Kemerdekaan Jamaika
Koloni Jamaika memperoleh kemerdekaan dari Kerajaan Inggris pada 6 Agustus 1962. Di Jamaika, tanggal tersebut dirayakan sebagai Hari Kemerdekaan, sebuah hari libur nasional.
Pulau ini menjadi koloni kerajaan pada 1509 ketika Spanyol menaklukan suku pribumi Taino. Pada 1655, pasukan Inggris mengambil alih pulau tanpa menerima perlawanan, kemudian Kerajaan Inggris mengklaim kepemilikan di atasnya. Selama bertahun-tahun, budak-budak yang kabur bergabung dengan pribumi Taino di pegunungan, membentuk masyarakat yang dikenal sebagai Maroon. Maroon memenangkan perang dengan tentara Inggris (1728–1740) tetapi kalah di perang kedua (1795–1796). Pada 1800an, perbudakan dihapuskan dan warga Jamaika memperoleh hak pilih, meskipun Inggris masih memegang kekuasaan. Pada awal abad ke-20, Marcus Garvey mempromosikan nasionalisme kulit hitam dan merupakan pemimpin kulit hitam paling terkenal pada masanya. Selama Depresi Besar, para pekerja memprotes ketidakadilan dan melawan pemerintah di Jamaika dan koloni-koloni lainnya di Karibia. Pada 1943, pemimpin pekerja Alexander Bustamante memenangkan pemilihan suara dan membentuk konstitusi yang baru yang lebih liberal. Setelah Perang Dunia II, pemimpin Jamaika mengembangkan struktur pemerintahan untuk mempersiapkan kemerdekaan. Pada 1963, partainya Bustamante memenangkan pemilihan dan ia menjadi perdana menteri. Di tahun yang sama, Inggris memberikan Jamaika kemerdekaan, dan Bustamante menjadi perdana menterinya.