunting | sunting sumber]Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c Terryana, R. T., dkk. (2017). "Keragaman Genotipik dan Fenotipik 48 Aksesi Kedelai Introduksi Asal Cina" (PDF). Jurnal AgroBiogen. 13 (1): 2.
- ^ a b c Profil Komoditas Kedelai (PDF). hlm. 5.
- ^ a b Ardi, Andre (2014). "Strategic Trade Policy Ekspor Kedelai Amerika Serikat, Malaysia, dan Cina ke Indonesia (2007-2013)" (PDF). Prosiding Konvensi Nasional Asosiasi Ilmu Hubungan Internasional Indonesia: 3.
- ^ a b Rezki, dkk. 2021, hlm. 2.
- ^ a b c d Rezki, dkk. 2021, hlm. 4.
- ^ Komisi IV Pusat Kajian Anggaran (2022). "Penyebab Ketergantungan Indonesia terhadap Impor Kedelai" (PDF). Industri dan Pembangunan: Budget Issue Brief. 2 (3): 1. ISSN 2775-796X.
- ^ Supadi (2009). "Dampak Impor Kedelai Berkelanjutan Terhadap Ketahanan Pangan" (PDF). Analisis Kebijakan Pertanian. 7 (1): 91.
- ^ Mahdi, N. N., dan Sunarno (2019). "Analisis Faktor-Faktor yang Memengaruhi Impor Kedelai di Indonesia". Forum Agribisnis: Agribusiness Forum. 9 (2): 161. ISSN 2252-5491.
- ^ Tempe: Persembahan Indonesia untuk Dunia (PDF). Jakarta: Badan Standardisasi Nasional. 2012. hlm. 1.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Rezki, J. F., Alta, A., dan Revindo, M. D. (2021). "Ketergantungan Impor dan Rendahnya Produktivitas di Balik Melonjaknya Harga Kedelai" (PDF). Seri Analisis Ekonomi: Trade And Industry Brief.