Kereta rel listrik MRT Jakarta
KRL MRT Jakarta | |
---|---|
Beroperasi | Maret 2019[1][2] |
Produsen | Nippon Sharyo |
Nama keluarga | STRASYA |
Konstruksi | 2018 |
Mulai beroperasi | 2019 |
Jml. sudah diproduksi | 96 unit (16 rangkaian) |
Jml. beroperasi | 96 unit (16 rangkaian) |
Formasi | 6 kereta per rangkaian |
Nomor armada | K1 1 18 01 - K1 1 18 96 |
Kapasitas | 1.950 penumpang (rata-rata) |
Operator | MRT Jakarta |
Jalur dilayani | Jalur Utara–Selatan |
Data teknis | |
Konstruksi bodi | Baja nirkarat |
Panjang kereta | 20.075 mm (kereta ujung) 19.500 mm (kereta tengah) |
Lebar | 2.950 mm |
Tinggi | 3.655 mm (atap) 3.985 mm (AC) 3.995 mm (pantograf terlipat) |
Tinggi lantai | 1.150 mm |
Pintu | 4 pintu di setiap sisi |
Diameter roda | 860 mm (baru) 820 mm (usang) |
Jarak gandar | 2.100 mm (antara gandar) 13.800 mm (antara bogie) |
Kelajuan maksimum | 100 km/jam |
Berat | 31-35 ton |
Sistem traksi | Toyo Denki RG6036-A-M penggerak tegangan variabel/frekuensi variabel-transistor dwikutub gerbang-terisolasi (VVVF-IGBT) |
Daya mesin | 140 kW per motor Tipe: Toyo Denki 6326-A (motor asinkron AC tiga fase) |
Transmisi | Static Inverter (SIV) Tipe: Fuji Electric GOA151 |
Percepatan | 0.92 m/s2 |
Perlambatan | 0.8 m/s2 (normal) 1.0 m/s2 (darurat) |
Sistem pembangkit | Listrik Aliran Atas (LAA) |
Elektrifikasi | 1.500 V DC |
Penangkap arus | Pantograf |
Bogie | ND-748 (motor) ND-748T (trailer) dengan pegas udara |
Sistem keselamatan | Nippon Signal SPARCS blok bergerak CBTC ATC di bawah semi-ATO GoA 2, dengan subsistem ATP, ATS dan CBI |
Alat perangkai | Shibata kontak dekat |
Lebar sepur | 1.067 mm (3 ft 6 in) |
Kereta rel listrik MRT Jakarta adalah kereta rel listrik yang dioperasikan di lintas MRT Jakarta. Rangkaian kereta disebut juga sebagai Ratangga.[3][4] Rangkaian kereta diproduksi oleh perusahaan Nippon Sharyo asal Jepang sebelum dioperasikan penuh tanggal 24 Maret 2019.[1][2] Kereta ini diklasifikasikan sebagai kereta kelas eksekutif yang dioperasikan dengan formasi enam kereta di setiap rangkaian.
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Pembuatan rangkaian Ratangga termasuk dalam proyek Fase I Jalur Utara–Selatan sebagai CP 108. Kontrak CP 108 yaitu pembuatan sarana perkeretaapian MRT Jakarta ini diberikan kepada konsorsium Sumitomo Corporation - Nippon Sharyo pada tanggal 3 Maret 2015.[5] 16 rangkaian yang terdiri atas enam kereta setiap rangkaian tersebut, dipesan dengan biaya sekitar ¥10,8 miliar (Rp145 miliar).[6] Rangkaian keretanya sendiri dibuat di Pabrik Nippon Sharyo Toyokawa.[7]
Di tengah-tengah masa produksi, desain kereta ini, desain kereta sempat berubah pada tahun 2017. Perubahan desain ini diutamakan pada bagian kabin masinis yang dinilai mirip seperti jangkrik.[8] Perubahan desain tersebut mengubah kesepakatan kontrak dan diperkirakan akan menambah biaya produksi sebanyak Rp64 miliar.[9]
Pengiriman Ratangga dilakukan pada tahun 2018. Pengiriman pertama yang terdiri atas dua rangkaian kereta tiba di Pelabuhan Tanjung Priok pada tanggal 4 April 2018.[10][11] Nama Ratangga sebagai sebutan rangkaian ini diumumkan pada tanggal 10 Desember 2018.[3][4]
Pengujicobaan rangkaian kereta pertama kali dilaksanakan 9 Agustus 2018. Pengujian ini dilakukan untuk mengetes sistem persinyalan dan kereta.[12][13] Sementara itu, pengujicobaan rangkaian dengan penumpang pertama kali dilakukan tanggal 12 Maret 2019 yang juga sebagai uji coba publik terbatas.[14] Rangkaian Ratangga pertama kali dioperasikan secara penuh bersamaan dengan peresmian Jalur Utara–Selatan MRT Jakarta pada tanggal 24 Maret 2019.[1][2]
Spesifikasi
[sunting | sunting sumber]Setiap kereta berukuran panjang 20 meter, lebar 2,9 meter, dan tinggi 3,9 meter.[15] Setiap kereta memiliki empat pintu di masing-masing kedua sisinya, kecuali kereta pertama dan kereta keenam yang memiliki tambahan satu pintu kabin masinis di masing-masing sisinya. Kereta ini menggunakan sistem persinyalan CBTC dengan Operasi Kereta Otomatis (ATO) GoA 2 (STO). Pengendalian kereta secara otomatis ini dilakukan terpusat di Depo Lebak Bulus.[16] Meskipun begitu, tetap ada masinis di kereta untuk mengendalikan pintu dan mengoperasikan kereta ketika keadaan darurat.[17] Rangkaian MRT ini mendapatkan tenaga listrik dari Listrik Aliran Atas, sama seperti KRL Commuter Line.[18]
Formasi
[sunting | sunting sumber]Setiap satu rangkaian Ratangga terdiri atas enam kereta. Setiap rangkaian memiliki dua kabin masinis yang terletak di kereta paling depan dan paling belakang. Kedua kereta tersebut tidak memiliki motor penggerak yang disebut juga dengan trailer cars (Tc). Sementara itu, untuk kereta kedua hingga kereta kelima memiliki motor penggerak yang disebut juga dengan motor cars (M).[18] Seluruh kereta Ratangga diklasifikasikan sebagai kereta eksekutif dan memiliki nomor urut K 1 18 01 hingga K 1 18 96. Formasi selengkapnya dari satu rangkaian Ratangga terdiri atas Tc1-M2'-M1'-M2-M1-Tc2.[19]
Susunan rangkaian | ||||||
---|---|---|---|---|---|---|
Jenis | Tc2 | M1 | M2 | M1' | M2' | Tc1 |
Kapasitas penumpang | 307 | 332 | 336 | 336 | 332 | 307 |
Jumlah tempat duduk | 48 | 54 | 51 | 51 | 54 | 48 |
Penamaan
[sunting | sunting sumber]Rangkaian kereta rel listrik ini disebut dengan nama Ratangga. Nama Ratangga setelah adanya musyawarah antara PT MRT Jakarta dengan Badan Bahasa Kemendikbud. Nama Ratangga diambil dari kitab Arjuna Wiwaha dan Sutasoma karangan Mpu Tantular. Ratangga sendiri memiliki arti kendaraan beroda, kereta, atau kereta perang dalam bahasa Jawa Kuno.[20] Kereta perang yang identik dengan kereta kuda yang kuat dan dinamis diharapkan menjadi doa akan lancarnya operasional MRT Jakarta. Penamaan ini diumumkan pada tanggal 10 Desember 2018.[3][4]
Pada budaya populer
[sunting | sunting sumber]Ratangga beserta bagian terowongan Jalur MRT Utara–Selatan terdapat pada bagian depan desain Rp75.000. Kereta rel listrik tersebut diletakkan tepat di bawah gambar Soekarno dan Mohammad Hatta serta di sebelah Jembatan Youtefa dan teks nilai mata uang Rp75.000. Rangkaian Ratangga dimasukkan dalam desain tersebut sebagai simbol pencapaian pembangunan infrastruktur dalam 75 tahun Republik Indonesia.[21][22]
Galeri
[sunting | sunting sumber]-
Nomor identifikasi kereta K1 1 18 19
-
Rangkaian LBB1 menninggalkan Stasiun MRT Fatmawati.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c Sari, Nursita (24 Maret 2019). Aziza, Kurnia Sari, ed. "Pagi Ini, Presiden Jokowi Resmikan MRT Jakarta". Kompas.com. Diakses tanggal 2020-12-05.
- ^ a b c "Jokowi Resmikan MRT di Bundaran HI". CNN Indonesia. 24 Maret 2019. Diakses tanggal 2021-01-12.
- ^ a b c "MRT Diberi Nama Ratangga, Diambil dari Kitab Mpu Tantular". CNN Indonesia. 10 Desember 2018. Diakses tanggal 2021-01-10.
- ^ a b c Nailufar, Nibras Nada (10 Desember 2018). Aziza, Kurnia Sari, ed. "Ratangga, Nama Baru Kereta MRT Jakarta..." Kompas.com. Diakses tanggal 2021-01-10.
- ^ "Kontrak Rolling Stock Proyek MRT Jakarta Ditandatangani" (PDF). PT MRT Jakarta (Siaran pers). 3 Maret 2015. Diarsipkan dari versi asli (PDF) tanggal 16 Maret 2015.
- ^ Cakti, Gita Arwana (3 Maret 2015). Sukarno, Puput Ady, ed. "PROYEK MRT JAKARTA: Sumitomo Corporation Menangkan Tender Kereta Listrik". Bisnis.com. Diakses tanggal 23 Juli 2020.
- ^ Riana, Friski (11 Desember 2017). Sugiharto, Jobpie, ed. "Melihat Kereta MRT Jakarta Diproduksi: Tak Lagi Mirip Jangkrik". Tempo.co. Diakses tanggal 2019-04-04.
- ^ Putro, Galang Aji (16 Januari 2017). "Sumarsono Sebut Kereta MRT Mirip Jangkrik, Minta Desain Ulang". detikcom. Diakses tanggal 2021-01-10.
- ^ Rudi, Alsadad (18 Januari 2017). Ali, Fidel, ed. "Desain Kereta MRT "Jangkrik" Diubah, Biaya Produksi Bertambah Jadi Rp 64 Miliar". Kompas.com. Diakses tanggal 2018-04-23.
- ^ Mutmainah, Hesti Rika & Dinda Audriene; Audriene Mutmainah, Dinda (4 April 2018). "Dua Rangkaian Kereta MRT Datang, Siap Uji Coba Agustus". CNN Indonesia. Diakses tanggal 2021-01-10.
- ^ Yasmin, Puti Aini (5 April 2018). "Gerbong MRT Tiba, Menhub Cek Langsung ke Tanjung Priok". detikcom. Diakses tanggal 2021-01-10.
- ^ "Uji Coba Perdana Rangkaian Kereta MRT, Begini Hasilnya". Tempo.co. 12 Agustus 2018. Diakses tanggal 2021-01-10.[pranala nonaktif permanen]
- ^ Malik, Dusep; Ginanjar Mukti, Fajar (21 Agustus 2018). "Mulai Lintasi Rel Bawah Tanah, Begini Tahapan Ujicoba MRT Jakarta". VIVA.co.id. Diakses tanggal 2021-01-10.
- ^ Velarosdela, Rindi Nuris (12 Maret 2019). Patnistik, Egidius, ed. "Uji Coba Operasi MRT Jakarta untuk Publik Dimulai Hari Ini". Kompas.com. Diakses tanggal 2020-12-05.
- ^ Margrit, Annisa (22 Februari 2018). Fitriani, Feni Freycinetia, ed. "Membandingkan Spesifikasi Kereta MRT dan LRT Jakarta, Mana yang Lebih Keren?". Bisnis.com. Diakses tanggal 2021-01-10.
- ^ Priatmojo, Dedy (2 Juli 2018). "Bukan Masinis, Ini yang Menggerakan Operasional MRT Jakarta". VIVA.co.id. Diakses tanggal 2021-01-10.
- ^ "Persinyalan Sudah Canggih, Kenapa MRT Jakarta Masih Pakai Masinis?". kumparanBisnis. 16 November 2019. Diakses tanggal 2021-01-10.
- ^ a b "MRT Jakarta : Ratangga". Himpunan Mahasiswa Sipil Institut Teknologi Sepuluh Nopember. 28 April 2019. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2021-01-13. Diakses tanggal 2021-01-11.
- ^ "ジャカルタ都市高速鉄道南北線向け電車". Nippon Sharyo (dalam bahasa Jepang). Diakses tanggal 2020-10-19.
- ^ B., Suparlan, Y. (1991). Kamus Indonesia-Kawi (edisi ke-Cet. 1). Yogyakarta: Kanisius. ISBN 9794135089. OCLC 26404616.
- ^ Afriyadi, Achmad Dwi (18 Agustus 2020). "Makna di Balik MRT hingga Jembatan Youtefa di Uang Rp 75.000". detikcom. Diakses tanggal 2021-01-12.
- ^ Uly, Yohana Artha (18 Agustus 2020). Djumena, Erlangga, ed. "Ratangga Ada di Desain Uang Rp 75.000, Ini Kata MRT Jakarta". Kompas.com. Diakses tanggal 2021-01-12.