Lompat ke isi

Ki Ageng Pandan Arang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
As-Syekh Syarif Waliyyul Islam
Gapura Makam Ki Ageng Pandan Arang
Gelar- Sunan Pandanaran
- Ki Ageng Pandan Arang
- Pandanaran I
Nasabbin Maulana Ishaq
NisbahWalisongo
Dimakamkan diMugassari, Semarang Selatan, Semarang
Kebangsaan- Majapahit
- Demak
PekerjaanAdipati Pandanaran I
DenominasiSunni
Murid dariMaulana Ishaq, Sunan Ampel Dan Guru-guru lainnya
Istri
  • - Putri Adipati Pasuruan
Keturunan
  • ~ Siti Umi Kamsum
  • ~ Kalkum Pekalongan
  • ~ Abdullah Kendal
  • ~ Abdurrahman Kaliwungu
Orang tuaMaulana Ishaq (ayah) Siti Zainab (Ibu)

Ki Ageng Pandan Arang (disebut juga Pandanaran, Pandanaran I) adalah bupati pertama Semarang, yang diangkat oleh Sultan Demak Bintara.

Konon nama Semarang diberikan olehnya, karena di tempat ia tinggal ditumbuhi oleh pohon asam yang jarang-jarang (bahasa Jawa: asem arang).

Ki Ageng Pandan Arang juga dikenal sebagai tokoh penyebaran Islam di daerah tersebut. Meskipun sezaman dengan para Wali Sanga, ia tidak termasuk di dalamnya.

Tokoh ini berkedudukan di Pragota, yang sekarang adalah tempat bernama Bergota di kelurahan Randusari, Semarang Selatan.

Makamnya terletak di wilayah Kelurahan Mugassari, Semarang Selatan.

Asal Usul

[sunting | sunting sumber]

Syekh Waliu’lislam juga merupakan putra Syekh Maulana Iskak dari tanah Arab yang pergi ke Jawa menuju Ampel Denta.

Beroleh welas asih Susuhunan Ampel Denta, kemudian diangkat menjadi Imam di Pasuruan. Selanjutnya diambil menantu oleh Adipati Pasuruan.

lalu pindah tempat tinggalnya di Pandanarang, terdengar oleh Prabu Brawijaya, kedudukannya diluluskan serta dianugrahi nama Adipati berkuasa di Pandanarang serta diangkat Imam bagi sesame agama.

Keturunan

[sunting | sunting sumber]

Syekh Waliu'lislam yang menjadi Imam di Semarang seterusnya (Pandhanarang) sudah mempunyai tiga orang putra, bernama :

  • Syekh Kalkum dijadikan Imam di

Pekalongan,

  • Syekh Abdu'llah dijadikan Imam di Kendal, dan
  • Syekh Abdu'rrahman dijadikan Imam di Kali Wungu.

Prabu Andayaningrat Pengging menyerang Syekh Waliu'lislam yang menjadi Imam di Semarang, berkecamuklah perang besar.

Akhirnya Syekh Waliu'lislam gugur di medan pertempuran. Sang Syekh Suta Maharaja maju membantu, tetapi kebanjiran musuh, selanjutnya menghindar hingga sampailah di Demak, kepayahan akhirnya meninggal.

Putri dari Syekh Waliu'lislam yang bernama Siti Umi Kamsum, serta putri Syekh Suta Maharaja nama Siti Jenap, sama-sama dilarikan mengungsi ke Raka Susuhunan Gunung Jati.

Referensi

[sunting | sunting sumber]
  • Budiman, Amen. Semarang Riwayatmu Dulu. Penerbit Satya Wacana, Semarang.
  • Serat Walisana (Babad Para Wali), Karya Sunan Dalem. Diterjemahkan oleh Ki Tarka Sutarahardja. Penyadur R. Tanojo. Editor Naqobah Ansab Awliya’ Tis’ah (NAAT). Cetakan Pertama 2020. ISBN : 978-623-7817-04-8. Penerbit : Yudharta Press Pasuruan 2020.

Pranala Luar

[sunting | sunting sumber]

Lihat pula

[sunting | sunting sumber]