Lompat ke isi

Lemahireng, Bawen, Semarang

Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Lemahireng
Negara Indonesia
ProvinsiJawa Tengah
KabupatenSemarang
KecamatanBawen
Kode pos
50661
Kode Kemendagri33.22.11.2006 Edit nilai pada Wikidata
Luas- ± 601,70 Ha
Jumlah penduduk-2.846 KK dan 8.818 jiwa.per 2022
Peta
PetaKoordinat: 7°12′48″S 110°27′1″E / 7.21333°S 110.45028°E / -7.21333; 110.45028

Lemahireng adalah sebuah nama Desa di kecamatan Bawen, Semarang, Jawa Tengah, Indonesia. Jumlah penduduknya per 2012 sekitar 7500 orang lebih yang mayoritas bekerja sebagai petani,buruh pabrik dan pedagang dan pekerjaan lainnya.

Pembagian

[sunting | sunting sumber]

Karena Desa Lemahireng tergolong luas maka memiliki 4 Dusun:

  1. Dusun Klowoh,
  2. Dusun Kenongo
  3. Dusun Krajan
  4. Dusun Kalisalak.

Masing-masing Dusun di pimpin oleh Kepala Dusun atau Kadus ( Bahasa lokalnya Bekel ), Adanya Kepala dusun ini bertujuan untuk membantu Kepala Desa menjalankan roda pemerintahan.

Dusun Krajan di pegang oleh Bp. Kaswan. Untuk Dusun krajan sendiri mencakup Namar,Krajan,Kali duren,Ngemplak dan Klarangan. Sedangkan Dusun Kalisalak dipegang oleh Bp. Magi. Dusun Kalisalak sendiri mencakup wilayah Kalisalak,

Dusun Klowoh oleh Bapak Kasiyani yang mencakup lingkungan perum apac dan sedandang, Untuk lokasi Perum APAC lokasinya dekat dengan punden desa.

Dusun Kenongo oleh Bapak Harmoko yang mencakup Kenongo atas dan kenongo bawah.

Secara geografis Desa Lemahireng adalah perbukitan dan masih banyak membentang sawah,ladang dan untuk sebelah utara di batasi perbukitan perkebunan karet. Suasana alam yang hijau ranau memberikan gambaran lebih suasana pedesaan mengingat kondisi alam Desa Lemahireng masih sejuk yang jauh dari asap kendaraan lalulintas kota.. Maklum suasana pedesaan masih kental di desa ini dilihat dari lokasinya, lebih-lebih keseharian warga penduduknya yang masih menjaga adat tradisi budaya jawa.

Bukit Desa Lemahireng

Geografis

[sunting | sunting sumber]

Perbatasan Desa Lemahireng

  • Utara.: Desa Jatijajar
  • Barat Desa Randugunting
  • Selatan: Kelurahan Harjosari
  • Timur Desa Kandangan

Demografis

[sunting | sunting sumber]

Mata pencaharian

[sunting | sunting sumber]

Mayoritas penduduknya bekerja sebagai petani dan buruh.Ada juga yang sebagai karyawan pabrik. Secara spesifik warga bekerja sebagai petani tulen,buruh tani musiman,buruh bangunan dan pengrajin keranjang,seni ukir dan ada juga sebagai penjual, jasa ojek atau sebagai tukang cukur, dan yang lainnya. UMKM warga secara umum di Desa Lemahireng berkembang pesat seiring berjalannya waktu, terlebih dengan berkembangnya internet.

Namun mayoritas pekerjaan penduduknya adalah sebagai petani musiman. Mengingat dari sumber mata air masih mengandalkan curah hujan. Jadi kalau kita jalan-jalan di Desa Lemahireng masih banyak terlihat petani membajak sawahnya menggunakan sapi dan para ibu-ibu menanam padi atau tandur di sawah. Suasana natural dan alamiyah nya sangat terasa.

Adat istiadat

[sunting | sunting sumber]

Karena suasana pedesaan,maka masih banyak kegiatan adat yang sampai saat ini masih di jalankan antara lain adalah Nyadran di makam leluhur ( punden Desa Lemahireng ) setahun sekali dan di ikuti mayoritas warga desa . Kenduri setiap ada moment tertentu misalkan malam tahun baru jawa di perempatan atau di mushola-mushola yang ada di lemahireng.Acara tersebut Biasanya di pimpin oleh tokoh masyarakat terkait yaitu Bpk.Mudin atau mbah sarekat(juru kunci punden) atau wakilnya yaitu para ulama dan tokoh masyarakat yang di anggap mampu untuk memimpin acara adat tersebut tatkala yang bersangkutan berhalangan.

Untuk adat turun - temurun masih berlaku baik itu yang keseharian maupun yang tahunan misalnya gotong royong membangun rumah,kerja bakti atau proses ritual adat kampung. Untuk proses ritual antara lain tatkala sunatan,perkawinan,atau juga untuk urusan melahirkan atau berseh.Kalau ritual kematian mungkin masih umum di mana-mana seperti tahlilan di 7 hari setelah kematian dan 40hari.setahun,dan nyewu yang di isi dengan tahlillan karena mayoritas nahdiyin. Sedekah desa di adakan habis panen dengan di gelarnya wayang kulit semalam suntuk.

Pendidikan

[sunting | sunting sumber]

Dari segi pendidikan rata-rata hanya sekolah dasar atau sekolah rakyat.Namun sekitar tahun 90an keatas sudah banyak yang lulusan sekolah tingkat pertama dan SLTA.Diploma masih jarang dan sarjana masih bisa di hitung lewat jari. Bahkan perangkatnya rata-rata hanya lulusan sekolah tingkat pertama. Selain sekolah formal ada juga yang sekolah di madrasah atau belajar di sekolah keagamaan dalam hal ini adalah nyantri di pondok pesantren.Putus sekolah masih di temui meskipun dalam hitungan jari karena berbagai hal misalnya kurangnya biaya dan tidak ada dukungan dari keluarga.

Mayoritas islam tetapi ada beberapa yang beragama katolik,kristen dan aliran kepercayaan juga ada meskipun relatif sedikit.organisasi keagamaan bermacam-macam .Tetapi meskipun bermacam-macam wadah organisasi masyarakatnya tetap saling menerima perbedaan pemahaman satu sama lain dan tentu saja saling membantu dalam kinerjanya demi memberi penjelasan tentang pentingnya menjadi manusia yang beragama.

Progam Kegiatan edukasi sosial

Setiap tahun khususnya pada bulan syawal selalu di adakan Takbir keliling yang diprakarsai oleh BKM. Adapun program syiar islam menjadi icon tersendiri khususnya di Desa Lemahireng . Acara yang melibatkan seluruh warga ini cukup menarik perhatian sehingga antusiasme masyarakat sangat positif. Ini sejalan dengan program Badan kesejahteraan Masjid ( BKM ) yang menjadi pelopor ragam kegiatan syiar islam dengan pendekatan emosional kepada masyarakat sehingga berangsur - angsur dari tahun - ketahun kegiatan - kegiatan yang diselenggarakan BKM Selalu memberikan nilai positif khususnya syiar islam itu sendiri. Namun meskipun eksistensi BKM sendiri hanya salah satu instrument dari sekian banyak pihak yang turut serta melibatkan diri dalam berkontribusi demi kemajuan dan perkembangan SDM di Lemahireng.

Sejarah singkat Desa Lemahireng

[sunting | sunting sumber]

Konon menurut cerita turun-temurun Sekitar abad 17 Syekh Basyaruddin dari Alas turonggo surakarta mendapat tugas dari Pangeran Benowo untuk berdakwah di daerah ini mengingat kala itu daerah ini banyak penganut "ilmu hitam" .Dengan kondisi seperti ini maka langkah dia adalah mendirikan pesantren di Gunung Munggut Desa Pringapus yang letaknya di sebelah utara desa lemahireng.Karena waktu itu daerah terdekat yang masih kondusif adalah di Gunung munggut. Berkali-kali Syekh Basyaruddin berdakwah di daerah ini (sebelum menjadi Lemahireng ) tetapi selalu gagal karena memang daerah ini adalah para penganut ilmu hitam cukup banyak. Maka dia menugaskan istrinya sendiri yaitu nyai Basyaruddin untuk berdakwah di daerah ini.. Dengan alasan sosok perempuan biasanya lebih memahami emosional masyarakat ketimbang sosok laki-laki.

Singkat cerita Nyai Basyaruddin berhasil meluluhkan ( red: menyadarkan ) para penganut " ilmu hitam" dan mau meninggalkan kebiasaan yang melanggar norma sosial dan norma agama. Saat itu daerah ini masih berupa hutan belantara dan di bakarnya untuk di jadikan lahan pemukiman warga. Moment pembakaran hutan inilah yang menjadi titik tolak adanya Desa Lemahireng. Jadi asal usul Nama Lemahireng adalah tanah yang di bakar sehingga berwarna hitam.Maka di sebut Lemahireng atau tanah hitam. Tetapi sebenarnya Nama tersebut mengandung makna filosofi yang lebih tinggi yaitu Yang di bakar Nyai Basyaruddin itu ilmu hitamnya beserta penganutnya... Membakarnya dengan ayat suci Al quran atau ajaran islam.

Proses Terbentuknya Desa Lemahireng menjadi awal mula sejarah peradaban islam di kawasan ini yang nantinya mampu menggeser peradaban paganis dan peradaban ilmu hitam di daerah sekitarnya... Dengan proses cikal bakal pembakaran hutan ini Warga Lemahireng menyebut Nyai Basyaruddin dengan sebutan Nyai Ireng atau Nyaireng.

Sampai sekarang masyarakat lebih mengenal Mbah Nyai ireng daripada mbah Nyai Basyaruddin. Nama asli Mbah Nyai ireng masih belum terungkap sampai sekarang.Tetapi menurut beberapa warga ada yang mengatakan bahwa nama aslinya adalah Nyai Wigati. Sehingga daerah sekitar Pemakaman dia di beri nama Sorogati.Dia di makamkan di sekitar Sorogati. Makam dia sekarang masih ada di Punden Desa Lemahireng. Setahun sekali setiap Jumat Pahing pada bulan besar warga desa mengadakan nyadran di tempat dia.

Pranala luar

[sunting | sunting sumber]