Kelompok Seni Rupa Jendela
Artikel ini perlu diwikifikasi agar memenuhi standar kualitas Wikipedia. Anda dapat memberikan bantuan berupa penambahan pranala dalam, atau dengan merapikan tata letak dari artikel ini.
Untuk keterangan lebih lanjut, klik [tampil] di bagian kanan.
|
Singkatan | KSR Jendela |
---|---|
Tanggal pendirian | 1996 |
Tipe | NGO |
Tujuan | Seni budaya |
Lokasi | |
Jumlah anggota | 6 orang |
Kelompok Seni Rupa Jendela atau KSR Jendela adalah suatu kelompok seniman seni rupa (perupa) Indonesia dengan genre formalism yang berbasis di kota Yogyakarta, DIY. Kelompok ini berdiri pada tahun 1996 di Yogyakarta, dan beranggotakan enam orang perupa, yaitu Handiwirman Saputra, Jumaldi Alfi, Mohammad Irfan (M. Irfan), Rudi Mantofani, Yunizar dan Yusra Martunus. M. Irfan( menarik diri pada tahun 2000-an lalu 2019 bergabung kembali).[1]
Oleh sebagian pengamat, KSR Jendela dianggap mengusung jenis seni rupa yang tergolong mutakhir karena memperbaharui pemikiran masyarakatnya, sehingga mereka menganggap KSR Jendela sebagai sebuah genre seni rupa sendiri yang bercirikan pada pemberontakan seni.
Tahun 1993 adalah awal kebersamaan para anggota kelompok seni rupa ‘Jendela’(KSRJ). Di Yogyakarta, enam orang pemuda Minang yang tengah mulai belajar di ISI-Yogyakarta itu: Rudi Mantofani, Yusra Martunus, Yunizar, Jumaldi Alfi, Handiwirman, dan Mohamad Irfan, sepakat untuk belajar dan bekerja bersama-sama. Kecuali Alfi yang tumbuh di keluarga Minang yang merantau dan berpindah-pindah tempat tinggal di beberapa kota besar di pulau Jawa --meski ia sendiri terlahir di Sumatera Barat--, kelima anggota lainnya datang dari tanah Minang - Sumatera Barat (dari kota Padang dan Bukit Tinggi). Usia mereka pun tak terpaut jauh; mereka tumbuh sebagai satu generasi. Kebersamaan mereka, di Yogyakarta, dibedakan bidang yang mereka pelajari masing-masing: Alfi dan Yunizar belajar di studio lukis; Rudi dan Yusra di studio patung; Handiwirman di studio kria kayu, sedang Irfan di studio kria logam. Perbedaan itu memang tidak cukup membentuk dan mengikat mereka untuk jadi para spesialis. Toh perbedaan semacam itu, di tingkat awal, juga memberi gambaran masalah dan perkembangan seni rupa di Indonesia secara berbeda-beda pada pandangan mereka —dipelajari lewat figur para pengajar, tokoh seniman profesional, maupun perkembangan isue-isue profesi yang spesifik serta berbeda. Dikemudian hari, meski tidak berlaku secara merata, perbedaan ‘pilihan’ bidang-bidang profesi itu juga turut membentuk sikap dan cara mereka masing-masing berkarya.
(Rizki A. Zaelani) [2]
Rujukan
[sunting | sunting sumber]- ^ M. Hari Atmoko (8 Desember 2012). "Kelompok Jendela Pameran di OHD Museum". ANTARA Jateng. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-17. Diakses tanggal 22 Desember 2013.
- ^ Dio Pamola Chandra (1 April 2012). "Kelompok Seni Rupa Jendela". Berita. Sakatoartcommunity.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-17. Diakses tanggal 22 Desember 2013.
Pranala luar
[sunting | sunting sumber]- Jim Supangkat, CP Foundation, Museum Bank Indonesia (1 Januari 2005). "CP Biennale 2005: Urban/Culture". Kepustakaan Populer Gramedia. Diakses tanggal 22 Desember 2013.
- Mikke Susanto, Islah Gusmian. "Menimbang ruang menata rupa". Galangpress Group. Diakses tanggal 22 Desember 2013.
- Karim Raslan (24 Mei 2011). "Cinta Semata". Inilah.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-12-24. Diakses tanggal 22 Desember 2013.