Kerajaan Sekadau
Kerajaan Kusuma Negara Sekadau | |
---|---|
1550–1952 | |
Istana Kusuma Negara Sekadau | |
Ibu kota | 1. Kematu 2. Kampung Sungai Bara[1] |
Bahasa yang umum digunakan | Bahasa Melayu (dominan) & Bahasa Dayak |
Agama | Islam |
Pemerintahan | Monarki |
Pangeran, Kesultanan sekarang Panembahan | |
• 1944 - 1946 M | Gusti Kelip |
• 1946 - 1952 M | Abang Kolin |
• [[-
1963]] M[2] | Gusti Adenan |
Gusti Muhammad Effendi[3] | |
Sejarah | |
1550 | |
1952 | |
2009 - Sekarang | |
Sekarang bagian dari | Indonesia |
Bagian dari seri mengenai |
---|
Sejarah Indonesia |
Garis waktu |
Portal Indonesia |
Kerajaan Sekadau adalah sebuah kerajaan yang terletak di Kabupaten Sekadau, Provinsi kalimantan barat , Indonesia.[5] Nama Sekadau diambil dari sejenis pohon yang banyak tumbuh di muara Sungai Sekadau.[6] Penduduk setempat menamakannya Batang Adau.[6]
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Asal mula penduduk Sekadau adalah pecahan rombongan Dara Nante yang berada di bawah pimpinan Singa Patih Bardat dan Patih Bangi yang meneruskan perjalanan ke hulu Sungai Kapuas.[7] Rombongan Singa Patih Bardat menurunkan suku Kematu, Benawas, Sekadau, dan Melawang.[7]Mula-mula kerajaan Sekadau terletak di daerah Kematu, lebih kurang 3 kilometer sebelah hilir Rawak.[7] Raja pertama Sekadau adalah Pangeran Engkong yang memiliki tiga putra, yakni Pangeran Agong, Pangeran Kadar dan Pangeran Senarong.[7] Sesudah Pangeran Engkong wafat, kerajaan diteruskan oleh putra keduanya, Pangeran Kadar, karena dinilai lebih bijaksana dari putra-putra yang lain.[7] Karena kecewa, Pangeran Agong kemudian meninggalkan Sekadau menuju daerah Lawang Kuwari.[7] Sedangkan Pangeran Senarong kemudian menurunkan penguasa kerajaan Belitang.[7] Setelah Pangeran Kadar wafat, pemerintahan dilanjutkan oleh putra mahkota Pangeran Suma.[8] Pangeran Suma pernah dikirim orangtuanya untuk memperdalam pengetahuan agama Islam ke kerajaan Mempawah, karena itu pada masa pemerintahannya agama Islam berkembang pesat di kerajaan Sekadau.[8] Ibu kota kerajaan kemudian dipindahkan ke kampung Sungai Bara dan sebuah masjid kerajaan didirikan disana. Pada masa ini pula Belanda sampai ke kerajaan Sekadau.[8] Pangeran Suma kemudian digantikan oleh Putra Mahkota Abang Todong dengan gelar Sultan Anum.[8] Lalu digantikan lagi oleh Abang Ipong bergelar Pangeran Ratu yang bukan keturunan raja namun naik tahta karena putra mahkota berikutnya belum cukup dewasa.[8] Setelah putra mahkota dewasa, ia pun dinobatkan memerintah dengan gelar Sultan Mansur.[8] Kerajaan Sekadau kemudian dialihkan kepada Gusti Mekah dengan gelar Panembahan Gusti Mekah Kesuma Negara karena putra mahkota berikutnya, yakni Abang Usman, belum dewasa.[8] Abang Usman kemudian dibawa ibunya ke Nanga Taman.[8] Sesudah pemerintahan Panembahan Gusti Mekah Kesuma Negara berakhir, Panembahan Gusti Akhmad Sri Negara dinobatkan naik tahta.[8] Tetapi oleh penjajah Belanda, panembahan beserta keluarganya kemudian diasingkan ke Malang, Jawa Timur, dengan tuduhan telah menghasut para tumenggung untuk melawan Belanda.[8] Karena peristiwa tersebut, Panembahan Haji Gusti Abdullah kemudian diangkat dengan gelar Pangeran Mangku sebagai wakil panembahan.[8] Ia pun dipersilakan mendiami keraton.[8] Belum lama setelah penobatannya, Pangeran Mangku wafat.[8] Ia kemudian digantikan oleh Panembahan Gusti Akhmad, kemudian Gusti Hamid.[8] Raja Sekadau berikutnya adalah Panembahan Gusti Kelip.[8] Tahun 1944 Gusti Kelip tewas dibunuh penjajah Jepang.[8] Pihak Jepang kemudian mengangkat Gusti Adnan sebagai pembesar kerajaan Sekadau dengan gelar Pangeran Agung, ia berasal dari Belitang.[8]
Bergabung dengan NKRI
[sunting | sunting sumber]Pada Juni 1952, bersama Gusti Kolen dari kerajaan Belitang, Gusti Adnan menyerahkan administrasi kerajaan kepada pemerintah Republik Indonesia di Jakarta dengan tergabung dalam Kabupaten Sanggau.[8] Pemerintahan Kabupaten Sekadau dibentuk berdasarkan Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 34 Tahun 2003 Tentang Pembentukan Kabupaten Melawi dan Kabupaten Sekadau di Provinsi Kalimantan Barat.[9] Kabupaten Sekadau merupakan daerah pemekaran dari Kabupaten Sanggau, maka sejak Tahun 2003 resmi menjadi kabupaten sendiri dengan nama Kabupaten Sekadau.[9]
Daftar Panembahan Sekadau
[sunting | sunting sumber]versi kedua melalui sumber http://www.worldstatesmen.org/Indonesia_princely_states2.html
c.1600 Sekadau dibentuk / state founded.
Pangeran
* 1780 – ….: Suto
* …. – 1830: Kusuma Negara
Sultan
* 1830 – 1861: Muhammad Kamaruddin
* 1861 – 1867: Mansur Kusuma Negara
Panembahan
* 1867 – 31 Jul 1902: Muhammad Kusuma Negara
* 31 Jul 1902 – 1910: Ahmad Seri Negara (1st time)
* 1910 – 1919: Regency [four members]
* 1919: Ahmad Seri Negara (2nd time)
* 1920 – 1931: Regency
* Gusti Ahmad Pangeran Nata Negara
* Adi Abul Murad (to 1923)
* 1931 – 1944: Gusti Muhammad (d. 1944?)
* 1944 – c.1946: Gusti Kelip
* c.1946 – c.1952: Abang Kolin
* 19.. – 1963: Gusti Adenan
* 2018: Gusti Muhammad Effendi
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ https://sekadaukab.go.id/tentang_sekadau/sejarah-kota-sekadau/
- ^ https://www.worldstatesmen.org/Indonesia_princely_states2.html
- ^ https://pontianak.tribunnews.com/amp/2018/12/15/gusti-muhammad-effendi-dinobatkan-sebagai-raja-kusumanegara-sekadau
- ^ https://pontianak.tribunnews.com/2018/12/15/gusti-muhammad-effendi-dinobatkan-sebagai-raja-kusumanegara-sekadau
- ^ sejarah sekadau kalimantan barat diakses 31 Maret 2015
- ^ a b sejarah kerajaan sekadau diakses 31 Maret 2015
- ^ a b c d e f g sejarah kab. sekadau diakses 31 Maret 2015
- ^ a b c d e f g h i j k l m n o p q r Sekadau diakses 31 Maret 2015
- ^ a b sejarah kabupaten sekadau Diarsipkan 2015-03-20 di Wayback Machine. diakses 31 Maret 2015