Ko Kwat Ie
Ko Kwat Ie | |
---|---|
Lahir | 1878 - |
Meninggal | 28 Februari 1938 |
Tempat pemakaman | Bukit Tidar |
Tempat tinggal | Magelang, Indonesia |
Pekerjaan | Pendiri Ko Kwat Ie & Zonen Fabrieksigaren & Co , Pawirokoesoeman (sekarang Jalan Tarumanegara) |
Suami/istri | Theng Kiok Nio |
Anak | Ko Khoen Giok, Ko Liat Nio, Ko Sing Poo, Ko Khoen Gwan, Ko Hian Ing, Ko Swan Nio |
Ko Kwat Ie merupakan pendiri "Ko Kwat Ie & Zonen Sigarenfabriek", sebuah pabrik cerutu ternama dan legendaris dari Magelang, Jawa Tengah. Ia merupakan putra dari Ko Djie Soen dan Tjoa Joe Nio. Kakeknya bernama Ko Tay Tik yang berasal dari Fujian, Ko Tay Tik dan 4 saudaranya datang merantau ke Hindia belanda yang kemudian membawa nama keluarga Ko di Indonesia.
Awalnya pabrik ini dirintis di Batavia (Jakarta) pada tahun 1900. Modal awalnya sekitar f200 dengan tenaga kerja produksi sekitar 60 orang. Perusahaan ini kemudian diberi nama "Ko Kwat Ie & Zonen Sigarenfabriek" dengan dilanjutkan Ko Hian Ing sebagai managernya, sepeninggal Ko Kwat Ie.
Perusahaan ini pindah ke Magelang pada tahun 1908 dengan alasan untuk memperluas pabrik dan mempermudah mencari bahan produksi yang berkualitas yaitu tembakau. Sebagaimana diketahui bahwa kawasan Kedu Lama (Magelang dan Temanggung) merupakan sentra produksi tembakau. Saat itu hanya terdapat perusahaan pengolahan tembakau tradisional yang dilakukan oleh masyarakat pribumi dan dipasarkan di kawasan lokal saja. Kira-kira terdapat 60 industri pengolahan tembakau tradisional di Magelang saat itu.
Sebuah pabrik kecil dibangun di Gang Nanking di kawasan Pecinan Magelang (gang kecil di selatan Apotek Sumbing Jl. Pemuda saat ini). Kemudian berpindah di samping rumah Ko Kwat Ie di Djoeritanzuid atau Jalan Juritan Kidul (kini Jl. Sriwijaya no. 16), sekitar 200 meter timur Pecinan. Hingga tahun 1908, karyawan pabrik sudah mencapai 500 orang. Beberapa produk cerutu di antaranya Deli Havana, Panama Steer, Missigit Deli, Carnaval dan Armada. Cerutu dikemas dalam kemasan masing-masing yang berisi 100 potong seharga 60 sen per bungkus. Pasar cerutu adalah para bangsawan Eropa dan priyayi dari kaum pribumi di Hindia Belanda.
Pada tahun 1914, saat terjadi Perang Dunia I permintaan cerutu dari Eropa meningkat pesat. Hal ini dimanfaatkan oleh Ko Kwat Ie untuk memperluas pasar di wilayah lain seperti Jerman (Hamburg), Afrika (Durban dan Cape Town), Australia (Sydney, Melbourne), Asia (Hongkong, Canton, Bangkok, Shanghai). Selain itu untuk pasar Hindia Belanda, Ko Kwat Ie memproduksi cerutu dengan kualitas menengah untuk kalangan menengah ke atas.
Pada tahun 1920, Ko Kwat Ie membeli mesin-mesin produksi baru dari Eropa untuk mempermudah produksi dan meningkatkan kualitas produk. Meski demikian, Ko Kwat Ie tetap mempekerjakan tenaga manusia untuk menjaga kualitas produk. Mesin-mesin ini ditempatkan di pabriknya yang baru di Pawirokoesoeman (kini Jl. Tarumanagara), sekitar 100 meter timur dari rumah Ko Kwat Ie. Pabrik ini berdiri tepat di pinggir Kali Manggis, menghadap ke barat. Pada dinding atas gerbang masuk pabrik terdapat angka "1920" yang menunjukkan tahun berdirinya gedung untuk pabrik tersebut. Tapi sayangnya angka tersebut sudah hilang sekarang ini.
Hingga pada tahun 1927-1928, jumlah pekerja sebanyak 2400 orang dengan produksi sebanyak 5.500.000 batang cerutu.
Pesatnya pertumbuhan pabrik membuat Gubernur Jenderal Hindia Belanda saat itu, Andries Cornelis Dirk de Graeff mengunjungi pabrik ini pada 28 Mei 1928. Bahkan Raja Surakarta Sri Susunan Pakubuwono X juga mengunjungi pabrik ini. Sungguh hebat benar orang nomer 1 di tanah Hindia Belanda dan Kasunanan Surakarta ini yang mau menyempatkan berkunjung ke kota kecil ini. Hal ini tentunya bukanlah hal yang aneh karena produk yang dihasilkan memiliki kualitas yang tinggi. Apalagi ditunjang dengan laboratorium yang khusus mengontrol kwalitas produksinya
“Hygienisch bereid uit de beste grondstoffen” itu adalah kalimat yang tercantum pada iklan promosinya pada tahun 1935.
“De te Magelang gevestigde groot-fabrikant Ko Kwat Ie fabriceert sigaren die door geheel Indie door kwaliteit en prijs eene schitterende reputatie hebben verworven.”[2]
Pada tahun 1930, terjadi krisis ekonomi dunia yang berdampak pada menurunnya permintaan cerutu khususnya di wilayah Eropa. Sedangkan di wilayah Hindia Belanda juga terkena dampaknya. Daya beli masyarakat menurun terutama pada cerutu impor. Tetapi permintaan cerutu lokal masih berjalan. Pada saat krisis ekonomi itu justru cerutu dengan kualitas rendah malah lebih laku di pasaran. Maka untuk menutupi kekurangan modal produksi, Ko Kwat Ie membuat peralatan perlengkapan merokok yang berkualitas. Perlengkapan itu ialah tempat penyimpanan cerutu, pipa cerutu, alat pemotong cerutu, dll.
Pada tahun 1934, penjualan cerutu Ko Kwat Ie meningkat pesat dengan penjualan di hampir seluruh wilayah Hindia Belanda. Penjualan untuk wilayah di luar Jawa dipegang oleh Firma Jacobson. Penjualan tersebut meningkat hingga 1937-1939.
Sepeninggal Ko Kwat Ie pada tahun 1938, pengelolaan pabrik diteruskan oleh anak-anak Ko Kwat Ie dengan dibantu oleh saudara Ko Kwat Ie. Di bawah pengelolaan anak-anak Ko Kwat Ie, mesin-mesin lebih banyak berperan dalam proses produksi. Meski demikian tenaga manusia masih dibutuhkan untuk menjaga proses produksi. Tersisa 1200 pekerja saat pengelolaan di bawah anak-anak Ko Kwat Ie.
Di era perjuangan tahun 1945, dan di saat permintaan cerutu menurun, pabrik ini berperan dalam perjuangan kemerdekaan Indonesia. Yaitu dengan membuat senjata dengan mesin-mesin bubut yang dimiliki oleh pabrik ini. Senjata ini untuk memasok persenjataan para pejuang Indonesia.
Dari arsip yang berhasil dikumpulkan oleh penulis, pada tahun 1974 pabrik ini masih memproduksi cerutu meski sudah tidak sebanyak dulu.
Ko Kwat Ie di makamkan di kaki Gunung Tidar sisi timur, berjajar dengan besannya. Sedangkan eks pabrik cerutu tersebut hingga kini masih berdiri dengan megahnya. Saat ini eks pabrik tersebut menjadi milik perusahaan karoseri ternama di Indonesia, New Armada (milik Liem Wan King).
Nama "New Armada" sendiri terinspirasi oleh nama salah satu produk cerutu "Ko Kwat Ie & Zonen Sigarenfabriek" yaitu "Armada". Kebetulan, rumah Liem Wan King terletak persis di selatan pabrik cerutu tersebut. New Armada lahir pada tanggal 11 November 1974.
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ https://books.google.co.jp/books?id=v9QEBAAAQBAJ&pg=PA429&lpg=PA429&dq=Ko+Kwat+Ie&source=bl&ots=kyhvoYSmUs&sig=1aLXSSX1BDKB60Ex4MYBuBzYNjk&hl=id&sa=X&ved=2ahUKEwiNyZ_syM7eAhVOU30KHTLgCRs4ChDoATADegQIBhAB#v=onepage&q=Ko%20Kwat%20Ie&f=false
- ^ "INDUSTRI CERUTU DI MAGELANG, ASAPNYA PERNAH MENGEPUL SAMPAI KE EROPA". KOTA TOEA MAGELANG (dalam bahasa Inggris). 2012-12-25. Diakses tanggal 2018-11-12.