Krema
Krema (bahasa Italia crema berarti krim) atau mahkota kopi adalah buih berwarna kuning tua pada permukaan kopi espreso. Buih ini muncul pertama kali saat ekstraksi kopi, utamanya yang disajikan dengan cara manual brew cupping, atau lebih dikenal tubruk. Adanya krema dalam sajian espreso sering dipandang penting oleh para penikmat kopi karena dapat menyeimbangkan cita rasa.[1] Krema adalah penanda bahwa secangkir espreso itu baik mutunya.[2] Bahkan dikatakan bahwa orang Italia tidak akan meminum espreso tanpa krema di permukaannya.[3]
Walaupun banyak orang yang menggemari krema, para ahli kopi yang ingin membedakan aroma dan rasa beragam kopi secara cermat harus menyingkirkan bagian ini karena dapat menghalangi cita rasa unik dari masing-masing kopi. Krema dianggap bagian paling manis dari sari kopi.[1] Krema kadang dapat juga disebut Guinness effect, sebagaimana timbulnya buih mirip dengan minuman bir Guinness ketika dituang.[4] Beberapa ahli dan penikmat kopi di Indonesia menyebut krema sebagai mahkota kopi.[2]
Pembentukan
[sunting | sunting sumber]Ada beberapa sebab krema bisa terbentuk. Salah satunya ada pada penyarian kopi menggunakan air panas dalam tekanan tinggi. Pada saat itu terjadi proses pelepasan atau emulsifikasi kandungan lemak/minyak pada biji kopi. Krema merupakan endapan minyak nabati dan kumpulan gelembung udara berukuran sangat kecil sehingga membentuk sejenis buih.[1] Kandungan minyak nabati tersebut bisa lebih banyak dalam varietas kopi tertentu, atau faktor mutu perkebunan juga dapat mempengaruhi.[3]
Selain kandungan minyak nabati, krema juga dapat dipengaruhi banyaknya kandungan CO2 dalam biji kopi. Setelah biji kopi disangrai, normalnya perlu waktu sekitar 24-72 jam untuk membiarkan biji kopi melakukan pelepasan karbon dioksida. Biji yang disedu lebih dini mungkin akan menghasilkan lebih banyak buih, tetapi rasa dan aroma espreso yang dihasilkan tidak optimal. Meskipun demikian, dua hal tadi bukan penentu tunggal dari banyak sedikitnya krema yang dihasilkan pada secangkir espreso. Faktor lain seperti pengolahan kopi, lama waktu penyangraian, warna biji kopi pascasangrai, tiknik dan mesin pembuat kopi juga memainkan peran dalam hal ini.[3][5]
Biji kopi dengan cara pengolahan semi-washed atau honey processed secara alami mengandung kandungan gula dan lemak nabati sehingga kemunculan krema berpeluang lebih banyak. Selain itu, melihat warna biji kopi hasil sangrai jugalah penting. Semakin gelap biji kopi, maka semakin sedikit pula minyak nabati yang tertinggal. Hal itu disebabkan dari keluarnya minyak nabati biji kopi ke permukaan dan menempel ke permukaan lain seperti bungkus, penggilingan dsb. Faktor mesin dan teknik juga ambil andil. Biasanya penyarian espreso pertama mendapatkan mutu krema yang paling optimal, tetapi pada penyarian kedua, ketiga dan seterusnya hasilnya tidak akan sama lagi. Intensitas penyarian mesin espreso umumnya tidak stabil sehingga krema yang dihasilkan pun tidak selalu sama.[3]
Galeri
[sunting | sunting sumber]-
Krema pada permukaan mocchiato tercampur dengan buih susu
-
Penyarian kopi dari mesin
-
Kopi Guadalajarense berupa tuangan ristretto di atas susu kental manis, buih krema masih tampak selagi belum diaduk
-
Es krim pada affogato tampak melebur dengan krema pada espreso
-
Mesin espreso
Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ a b c Adiakurnia, Muhammad Irzal. Asdhiana, I Made, ed. "Mengenal Krema, Bagian Paling Manis dalam Secangkir Kopi". Kompas.com. Diakses tanggal 2019-07-24.
- ^ a b SAECO, Penulis Admin (2017-03-17). "Krema pada kopi". Blog Saeco Indonesia. Diakses tanggal 2019-07-24.
- ^ a b c d "KREMA PADA ESPRESSO: PENTINGKAH?". Majalah Otten Coffee (dalam bahasa Inggris). 2017-02-28. Diakses tanggal 2019-07-24.
- ^ "How Important Is the Perfect Espresso Crema?". The Spruce Eats (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2019-07-24.
- ^ "Coffee and Tea 101 | What is Crema? | Seattle Coffee Gear". www.seattlecoffeegear.com. Diarsipkan dari versi asli tanggal 2019-07-24. Diakses tanggal 2019-07-24.