Stadion Siliwangi
Stadion Siliwangi | |
---|---|
Informasi stadion | |
Pemilik | Kodam III/Siliwangi |
Operator | Maung Anom |
Lokasi | |
Lokasi | Jalan Lombok, Bandung, Indonesia |
Konstruksi | |
Dibuat | 1 Januari 1954 |
Dibuka | 1 Januari 1956 |
Direnovasi | 1 Januari 1976 |
Arsitek | Formatara Prima Sejati |
Data teknis | |
Permukaan | Rumput |
Kapasitas | 25.000 penonton |
Pemakai | |
PSKC Kota Cimahi (2020–sekarang) | |
Stadion Siliwangi adalah sebuah stadion kecil yang berada di kota Bandung, Jawa Barat. Stadion ini berada di Jl. Lombok, Bandung.
Stadion ini sebelumnya bernama lapangan SPARTA. Hal ini mengacu kepada tim sepak bola militer Hindia Belanda yang ada di Bandung sekitar tahun 1916. Tim ini merupakan tim pindahan dari Batavia dan menggunakan lahan kosong di Jalan Lombok sekarang sebagai tempat berlatih dan bermain. Lapangan tersebut terkadang juga dipakai oleh para serdadu Belanda untuk latihan baris berbaris karena letaknya yang berada di lingkungan militer. Kedatangan militer dan tim sepak bolanya ke Bandung ini kemungkinan berhubungan dengan rencana pemindahan ibu kota Hindia Belanda dari Batavia ke Bandung saat itu.
Setelah 9 tahun negara Indonesia merdeka tepatnya pada tahun 1954 kawasan lapangan SPARTA ini dibangun stadion yang dikelola oleh Kodam III/Siliwangi dan diperuntukkan bagi pembinaan jasmani anggota Kodam III/Siliwangi. Seiring belum dimilikinya stadion yang lebih representatif di kota Bandung untuk menggelar kegiatan olahraga yang besar terutama sepak bola, stadion dengan kapasitas sekitar 28.000 penonton tersebut seolah identik dengan kandang Persib Bandung.
Pada tanggal 11 Juni 1987, PSV Eindhoven saat itu merupakan tim yang paling kuat di Belanda maupun kancah Eropa dan diperkuat oleh Ruud Gullit, mengadakan pertandingan persahabatan melawan Persib Bandung di Stadion Siliwangi dan disaksikan oleh kurang lebih 25.000 Bobotoh yang memadati tribun stadion.
Bintang-bintang Persib, seperti Adjat Sudradjat, Iwan Sunarya, Robby Darwis, dan sebagian besar pemain Persib lainnya, sempat menjalani penggodokan dengan menggunakan fasilitas Stadion Siliwangi. Tak salah pula ada pemeo yang mengatakan, “Jangan pernah merasa menjadi Bobotoh bila belum pernah menonton secara langsung Sang Maung Bandung di Stadion Siliwangi”.
Awal pembangunan
[sunting | sunting sumber]Stadion ini dibangun untuk memperingati peristiwa Bandung Lautan Api pada 24 Maret 1946, didedikasikan kepada 200.000 warga kota Bandung yang telah merelakan segala hartanya yang habis terbakar dalam peristiwa tersebut. Tepatnya setelah 8 tahun peristiwa itu, atas prakarsa Panglima Tentara dan Teritorium III, Kolonel Inf A.E. Kawilarang dimulailah pembangunan stadion untuk kegiatan olahraga warga kota Bandung dan untuk latihan para tentara Siliwangi.
Dibangun di atas tanah milik Kodam, biaya pembangunan terkumpul dari potongan gaji para tentara dan pegawai Kodam selama 2 tahun. Sejumlah sen yang ada di belakang gaji para tentara dan pegawai itulah yang dipotong. Dan karena kondisi tanah di kota Bandung yang liat maka setiap hari dua kompi angkatan darat pun terpaksa harus mengambil tanah dari Lembang untuk beberapa minggu.
Dengan segala kerja keras dan semangat Siliwangi, akhirnya hanya dalam jangka 2 tahun stadion itu dapat diselesaikan. Tapi saat itu hanya ada tribun utama dan terbuat dari kayu.
Awal pemanfaatan
[sunting | sunting sumber]Tepat pada 1 Januari 1956 stadion diresmikan oleh Panglima Kawilarang. Sebagai hiburan, diadakan pertandingan persahabatan antara Persib Bandung melawan Persija Jakarta. Pada 1961, stadion ini pun menjadi tempat diselenggarakannya Pekan Olahraga Nasional (PON) V yang dibuka oleh Presiden Soekarno.
Peremajaan
[sunting | sunting sumber]Pada tahun 1 Januari 1976, Stadion Siliwangi mengalami peremajaan. Hampir seluruh bagian stadion dibongkar. Pembangunan stadion kali ini dikerjakan oleh PT. Propelat dengan melibatkan sekitar 300 pekerja. Proses pembangunan stadion dimulai pada Desember 1975 dan hanya memakan waktu 6 bulan untuk menyelesaikan stadion lengkap dengan tribun mengelilingi lapangan dan lapangan standar internasional. Rumputnya sengaja diimpor dari Australia, yaitu rumput green carpet. Menurut kepala proyek pembangunan Stadion Siliwangi, biji rumput itu ditebar ke seluruh lapangan dan disemai selama 2 bulan. Sehingga dengan didukung drainase dan rumput tersebut, saat hujan sekalipun air akan meresap dalam waktu kurang dari 5 menit.
Tepat pada 20 Mei 1976 bertepatan dengan HUT ke-30 Kodam III/Siliwangi, stadion ini diresmikan ulang oleh Mayjen TNI Himawan Sutanto, pangdam Siliwangi saat itu.
Kondisi saat ini
[sunting | sunting sumber]Sayang memang keberadaan stadion kebanggaan warga Bandung, saat ini semakin surut dibanggakan. Terutama jika dilihat fasilitas yang tidak pernah berubah. Penggunaan green carpet yang telah menyejajarkan Stadion Siliwangi dengan Stadion Utama Gelora Bung Karno Jakarta dan Stadion Tambaksari atau Stadion 10 November Surabaya yang kala itu menjadi stadion termegah di Indonesia pun mulai surut. Tentu saja hal ini disebabkan oleh perawatan yang tidak/kurang diperhatikan. Karena berdasarkan perencanaan PT Propelat, kondisi lapangan akan selalu dalam kondisi prima bila dalam waktu 10 tahun harus digemburkan kembali. Dan karena hingga saat ini tanah di lapangan belum pernah digemburkan kembali maka sangat wajar bila kondisi lapangan Siliwangi saat ini selalu tergenang air bila hujan.
Renovasi stadion
[sunting | sunting sumber]Mulai bulan April 2011, pihak pengelola stadion melakukan renovasi stadion. Renovasi ini cukup signifikan karena akan menambah kapasitas stadion dari 25.000 menjadi 45.000 penonton. Semua bangku penonton juga akan dirombak demi peningkatan fasilitas stadion. Pengelola stadion belum bisa memastikan kapan perbaikan ini selesai dilakukan.