Lompat ke isi

Keterangan Tacitus tentang Kristus

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Kebakaran Roma, karya Karl von Piloty, 1861. Menurut Tacitus, Nero sengaja mengambinghitamkan umat Kristen sebagai biang keladi kebakaran.

Publius Kornelius Tacitus, sejarawan dan senator Romawi, menyinggung tentang Kristus, pelaksanaan pidana mati terhadap Kristus atas perintah Pontius Pilatus, dan keberadaan umat Kristen perdana di kota Roma pada bab ke-44 dari jilid ke-15 Annales (Annales 15.44), karya tulis terakhirnya yang disusun sekitar tahun 116 M.[1] Konteks Annales 15.44 adalah peristiwa kebakaran enam hari yang melanda sebagian besar kota Roma pada tahun 64 M semasa Kaisar Nero berkuasa.[2] Annales 15.44 merupakan salah satu keterangan tertua dari sumber non-Kristen mengenai agama dan umat Kristen.[3][4]

Para ahli sepakat bahwa keterangan tentang pelaksanaan pidana mati terhadap Yesus Kristus atas perintah Pilatus yang tercantum di dalam Annales 15.44 benar-benar berasal dari Tacitus, dan memiliki nilai sejarah sebagai salah satu sumber tertulis peninggalan bangsa Romawi mengenai Kristus.[5][6][7] Menurut Paul Eddy dan Gregory Boyd, keterangan Tacitus "sudah lumrah dianggap" sebagai konfirmasi pihak non-Kristen atas kebenaran berita penyaliban Yesus.[8] Menurut para ahli, keterangan Tacitus memuat tiga fakta terpisah tentang kota Roma sekitar tahun 60 M. Yang pertama, ada lumayan banyak orang Kristen di kota Roma kala itu; yang kedua, umat Kristen dapat dibedakan dari umat Yahudi di kota Roma; dan yang ketiga, kaum pagan kala itu menganggap agama Kristen yang ada di kota Roma sebagai agama yang berasal dari Provinsi Yudea.[9][10]

Latar belakang

[sunting | sunting sumber]

Tacitus adalah salah seorang sejarawan Romawi ternama.[11][12] Latar belakang kehidupannya masih belum jelas. Bahkan tempat dan tanggal lahirnya tidak diketahui secara pasti, walaupun ada kemungkinan bahwa ia lahir antara tahun 56 sampai tahun 120 M. Ia pernah memangku beberapa jabatan penting; sebagai contoh, ia pernah menjadi Prokonsul Provinsi Asia pada tahun 112–113. Dua karya besarnya adalah Historiae dan Annales.[13]

Sementara itu, Annales (judul lengkap: Ab excessu divi Augusti, terjemahan harfiah: "Semenjak Berpulangnya Augustus Sang Dewata") adalah karya tulis terakhir Tacitus, dan sebenarnya belum rampung ditulis. Catatan sejarah ini diperkirakan berasal dari tahun 116 M. Seperti yang tersirat dari judulnya, Annales membahas sejarah Romawi sejak kemangkatan Kaisar Augustus sampai masa pemerintahan Nero (kurun waktu dari tahun 14 sampai tahun 68 M).[13] Saat ini hanya Buku 1–4 dan 12–15 yang masih ada.[13]

Isi dan konteks

[sunting | sunting sumber]
Halaman Naskah Medici II yang memuat Annales 15.44 tentang umat Kristen
Gambar sosok Kaisar Nero dalam Babad Nürnberg

Annales 15.44 yang sudah sering dikaji para ahli ini didahului oleh uraian tentang musibah kebakaran enam hari yang menghanguskan sebagian besar kota Roma pada bulan Juli 64 M.[3]

Isi pokok Annales 15.44 adalah sebagai berikut:

Namun segala daya upaya manusia, sogokan dari penguasa, maupun sesaji penenteram dewa-dewi, tiada kuasa menghapus kecurigaan orang bahwasanya kebakaran itu terjadi karena ada perintah dari atas. Oleh karena itu, demi menghilangkan desas-desus yang beredar, Nero mempersalahkan dan menjatuhkan hukuman berat kepada suatu kaum yang dibenci karena kekejian mereka, yakni kaum yang disebut Kristen oleh masyarakat. Kristus, cikal bakal dari nama kaum ini, dijatuhi hukuman berat pada masa pemerintahan Tiberius oleh salah seorang prokurator [wali negeri] kita, Ponsius Pilatus, dan suatu takhayul yang sangat menyesatkan, yang sempat mati waktu itu, kembali merebak bukan saja di Yudea, pangkal kedurjanaan ini, melainkan juga di ibu kota, tempat segala macam kekejian dan aib dari segala penjuru dunia datang bersarang dan merajalela. Jadi mula-mula ditangkaplah orang-orang yang mengaku bersalah; lalu atas dasar pengakuan mereka, sejumlah besar orang dikenai dakwaan, bukan dakwaan kejahatan membakar kota, melainkan dakwaan kejahatan terhadap sesama manusia. (bahasa Latin: Sed non ope humana, non largitionibus principis aut deum placamentis decedebat infamia, quin iussum incendium crederetur. ergo abolendo rumori Nero subdidit reos et quaesitissimis poenis adfecit, quos per flagitia invisos vulgus Christianos appellabat. auctor nominis eius Christus Tibero imperitante per procuratorem Pontium Pilatum supplicio adfectus erat; repressaque in praesens exitiabilis superstitio rursum erumpebat, non modo per Iudaeam, originem eius mali, sed per urbem etiam, quo cuncta undique atrocia aut pudenda confluunt celebranturque. igitur primum correpti qui fatebantur, deinde indicio eorum multitudo ingens haud proinde in crimine incendii quam odio humani generis convicti sunt.)[14]

Tacitus selanjutnya menjabarkan bentuk-bentuk penyiksaan yang ditimpakan terhadap umat Kristen sebagai berikut:

Kebinasaan mereka masih ditambah lagi dengan segala bentuk penistaan. Dalam balutan kulit binatang liar, mereka tewas dicabik-cabik anjing, atau dipakukan pada salib, atau menjadi umpan api dan dibakar laksana suluh, bilamana hari berganti malam. Nero menjadikan taman-tamannya sebagai ajang pamer tindakan-tindakan mencengangkan ini, dan menggelar pertunjukan di sirkus, tempat ia berbaur dengan rakyat dengan berpakaian layaknya pembalap kereta atau tegak menjulang di atas kereta. Oleh karena itu, sekalipun para penjahat memang pantas dihukum berat agar kejahatannya tidak ditiru orang, muncul jua rasa iba; karena tampaknya mereka dibinasakan bukan demi kemaslahatan umum, melainkan demi menuruti angkara murka satu orang belaka. (bahasa Latin: Et pereuntibus addita ludibria, ut ferarum tergis contecti laniatu canum interirent aut crucibus adfixi aut flammandi atque, ubi defecisset dies, in usum nocturni luminis urerentur. hortos suos ei spectaculo Nero obtulerat, et circense ludicrum edebat, habitu aurigae permixtus plebi vel curriculo insistens. unde quamquam adversus sontes et novissima exempla meritos miseratio oriebatur, tamquam non utilitate publica, sed in saevitiam unius absumerentur.)[14]

Penyebab kebakaran tak kunjung terungkap, tetapi kebanyakan warga Roma curiga bahwa biang keroknya adalah Kaisar Nero sendiri.[3] Untuk mengalihkan perhatian masyarakat dari dirinya, Kaisar Nero menuding umat Kristen sebagai penyulut kebakaran dan menganiaya mereka, sehingga memunculkan catatan sejarah pertama yang meriwayatkan perbenturan umat Kristen dengan penguasa di kota Roma.[3] Kisah tentang Kaisar Nero memetik kecapi selagi kota Roma dilalap api bukan berasal dari Tacitus melainkan dari sejarawan Kasius Dio yang wafat pada abad ke-3,[2] tetapi Tacitus memang menyiratkan bahwa umat Kristen hanyalah kambing hitam Kaisar Nero.[15]

Naskah asli Annales sudah tidak ada lagi, dan naskah-naskah salinan karya tulis Tacitus yang masih lestari sampai saat ini bersumber dari dua naskah utama dalam bahasa Latin yang dikenal dengan sebutan Naskah Medici I dan Naskah Medici II. Kedua-duanya tersimpan di Perpustakaan Medici Laurensiana, Firenze, Italia.[16] Naskah Medici II dari abad ke-11, keluaran skriptorium biara tarekat Benediktin di Monte Cassino, adalah naskah salinan tertua yang memuat uraian Tacitus mengenai umat Kristen.[17] Para ahli pada umumnya sepakat bahwa naskah salinan ini dibuat di Monte Cassino, dan tulisan "Abbas Raynaldus cu..." pada akhir naskah mengacu pada salah seorang dari dua abas bernama Raynaldus yang pernah mengepalai biara tarekat Benediktin di Monte Cassino pada abad ke-11.[17]

Keterangan khusus

[sunting | sunting sumber]

Kristen atau Kresten

[sunting | sunting sumber]
Celah antara huruf 'i' dan 's' pada kata "christianos" dalam Naskah Medici II

Annales 15.44 memuat penggalan kalimat berikut ini:

...yang disebut Kristen oleh masyarakat. Kristus, cikal bakal dari nama kaum ini... (bahasa Latin: ...vulgus Christianos appellabat. auctor nominis eius Christus...)

Pada tahun 1902, Georg Andresen mengulas tentang tampilan huruf 'i' pertama pada kata christianos (bentuk akusatif maskulin jamak dari kata sifat christianus) dalam naskah salinan Annales yang tertua, yakni naskah salinan dari abad ke-11 yang tersimpan di Firenze. Menurut Georg Andresen, celah kosong di antara huruf 'i' dan huruf 's' menunjukkan bahwa kata christianos sudah diotak-atik, dan huruf 'i' pertama sesungguhnya adalah huruf 'e' yang sudah diubah.[18] "Sesudah naskah diperiksa dengan sinar ultra violet, dapat dipastikan telah terjadi pengubahan huruf 'e' menjadi 'i'. Kini sudah mustahil mencari tahu siapa orang yang mengubah huruf 'e' menjadi 'i'. Kendati demikian, kata 'christiani' dalam Nero 16.2, karangan Suetonius, agaknya sejak awal memang tertulis demikian".[19] Setelah pengubahan ini terungkap, timbul perdebatan di kalangan para ahli mengenai apakah chrestianos adalah istilah yang sengaja digunakan oleh Tasitus dalam karya tulisnya, ataukah kesalahan katib yang terjadi tanpa disengaja saat membuat salinannya pada Abad Pertengahan.[20][21] Ada pendapat bahwa warga Roma memang adakalanya menggunakan istilah "Kristen" (christianus) maupun "Kresten" (chrestianus) sebagai sebutan bagi umat Kristen perdana.[22] Menurut Robert E. Van Voorst, ada banyak sumber yang menunjukkan bahwa istilah "Kresten" juga dipakai di kalangan pengikut Yesus pada abad ke-2.[21][23] Istilah "Kristen" hanya muncul tiga kali dalam Perjanjian Baru (Kisah Para Rasul 11:26, Kisah Para Rasul 26:28, 1 Petrus 4:16), dan kemunculan yang pertama (Kisah Para Rasul 11:26) berkaitan dengan tempat istilah "Kristen" mula-mula mengemuka.[21] Di dalam Codex Sinaiticus, naskah Alkitab kuno berbahasa Yunani, bentuk asli kata "Kristen" pada ketiga ayat tersebut adalah "Krestianoi" (bentuk jamak dari krestianos).[21][23] Sejumlah prasasti batu nisan yang memuat kata "Kresten" telah ditemukan di Frigia, salah satunya memuat istilah "Kristen" yang disandingkan dengan istilah "Kresten" dalam kalimat yang berbunyi "Umat Kresten untuk Umat Kristen" (Krestianoi Kristianois).[23]

Menurut Adolf von Harnack, istilah "Chrestianos" adalah istilah yang digunakan Tacitus, dan Tacitus sengaja mencantumkan keterangan tentang Christus tepat sesudah pemakaian istilah Chrestianos untuk menunjukkan bahwa ia lebih banyak tahu daripada kebanyakan orang.[21] Menurut Robert Renehan, orang Romawi memang suka mencampuradukkan dua kata yang sama bunyi, jadi kata Chrestianos adalah istilah yang sejak semula digunakan dalam Annales, bukan kekeliruan katib.[24][25] Menurut Robert E. Van Voorst, agaknya Tacitus sendiri tidak menyebut umat Kristen dengan istilah Chrestianos, yang artinya "orang berguna", mengingat ia juga menyebutkan bahwa mereka "dibenci karena kekejian mereka".[20] Menurut Paul Eddy dan Gregory Boyd, entah "Kresten" atau "Kristen" yang sesungguhnya digunakan Tacitus, tidaklah besar dampaknya terhadap autentisitas maupun makna dari Annales 15.44.[26]

Pangkat Pilatus

[sunting | sunting sumber]
Prasasti Pilatus, kini tersimpan di Museum Israel

Pangkat Ponsius Pilatus saat menjabat sebagai Wali Negeri Yudea tercantum dalam Prasasti Pilatus. Menurut prasasti ini, Pilatus berpangkat prefek (bahasa Latin: praefectus), tetapi menurut Annales 15.44, ia adalah seorang "prokurator" (bahasa Latin: procurator, dapat diterjemahkan menjadi "wali negeri"). Sejarawan Yosefus menggunakan istilah Yunani yang lebih umum, yakni ἡγεμών (hēgemṓn), yang berarti "pemimpin". Menurut Tacitus, Kaisar Klaudiuslah yang memberikan kewenangan memerintah kepada para prokurator.[a][27] Sesudah tampuk pemerintahan Yudea beralih ke tangan bangsa Romawi sepeninggal Raja Herodes Agripa pada tahun 44 M, kewenangan memerintah Yudea dipercayakan Kaisar Klaudius kepada pejabat berpangkat prokurator.[3][28][29][30]

Sudah banyak teori dikemukakan para ahli untuk menjelaskan mengapa Tacitus menggunakan istilah "prokurator" sementara bukti arkeologi justru menunjukkan bahwa Pilatus berpangkat prefek. Menurut Jerry Vardaman, Pilatus berganti pangkat dari prefek menjadi prokurator sewaktu menjalani masa bakti di Yudea, dan Prasasti Pilatus dibuat pada tahun-tahun permulaan masa baktinya.[31] Menurut Baruch Lifshitz, boleh jadi Prasasti Pilatus mula-mula memuat kata "prokurator" maupun "prefek".[32] Menurut L.A. Yelnitsky, pemakaian istilah "prokurator" dalam Annales 15.44.3 adalah sebuah interpolasi Kristen.[33] Menurut S.G.F. Brandon, kedua pangkat tersebut tidaklah jauh berbeda.[34] Menurut John Dominic Crossan, Tacitus menggunakan istilah "prokurator", pangkat yang lazim disandang Wali Negeri Yudea pada masa pemerintahan Kaisar Klaudius, sebagai ganti istilah "prefek", pangkat yang sesungguhnya disandang Pilatus saat menjadi Wali Negeri Yudea.[35] Menurut Bruce Chilton, Craig Evans, dan Robert Van Voorst, agaknya Tacitus menyebut Pilatus sebagai seorang prokurator karena prokurator adalah pangkat yang lazim disandang para wali negeri ketika Annales ditulis, dan soal variasi dalam pemakaian istilah kepangkatan tidak boleh dijadikan alasan untuk meragukan kebenaran keterangan Tacitus.[36][37] Menurut Warren Carter, baik istilah "prefek" yang berkonotasi militer maupun istilah "prokurator" yang berkonotasi sipil sama-sama tepat digunakan sebagai sebutan bagi pangkat wali negeri yang mengemban tanggung jawab di bidang militer, ketatausahaan, maupun keuangan pemerintah daerah jajahan.[38]

Menurut Louis Feldman, baik filsuf Filo (wafat pada tahun 50 M) maupun sejarawan Yosefus menyebut Pilatus sebagai seorang prokurator.[39] Karena menulis dalam bahasa Yunani, Filo dan Yosefus tidaklah benar-benar memakai kata "prokurator", melainkan kata Yunani "ἐπίτροπος" (epitropos), yang lumrah diterjemahkan menjadi "prokurator". Filo juga melekatkan istilah Yunani yang sama kepada Wali Negeri Mesir (seorang prefek), Wali Negeri Asia (seorang prokonsul), dan Wali Negeri Suriah (seorang legatus).[40] Dalam senarai istilah untuk Wali Negeri Yudea di dalam karya-karya tulis Yosefus yang ia susun, Werner Eck menunjukkan bahwa kendati Yosefus kurang konsisten menggunakan istilah "epitropos" dalam Bellum Iudaicum (Perang Yahudi), wali negeri pertama yang dilekati istilah "epitropos" dalam Antiquitates Iudaicae (Tambo Yahudi) adalah Kuspius Fadus (menjabat 44–46 M).[41] Menurut Louis Feldman, boleh jadi Filo, Yosefus, maupun Tacitus tidak memperhatikan kesesuaian dengan zaman dalam pemakaian istilah kepangkatan.[39] Louis Feldman mengemukakan pula bahwa istilah-istilah kepangkatan tersebut mungkin saja tidak digunakan secara kaku, karena Yosefus menyebut Kuspius Fadus sebagai seorang "prefek" (hegemon) maupun "prokurator" (epitropos).[39]

Autentisitas dan nilai sejarah

[sunting | sunting sumber]
Halaman judul dari buku kumpulan karya tulis Tacitus yang disusun oleh Joest Lips, edisi 1598, kini tersimpan di Empoli, Italia

Kendati autentisitasnya kadang-kadang dipertanyakan, seperti yang belum lama ini dilakukan oleh Richard Carrier, seorang pengusung teori mitos Kristus,[42] kebanyakan ahli menganggap Annales 15.44 memang autentik kendati menyadari pula bahwa uraian tersebut mengandung sejumlah masalah tekstual.[43][44] William L. Portier pernah mengemukakan bahwa keselarasan antara keterangan Tacitus, keterangan Yosefus, dan keterangan dalam surat-surat Plinius Muda kepada Kaisar Trayanus menguatkan kesahihan ketiga-tiganya.[45] Para ahli pada umumnya menganggap keterangan Tacitus memiliki nilai sejarah sebagai salah satu sumber independen Romawi seputar agama Kristen perdana yang selaras dengan catatan-catatan sejarah lainnya.[5][6][7][45]

Tacitus adalah seorang senator yang cinta tanah air.[46][47] Karya-karya tulisnya tidak menampakkan simpati terhadap umat Kristen maupun pengetahuan mengenai pemimpin mereka.[5][48] Keterangannya tentang "kekejian umat Kristen" boleh jadi didasarkan atas desas-desus yang beredar di Roma bahwa umat Kristen menyantap daging dan darah dewa mereka dalam upacara Ekaristi, yang ia tafsirkan sebagai amalan kanibalisme di kalangan umat Kristen.[48][49] Andreas Köstenberger mengemukakan bahwa isi Annales 15.44 kental dengan prasangka buruk terhadap umat Kristen sehingga mustahil direkayasa seorang katib Kristen.[50] Robert Van Voorst juga menampik kemungkinan bahwa Annales 15.44 adalah karya tulis gadungan orang Kristen lantaran isinya yang terkesan menista agama Kristen.[4]

Tacitus baru berumur kira-kira tujuh tahun ketika kota Roma ditimpa musibah kebakaran besar, dan sama seperti rekan-rekannya sesama warga Roma, sudah tentu ia tumbuh besar bersama cerita-cerita orang tentang musibah kebakaran yang menghanguskan sebagian besar kota tempat tinggal mereka, maupun tentang tudingan Kaisar Nero terhadap umat Kristen.[15] Tacitus menulis Annales saat menjabat sebagai Wali Negeri Asia, dan selaku seorang pejabat teras di Roma, ia tentu mengetahui sikap resmi pemerintah sehubungan dengan musibah tersebut maupun umat Kristen.[15]

Pada tahun 1885, P. Hochart mengemukakan pendapatnya bahwa Annales 15.44 hanyalah karya tulis gadungan yang sengaja direka untuk kepentingan syiar agama,[51] tetapi penyunting Annales edisi Oxford tahun 1907 menampik pendapat ini dan memperlakukan Annales 15.44 sebagai karya tulis asli.[52] Para ahli semisal Bruce Chilton, Craig Evans, Paul Eddy, dan Gregory Boyd setuju dengan pendapat John Meier bahwa "kendati ada sebagian pihak yang coba-coba membuatnya tampak seperti sebuah interpolasi Kristen pada karya tulis Tacitus, uraian ini jelas-jelas asli.”[36][26]

Para ahli pada umumnya juga menepis dugaan bahwa keseluruh Annales adalah karya tulis gadungan.[53] Menurut John P. Meier, tidak ada bukti sejarah maupun bukti arkeologi yang menguatkan dugaan bahwa uraian ini disisipkan seorang katib ke dalam karya tulis Tacitus.[54] Robert Van Voorst mengemukakan bahwa "di antara semua pujangga Romawi, Tacituslah yang menyajikan informasi paling saksama mengenai Kristus".[4] John Dominic Crossan menganggap Annales 15.44 penting artinya dalam menetapkan bahwa Yesus memang tokoh nyata dan benar-benar telah disalibkan. Ia mengemukakan bahwa "kadar kepastian penyalibannya sama dengan kadar kepastian peristiwa-peristiwa bersejarah yang lain, karena keterangan dari Yosefus dan Tacitus... selaras dengan keterangan-keterangan Kristen, paling tidak dalam fakta pokoknya."[55] Paul Eddy dan Gregory Boyd mengemukakan bahwa sekarang ini keterangan Tacitus "sudah lumrah dianggap" sebagai konfirmasi pihak non-Kristen atas kebenaran berita penyaliban Yesus.[8] Ahli kajian Alkitab, Bart D. Ehrman, mengemukakan dalam tulisannya bahwa "laporan Tacitus menguatkan keterangan dari sumber-sumber lain, bahwasanya Yesus dihukum mati atas perintah Wali Negeri Romawi di Yudea, Ponsius Pilatus, pada masa pemerintahan Kaisar Tiberius."[56]

Gambar potret Tacitus, berdasarkan sebuah patung dada kuno

James Dunn menganggap Annales 15.44 berguna dalam menetapkan fakta-fakta tentang umat Kristen perdana, misalnya fakta bahwa ada lumayan banyak orang Kristen yang berdiam di kota Roma sekitar tahun 60 M. Menurut James Dunn, Tacitus agaknya beranggapan bahwa umat Kristen masih ada kaitannya dengan agama Yahudi, kendati berbeda dari umat Yahudi.[9] Menurut Raymond E. Brown dan John P. Meier, selain menegaskan bahwa ada sehimpunan besar umat Kristen di kota Roma, Annales 15.44 juga memuat dua potongan informasi bersejarah lain yang penting, bahwasanya sekitar tahun 60 M, umat Kristen dapat dibedakan dari umat Yahudi di kota Roma, dan bahwasanya kaum pagan pun beranggapan bahwa agama Kristen yang ada di kota Roma adalah agama asal Yudea.[10]

Kendati sebagian besar dari para ahli menganggap Annales 15.44 benar-benar berasal dari Tacitus, terdapat pula beberapa ahli yang mempermasalahkan nilai sejarahnya, mengingat Tacitus lahir 25 tahun sesudah Yesus wafat.[4] Beberapa ahli pernah memperdebatkan nilai sejarah Annales 15.44 dengan bertolak dari kenyataan bahwa Tacitus tidak mengungkap sumber informasi yang disajikannya.[57] Menurut Gerd Theissen dan Annette Merz, adakalanya Tacitus menyadur keterangan dari karya-karya tulis sejarah terdahulu yang kini sudah hilang, dan mungkin saja keterangan-keterangan dalam Annales 15.44 diperoleh Tacitus dari sumber-sumber resmi dalam arsip negara; kendati demikian, andai kata Tacitus memang menyalin keterangan-keterangan tersebut dari sebuah sumber resmi, sebagian ahli tentu berharap ia menyebutkan pangkat Pilatus secara tepat, yaitu prefek, alih-alih prokurator.[58] Gerd Theissen dan Annette Merz mengemukakan bahwa Tacitus memaparkan prasangka-prasangka yang beredas luas di tengah masyarakat mengenai agama Kristen, berikut segelintir keterangan terperinci mengenai "Christus" dan agama Kristen, kendati sumbernya tak kunjung terungkap.[58] Sekalipun demikian, Paul Eddy meyakini bahwa, selaku seorang senator, Tacitus agaknya berpeluang mengakses dokumen-dokumen resmi negara kala itu, dan tidak membutuhkan sumber-sumber lain.[26]

Michael Martin mengemukakan bahwa autentisitas Annales 15.44 pernah pula dipermasalahkan dengan alasan Tacitus tidak mungkin menggunakan istilah "Christos", terjemahan dari kata "Masyiah",[59] dan ada pula yang mempertanyakan mungkin tidaknya Annales 15.44 hanyalah salah satu dari "fakta-fakta yang dimodernisasi atau dimutakhirkan" agar mencerminkan Dunia Kristen pada waktu penulisannya.[60]

Walter P. Weaver mencermati bahwa Tacitus menyebut-nyebut tentang aniaya terhadap umat Kristen, tetapi tak seorang pun pujangga Kristen yang menulis tentang aniaya tersebut dalam rentang waktu seratus tahun.[61] Brent Shaw pernah mengemukakan pendapatnya bahwa informasi tentang penganiayaan umat Kristen oleh Kaisar Nero disadur Tacitus dari legenda-legenda Kristen dan Yahudi yang menggambarkan Kaisar Nero sebagai Antikristus, dan sesungguhnya tidak pernah timbul aniaya pada masa pemerintahan Kaisar Nero.[44]

Para ahli juga memperdebatkan soal selentingan dalam keterangan Tacitus. Menurut Charles Guignebert, "selama masih ada kemungkinan (kalau Tacitus sekadar mengulangi kisah yang dituturkan umat Kristen sendiri), uraian tersebut tetap tidak ada nilai sejarahnya".[62] Menurut R. T. France, Annales 15.44 paling banter hanyalah pengulangan kisah yang didengar Tacitus dari umat Kristen.[63] Sekalipun demikian, Paul Eddy telah menegaskan bahwa, selaku sejarawan Roma yang terkemuka, Tacitus dikenal cermat memeriksa sumber-sumbernya dan tidak terbiasa melaporkan gunjingan orang.[26] Menurut Robert Van Voorst, Tacitus adalah anggota Quindecimviri Sacris Faciundis, dewan pendeta yang bertugas memantau kepercayaan-kepercayaan asing di Roma, sehingga masuk akal jika orang menduga bahwa keterangan tentang asal-usul agama Kristen diperoleh Tacitus lewat kegiatannya di lembaga itu.[64]

Sumber-sumber lain

[sunting | sunting sumber]

Keterangan tertua mengenai agama Kristen terdapat dalam Antiquitates Iudaicae (Tambo Yahudi), karya tulis sepanjang 20 jilid yang disusun oleh sejarawan Yahudi Titus Flavius Yosefus sekitar tahun 93–94 M, pada masa pemerintahan Kaisar Domisianus. Antiquitates Iudaicae memuat dua keterangan tentang Yesus dan umat Kristen (Antiquitates Iudaicae 18.3 dan Antiquitates Iudaicae 20.9), serta satu keterangan tentang Yohanes Pembaptis (Antiquitates Iudaicae 18.5).[65][66]

Keterangan lain mengenai agama Kristen berasal dari Plinius Muda saat menjabat sebagai Wali Negeri Romawi di Bitinia dan Pontus pada masa pemerintahan kaisar Trayanus. Sekitar tahun 111 M,[67] Plinius menyurati kaisar Trayanus untuk meminta arahan sehubungan dengan penanganan para terdakwa Kristen dalam sidang pengadilan yang ia gelar ketika itu.[68][69][70] Keterangan Tacitus tentang penganiayaan umat Kristen oleh Kaisar Nero di dalam Annales ditulis sekitar tahun 115 M, beberapa tahun sesudah surat Plinius ditulis, tetapi masih pada masa pemerintahan Kaisar Trayanus.[67]

Pujangga ternama lainnya dari Abad Kuno adalah Gayus Suetonius Trankuilus, yang menulis De Vita Caesarum (Riwayat Kaisar-Kaisar) sekitar tahun 122 M, pada masa pemerintahan Kaisar Hadrianus. Di dalam De Vita Caesarum, Suetonius memaparkan sebab-musabab umat Kristen Yahudi diusir dari kota Roma oleh Kaisar Klaudius, dan dianiaya oleh Kaisar Nero, ahli waris sekaligus pengganti Kaisar Klaudius.[67]

Keterangan

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Tacitus, Annales 12.60: Kata Klaudius, keputusan-keputusan yang dibuat para prokuratornya sama mengikatnya dengan keputusan-keputusan yang ia buat sendiri.

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]
  1. ^ Easterling & Kenney 1982, hlm. 892.
  2. ^ a b Dando-Collins 2010, hlm. 1-4.
  3. ^ a b c d e Brent 2009, hlm. 32-34.
  4. ^ a b c d Van Voorst 2000, hlm. 39-53.
  5. ^ a b c Evans 2001, hlm. 42.
  6. ^ a b Mills 2001, hlm. 343.
  7. ^ a b Bond 2004, hlm. 11.
  8. ^ a b Eddy & Boyd 2007, hlm. 127.
  9. ^ a b Dunn 2009, hlm. 56.
  10. ^ a b Brown 1983, hlm. 99.
  11. ^ Van Voorst 2000, hlm. 39–42.
  12. ^ Ferguson 2003, hlm. 116.
  13. ^ a b c Van Voorst 2000, hlm. 39.
  14. ^ a b Tacitus: Annales XV.
  15. ^ a b c Barnett 2002, hlm. 30.
  16. ^ Furneaux & Pitman 2010, hlm. 4.
  17. ^ a b Newton 1999, hlm. 96-97.
  18. ^ Andresen 1902, hlm. 780.
  19. ^ Boman 2011, hlm. 355.
  20. ^ a b Van Voorst 2000, hlm. 44-48.
  21. ^ a b c d e Bromiley 1995, hlm. 657.
  22. ^ Lampe 2006, hlm. 12.
  23. ^ a b c Van Voorst 2000, hlm. 33-35.
  24. ^ Renehan 1968, hlm. 368-370.
  25. ^ JSTOR 2007, hlm. 7.
  26. ^ a b c d Eddy & Boyd 2007, hlm. 181.
  27. ^ Brunt 1990, hlm. 167.
  28. ^ Tacitus, Histories.
  29. ^ Bromiley 1995, hlm. 979.
  30. ^ Bruce 2000, hlm. 354.
  31. ^ A New Inscription Which Mentions Pilate as 'Prefect', hlm. 71.
  32. ^ Inscriptions latines de Cesaree (Caesarea Palaestinae), hlm. 783-4.
  33. ^ The Caesarea Inscription of Pontius Pilate and Its Historical Significance, hlm. 142-6.
  34. ^ Pontius Pilate in history and legend, hlm. 523—530.
  35. ^ Crossan 1999, hlm. 9.
  36. ^ a b Chilton & Evan 1998, hlm. 465-466.
  37. ^ Van Voorst 2000, hlm. 48.
  38. ^ Carter 2003, hlm. 44.
  39. ^ a b c Feldman 1997, hlm. 818.
  40. ^ Carter 2001, hlm. 215.
  41. ^ Eck 2008, hlm. 222.
  42. ^ Carrier 2014.
  43. ^ Van Voorst 2000, hlm. 42-43.
  44. ^ a b Shaw 2015.
  45. ^ a b Portier 1994, hlm. 263.
  46. ^ Feldman 1997, hlm. 381.
  47. ^ Powell 1998, hlm. 33.
  48. ^ a b Dunstan 2010, hlm. 293.
  49. ^ Burkett 2002, hlm. 485.
  50. ^ Kellum 2009, hlm. 109-110.
  51. ^ Furneaux 1907, hlm. 416.
  52. ^ Furneaux 1907, hlm. 418.
  53. ^ Van Voorst 2000, hlm. 42.
  54. ^ Meier 1991, hlm. 168-171.
  55. ^ Crossan 1995, hlm. 145.
  56. ^ Ehrman 2001, hlm. 59.
  57. ^ Bruce 1974, hlm. 23.
  58. ^ a b Rheissen & Merz 1998, hlm. 83.
  59. ^ Martin 1993, hlm. 50-51.
  60. ^ Shaw 2015, hlm. 86.
  61. ^ Weaver 1999, hlm. 53. 57.
  62. ^ Jesus, hlm. 13.
  63. ^ France 1986, hlm. 19-20.
  64. ^ Van Voorst 2011, hlm. 2159.
  65. ^ Maier 1995, hlm. 12.
  66. ^ Baras 1987, hlm. 54-57.
  67. ^ a b c Crossan 1999, hlm. 3.
  68. ^ Carrington 1957, hlm. 429.
  69. ^ Benko 1986, hlm. 5-7.
  70. ^ Benko 2014, hlm. 1055–1118.
Andresen, Georg (1902). Wochenschrift fur klassische Philologie. 
Baras, Zvi (1987). "The Testimonium Flavianum and the Martyrdom of James". Dalam Feldman, Louis H.; Hata, Gōhei. Josephus, Judaism and Christianity. Leiden: Brill Publishers. ISBN 978-9004085541. 
Barnett, Paul (2002). Jesus & the Rise of Early Christianity: A History of New Testament Times. Downers Grove, Illinois: InterVarsity Press. ISBN 978-0830826995. 
Benko, Stephen (1986). Pagan Rome and the Early Christians. Bloomington, Indiana: Indiana University Press. ISBN 978-0253203854. 
Benko, Stephen (2014). "Pagan Criticism of Christianity during the First Centuries A.D.". Dalam Temporini, Hildegard; Haase, Wolfgang. Rise and Decline of the Roman World. second series (Principat) (dalam bahasa Jerman). Berlin: De Gruyter. ISBN 978-3110080162. 
Boman, J. (2013-01-04). Inpulsore Cherestro? Suetonius' Divus Claudius 25.4 in Sources and Manuscript. Yerusalem: Studium Biblicum Franciscanum. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2013-01-04. Diakses tanggal 2019-06-20. 
Bond, Helen K. (2004). Pontius Pilate in History and Interpretation. ISBN 0-521-61620-4. 
Brent, Allen (2009). A Political History of Early Christianity. Edinburgh: T&T Clark. ISBN 978-0567031754. 
Bromiley, Geoffrey W. (1995). International Standard Bible Encyclopedia. Grand Rapids, Michigan: Wm. B. Eerdmans Publishing Company. ISBN 978-0802837851. 
Brown, Raymond Edward; Meier, John P. (1983). Antioch and Rome: New Testament cradles of Catholic Christianity. ISBN 0-8091-2532-3. 
Bruce, F.F. (1974). Jesus and Christian Origins Outside the New Testament. Grand Rapids: Eerdmans. 
Brunt, P. A. (1990). Roman imperial themes. Oxford: Oxford University Press. ISBN 0-19-814476-8. 
Bruce, F. F. (2000). Paul, apostle of the heart set free. Eerdsmans. ISBN 1842270273. 
Burkett, Delbert Royce (2002). An introduction to the New Testament and the origins of Christianity. ISBN 0-521-00720-8. 
Ehrman, Bart D. (March 20, 2012). Did Jesus Exist?: The Historical Argument for Jesus of Nazareth. HarperCollins. ISBN 978-0-06-208994-6. 
Carrington, Philip (1957). "The Wars of Trajan". The Early Christian Church. Volume 1: The First Christian Century. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 978-0521166416. 
Carter, Warren (1 September 2003). Pontius Pilate: Portraits of a Roman Governor. ISBN 0814651135. 
Chilton, Bruce; Evans, Craig A. (1998). Studying the historical Jesus: evaluations of the state of current research. ISBN 90-04-11142-5. 
Crossan, John Dominic (1995). Jesus: A Revolutionary Biography. HarperOne. ISBN 0-06-061662-8. 
Crossan, John Dominic (1999). "Voices of the First Outsiders". Birth of Christianity. Edinburgh: T&T Clark. ISBN 978-0567086686. 
Dando-Collins, Stephen (2010). The Great Fire of Rome. ISBN 978-0-306-81890-5. 
Dunn, James D. G. (2009). Beginning from Jerusalem (Christianity in the Making, vol. 2). Grand Rapids, Michigan: Wm. B. Eerdmans Publishing Company. ISBN 978-0802839329. 
Easterling, P.E.; Kenney, E. J. (1982). The Cambridge History of Latin Literature. Cambridge University Press. ISBN 0-521-21043-7. 
Eddy, Paul R.; Boyd, Gregory A. (2007). The Jesus Legend: A Case for the Historical Reliability of the Synoptic Jesus Tradition. Ada, Michigan: Baker Academic. ISBN 978-0801031144. 
Ehrman, Bart D. (2001). Jesus: Apocalyptic Prophet of the New Millennium. Oxford: Oxford University Press. ISBN 978-0195124743. 
Evans, Craig A. (2001). Jesus and His Contemporaries: Comparative Studies. Leiden: Brill Publishers. ISBN 978-0391041189. 
Ferguson, Everett (2003). Backgrounds of Early Christianity. ISBN 978-0-8028-2221-5. 
Feldman, Louis H. (1997). Josephus, the Bible, and history. ISBN 90-04-08931-4. 
France, R. T. (1986). Evidence for Jesus (Jesus Library). Trafalgar Square Publishing. ISBN 978-0-340-38172-4. 
Furneaux, Henry; Pitman, H. (2010). Cornelii Taciti Annalium, Libri V, VI, XI, XII: With Introduction and Notes. ISBN 1-108-01239-6. 
Lampe, Peter (2006). Christians at Rome in the First Two Centuries. ISBN 0-8264-8102-7. 
Portier, William L. (1994). Tradition and Incarnation: Foundations of Christian Theology. Mahwah, New Jersey: Paulist Press. ISBN 978-0809134670. 
Van Voorst, Robert E. (2000). Jesus Outside the New Testament: An Introduction to the Ancient Evidence. Grand Rapids, Michigan: Wm. B. Eerdmans Publishing Company. ISBN 978-0802843685. 
Mills, Watson E.; Bullard, Roger Aubrey (2001). Mercer dictionary of the Bible. ISBN 0-86554-373-9. 
Van Voorst, Robert E. (2011). Handbook for the Study of the Historical Jesus. Leiden: Brill Publishers. ISBN 978-9004163720. 
Martin, Ronald H. (1981). Tacitus and the Writing of History. ISBN 0-520-04427-4. 
Mellor, Ronald (2010). Tacitus' Annals. Oxford. ISBN 0-19-515192-5. 
Maier, Paul L. (1995). Josephus, the Essential Writings: A Condensation of Jewish Antiquities and the Jewish War. Grand Rapids, Michigan: Kregel Publications. ISBN 978-0825429637. 
Shaw, Brent (2015). "The Myth of Neronian Persecution". Journal of Roman Studies. 105. doi:10.1017/S0075435815000982. 
Weaver, Walter P. (1999). The Historical Jesus in the Twentieth Century: 1900-1950. 
Theissen, Gerd; Merz, Annette (1998). The historical Jesus: a comprehensive guide. Minneapolis: Fortress Press. ISBN 978-0-8006-3122-2. 
Martin, Michael (1993). The Case Against Christianity. Philadelphia: Temple University Press. ISBN 9781566390811. 
Dunstan, William E. (2010). Ancient Rome. ISBN 0-7425-6833-4. 
Newton, Francis (1999). The Scriptorium and Library at Monte Cassino, 1058–1105. Cambridge: Cambridge University Press. ISBN 0-521-58395-0. 
Furneaux, Henry (1907). Cornelii Taciti Annalium ab excessu divi augusti libri. The annals of Tacitus with introduction and notes, 2nd ed., vol. ii, books xi-xvi. Clarendon. 
Meier, John P. (1991). A Marginal Jew: Rethinking the Historical Jesus. Doubleday. 
Renehan, Robert (1968). Christus or Chrestus in Tacitus?. La Parola del Passato. 
Transactions and proceedings of the American Philological Association, Volume 29. JSTOR. 2007. 
Powell, Mark Allan (1998). Jesus as a figure in history: how modern historians view the man from Galilee. ISBN 0-664-25703-8. 
Köstenberger, Andreas J.; Kellum, L. Scott (2009). The Cradle, the Cross, and the Crown: An Introduction to the New Testament. ISBN 978-0-8054-4365-3. 
Carter, Warren (10 Oktober 2001). Matthew and Empire: Initial Explorations. T&T Clark. ISBN 9781563383427. 
Eck, Werner (2008). Die Benennung von römischen Amtsträgern und politisch-militärisch-administrativenFunktionen bei Flavius Iosephus: Probleme der korrekten IdentifizierungAuthor. Zeitschrift für Papyrologie und Epigraphik. 
"Tacitus: Annales XV". 
"Tacitus, The Annals, book 15, chapter 44". 
Tacitus. Histories. 
A New Inscription Which Mentions Pilate as 'Prefect'". JBL. 1962. 
Inscriptions latines de Cesaree (Caesarea Palaestinae). Latomus. 1963. 
The Caesarea Inscription of Pontius Pilate and Its Historical Significance. Vestnik Drevnej Istorii. 1965. 
Pontius Pilate in history and legend. History Today. 1968. 
Jesus. New York: University Books. 1956. 

Bacaan lanjutan

[sunting | sunting sumber]