Kerajaan Pahang Tua
Mueang Pahang[1] Pahang Tua[2] | |||||||||
---|---|---|---|---|---|---|---|---|---|
abad ke-5–1454 | |||||||||
Ibu kota | Inderapura | ||||||||
Bahasa yang umum digunakan | Melayik, Mon-Khmer | ||||||||
Agama | Buddhisme Mahayana[3] | ||||||||
Pemerintahan | Monarki | ||||||||
Maharaja | |||||||||
• 450–? | Sri Bhadravarman | ||||||||
• ?–1454 | Dewa Sura (terakhir) | ||||||||
Sejarah | |||||||||
• Misi diplomatik pertama ke Tiongkok | abad ke-5 | ||||||||
• Invasi Melaka | 1454 | ||||||||
| |||||||||
Sekarang bagian dari | Malaysia Singapura | ||||||||
Bagian dari seri artikel mengenai |
Sejarah Malaysia |
---|
Kerajaan Pahang Tua[2] adalah sebuah negeri bersejarah yang berpusat di wilayah Pahang di pantai timur Semenanjung Melayu. Negeri ini muncul dalam catatan-catatan asing sejak abad ke-5[4] dan pada puncaknya, meliputi sebagian besar negara bagian modern Pahang dan seluruh bagian selatan semenanjung.[5] Sepanjang sejarahnya pada masa pra-Melaka, Pahang awalnya merupakan kerajaan tanjung bernama "Koli" yang mungkin tidak tersentuh caplokan Funan bersama dengan 4 kerajaan tanjung lain setelah bumi Langkasuka, Kalathana, dan Panpan takluk ke Funan. Selanjutnya, Pahang menjadi sebuah daerah penting dari kerajaan Melanesia seperti Merah, Sriwijaya, Tambralinga, Dharmasraya, Tumapel, Ligor, dan Majapahit sebelum akhirnya mungkin melepaskan diri untuk sementara bersama dengan 4 kerajaan asli lain dan dipimpin oleh seseorang yang merupakan peranakan dan pelarian dari Ligor setelah negerinya diambil oleh Siam akibat pemberontakan di Majapahit. Sekitar pertengahan abad ke-15, kerajaan ini dibawa masuk ke dalam lingkup pengaruh Kesultanan Melaka dan kemudian ditetapkan sebagai sebuah vasal Kesultanan Muslim pada tahun 1470, setelah penobatan cucu mantan Maharaja sebagai Sultan Pahang yang pertama.[6]
Nama-nama
[sunting | sunting sumber]Penamaan Pahang berhubungan dengan praktik kuno dalam budaya Melayik dalam menetapkan batasan teritorial dan membagi negeri-negeri berdasarkan batas perairan.[7] Dengan demikian, istilah "Pahang" yang mengacu pada kerajaan ini, dianggap berasal dari nama Sungai Pahang.[8] Ada banyak teori tentang asal-usul nama tersebut. Menurut legenda Melayu, di seberang sungai di Kampung Kembahang tempat aliran sungai saat ini di daerah Pahang menyatu dengan Pahang Tua, pada zaman kuno membentang sebuah pohon mahang sangat besar yang darinya sungai dan kerajaan tersebut mendapatkan nama mereka. Legenda ini cocok dengan tradisi lisan di antara orang Jakun Proto-Melayu yang mengatakan nenek moyang mereka yang menyeebut negeri tersebut dengan nama Mahang.[7]
Teori terkenal lainnya yang didukung oleh William Linehan, menghubungkan awal pendirian kerajaan dengan para pemukim dari peradaban Khmer kuno, dan mengklaim penamaannya berasal dari kata "saamnbahang" (Khmer: សំណប៉ាហាំង) yang berarti "timah", berdasarkan penemuan tambang timah prasejarah di negara bagian tersebut.[7]
Ada banyak variasi nama Pahang dalam sejarah. Kitab Song menyebut kerajaan ini dengan nama Pohuang atau Panhuang.[4] Penulis sejarah Tiongkok Zhao Rugua mengenalinya sebagai Pong-fong. Menurut kelanjutan dari Wenxian Tongkao karya Ma Duanlin, Pahang disebut Siam-lao thasi. Oleh bangsa Arab dan Eropa, kerajaan ini disebut dengan berbagai nama seperti Pam, Pan, Paam, Paon, Phaan, Phang, Paham, Pahan, Pahaun, Phaung, Phahangh.[9]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Rajani 1987, hlm. 87
- ^ a b Zakiah Hanum 1989, hlm. 44
- ^ Linehan 1973, hlm. 8–9
- ^ a b Guy 2014, hlm. 29
- ^ Linehan 1973, hlm. 7
- ^ Khoo 1980, hlm. 9
- ^ a b c Linehan 1973, hlm. 2
- ^ Milner 2010, hlm. 19
- ^ Linehan 1973, hlm. 2–5
Bibliografi
[sunting | sunting sumber]- Ahmad Sarji Abdul Hamid (2011), The Encyclopedia of Malaysia, 16 - The Rulers of Malaysia, Editions Didier Millet, ISBN 978-981-3018-54-9
- Andaya, Barbara Watson; Andaya, Leonard Yuzon (1984), A History of Malaysia, London: Palgrave Macmillan, ISBN 978-0-312-38121-9
- Barnard, Timothy P. (2004), Contesting Malayness: Malay identity across boundaries, Singapore: Singapore University press, ISBN 9971-69-279-1
- Benjamin, Geoffrey, Issues in the Ethnohistory of Pahang, Lembaga Muzium Negeri Pahang (Museum Authority of Pahang)
- Collins, James Thomas (1989), "Malay Dialect Research in Malaysia: The Issue of Perspective" (PDF), Bijdragen tot de Taal-, Land- en Volkenkunde, 145
- Farish A Noor (2011), From Inderapura to Darul Makmur, A Deconstructive History of Pahang, Silverfish Books, ISBN 978-983-3221-30-1
- Guy, John (2014), Lost Kingdoms: Hindu-Buddhist Sculpture of Early Southeast Asia, Metropolitan Museum of Art, ISBN 978-0300-204-37-7
- Hood Salleh (2011), The Encyclopedia of Malaysia, 12 - Peoples and Traditions, Editions Didier Millet, ISBN 978-981-3018-53-2
- Jacq-Hergoualc'h, Michel (2002). The Malay Peninsula: Crossroads of the Maritime Silk-Road (100 Bc-1300 Ad). BRILL. ISBN 90-04-11973-6.
- Khoo, Gilbert (1980), From Pre-Malaccan period to present day, New Straits Times
- Linehan, William (1973), History of Pahang, Malaysian Branch Of The Royal Asiatic Society, Kuala Lumpur, ISBN 978-0710-101-37-2
- Milner, Anthony (2010), The Malays (The Peoples of South-East Asia and the Pacific), Wiley-Blackwell, ISBN 978-1444-339-03-1
- Mishra, Patit Paban (2010), The History of Thailand, Greenwood, ISBN 978-0313-340-91-8
- Munoz, Paul Michel (2007), Early Kingdoms of The Indonesian Archipelago and the Malay Peninsula, Didier Millet, ISBN 978-9814155670
- Rajani, Chand Chirayu (1987), Towards a history of Laem Thong and Sri Vijaya (Asian studies monographs), Institute of Asian Studies, Chulalongkorn University, ISBN 978-9745-675-01-8
- Zakiah Hanum (1989), Asal-usul negeri-negeri di Malaysia (The Origin of States in Malaysia), Times Books International, ISBN 978-9971-654-67-2