Leningo
Leningo adalah puisi yang berisi pepatah, kata-kata arif atau ungkapan yang bisa dijadikan pedoman hidup dalam bertingkah laku di provinsi Gorontalo. Leningo merupakan sejenis puisi yang bersajak dan terdiri atas empat baris dalam setiap baitnya. Bait-bait puisi leningo lebih banyak berisi nasihat dan petuah bahwa suatu saat kita akan meninggalkan dunia yang fana ini sehingga memberi kesadaran bagi para pendengarnya.[1][2]
Leningo berisi berbagai ragam pikiran dan pendapat dari tokoh-tokoh masyarakat yang berfungsi sebagai nasihat yang bertujuan untuk memperbaiki tingkah laku hidup di masyarakat. Ragam pikiran ini kemudian dimasukkan ke dalam bentuk puisi, pepatah, peribahasa atau kiasan dalam bahasa Gorontalo serta penyampaian leningo sangat menyentuh kalbu para pendengar karena menggunakan simbol yang sangat bermakna dalam penyampaiannya.[3]
Syair leningo
[sunting | sunting sumber]- Wujudu Kidamu baqa
- Dahayi Olipata
- Tiyo ta pilotimu'ata
- Lo tawu daata
- Qidamu baqa asali
- U maa pilopowali
- Istinja to awwali
- Junupu kaka-kakali
- Wujudu baqa qidamu
- Dahayi olipatamu
- To awwali Adamu
- Maa mayi to batangamu
- U baqa wawu qidamu
- Dahayi Olipatamu
- To'ulowali Adamu
- Mola pohuwalingamu
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Pateda, Mansoer (2001). Kamus Bahasa Gorontalo-Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. hlm. 302. ISBN 979-666-638-3.
- ^ Didipu, Herman (2018-06-03). "LENINGO, SASTRA HUMANITAS DARI GORONTALO: KONKRETISASI NILAI-NILAI". MAKALAH. Vol.2 (1636): Hal. 1.
- ^ Tuloli, Nani (2003). Puisi lisan Gorontalo. Bagian Proyek Pembinaan Buku Sastra Indonesia dan Daerah Jakarta, Pusat Bahasa. hlm. Hal.15: Leningo: ragam yang berisi pikiran dan pendapat tokoh–tokoh masyarakat sebagai nasihat untuk memperbaiki tingkah laku. Ragam ini bisa dimasukkan pada puisi pepatah, peribahasa, atau kiasan. Kesannya sangat mendalam karena diungkapkan dengan memakai simbol–simbol sebagai pengungkap makna. ISBN 978-979-685-347-2.