Liliriaja, Soppeng
Liliriaja | |||||
---|---|---|---|---|---|
Negara | Indonesia | ||||
Provinsi | Sulawesi Selatan | ||||
Kabupaten | Soppeng | ||||
Pemerintahan | |||||
• Camat | Ir.Andi Muhsin Rahmat,S.Pt | ||||
Populasi | |||||
• Total | - jiwa | ||||
Kode Kemendagri | 73.12.02 | ||||
Kode BPS | 7312030 | ||||
Luas | - 90 km² | ||||
Kepadatan | - jiwa/km² | ||||
Desa/kelurahan | 5 desa 3 kelurahan | ||||
|
Liliriaja adalah salah satu dari 8 wilayah kecamatan di Kabupaten Soppeng, Sulawesi Selatan, Indonesia yang beribu kotakan di Cangadi dan berjarak sekitar 13 Km dari ibu kota Kabupaten Soppeng. Kecamatan Liliriaja Terbagi atas 8 wilayah, meliputi 3 Kelurahan dan 5 Desa yaitu Kelurahan Appanang Kelurahan Galung Kelurahan JennaE Desa Jampu Desa Barang Desa Timusu Desa Rompegading dan Desa Pattojo. Kecamatan Ini Berbatasan Dengan Kecamatan Lilirilau di Sebelah Utara, Kecamatan Citta di Sebelah Timur, Kecamatan Marioriwawo di Sebelah Selatan dan Kecamatan Lalabata Serta Kecamatan Ganra di Sebelah Barat.
Pada Tahun 2023 Jembatan Andalan Pacongkang di Resmikan Oleh Gubernur Sulawesi Selatan. Menjadi Sebuah Jembatan Rangka Baja Terpanjang Pertama di Sulawesi Selatan Yang Membentang di Atas Sungai Walennae Yang Memisahkan Kecamatan Liliriaja dan Kecamatan Citta. Jembatan ini menjadi objek penting menghubungkan Kabupaten Soppeng dan Kabupaten Bone Melalui Ruas Jalan Provinsi Lajoa-Citta-ToBenteng
Sejarah
[sunting | sunting sumber]Sebelum tahun 1959, Liliriaja merupakan salah satu wanua dalam Daerah Soppeng yang berstatus sebagai sebuah swapraja. Wanua Liliriaja beribu kota di Cangadi.[1] Setelah diterbitkannya Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 1959, status Wanua Soppeng berganti menjadi kecamatan. Wilayahnya dileburkan bersama dengan Wanua Pattojo menjadi Kecamatan Liliriaja.[2]
Wilayah administratif
[sunting | sunting sumber]Desa Barang
[sunting | sunting sumber]Awalnya, Desa Barang berstatus sebagai salah satu dusun di Desa Jampu. Desa Barang terbentuk sebagai hasil pemekaran wilayah Desa Jampu pada tahun 1976.[3] Wilayah Desa Barang berbatasan dengan Desa Tinco di sebelah utara. Kemudian di sebelah timur, Desa Barang berbatasan dengan Desa Kampiri. Lalu di sebelah selatan, Desa Barang berbatasan dengan Desa Mariorilau dalam wilayah Kecamatan Marioriwawo. Sementara di sebelah barat, Desa Barang berbatasan dengan Desa Jampu.[4]
Desa Pattojo
[sunting | sunting sumber]Sebagian wilayah Desa Pattojo telah dimekarkan menjadi Desa Desa Timusu pada tahun 1986. Kemudian, terjadi lagi pemekaran sebagian wilayah Desa Pattojo menjadi Desa Rompegading pada tahun 1989.[5] Desa Pattojo berbatasan dengan Desa Rompegading di bagian utara dan timur. Di sebelah selatan, Desa Pattojo berbatasann dengan Desa Timusu. Sementara di sebelah barat, Desa Pattojo berbatasan dengan Kecamatan Lalabata Rilau.[6]
Peninggalan bersejarah
[sunting | sunting sumber]Kecamatan Liliriaja menjadi salah satu lokasi persebaran artefak batu Cabenge di Kabupaten Soppeng. Situs-situs batu tersebar di sekitar sungai Walanae.[7]
Situs Lenrang
[sunting | sunting sumber]Situs Lenrang terletak di Desa Jampu yang berlokasi di bagian barat sungai Walanae. Sektor penyebaran di Situs Lenrang terbagi dua menjadi Sektor Lenrang A dan Sektor Lenrang B.[8]
Luas sebaran artefak batu di Sektor Lenrang A sekitar 162,188 km2 pada ketinggian 42 mdpl. Titik koordinat Sektor Lenrang A yaitu 4° 23’ 55.7” Lintang Selatan dan 119° 59’ 32.1” Bujur Timur. Jarak sungai Walanae dari Sektor Lenrang A sekitar 495 meter. Sebagian besar wilayah di Sektor Lenrang A merupakan perkebunan coklat, kelapa, jagung dan semak belukar. Sementara sebagian kecil lainnya merupakan permukiman.[8]
Sektor Lenrang B berjarak 28 meter di sebelah utara Sektor Lenrang A. Titik koordinatnya pada 4° 23’ 40.1” Lintang Selatan dan 119° 59’ 31.6” Bujur Timur pada ketinggian 31 mdpl. Sektor Lenrang B memiliki luas persebaran sekitar 34,869 km2. Jarak sungai Walanae dari Sektor Lenrang B sekitar 924 meter. Sebagian besar wilayah Sektor Lenrang B adalah perkebunan coklat dan sebagian kecil wilayahnya merupakan pemakaman dan permukiman.[9]
Referensi
[sunting | sunting sumber]Catatan kaki
[sunting | sunting sumber]- ^ Ramli, dkk. 2017, hlm. 3.
- ^ Ramli, dkk. 2017, hlm. 109.
- ^ Fatmawati dan Haniah 2017, hlm. 2-3.
- ^ Fatmawati dan Haniah 2017, hlm. 3.
- ^ Fatmawati 2017, hlm. 3.
- ^ Fatmawati 2017, hlm. 18-19.
- ^ Hasanuddin, dkk. 2016, hlm. 40.
- ^ a b Hasanuddin, dkk. 2016, hlm. 48.
- ^ Hasanuddin, dkk. 2016, hlm. 48-49.
Daftar pustaka
[sunting | sunting sumber]- Hasanuddin, dkk. (2016). Hasanuddin dan AKW, Bernadeta., ed. Lembah Walennae: Lingkungan Purba dan Jejak Arkeologi Peradaban Soppeng (PDF). Yogyakarta: Penerbit Ombak. ISBN 978-602-258-388-2.
- Fatmawati (2017). Haniah dan Shuhufi, M., ed. Eppa' Sulapa' Pattojo. Gowa: Pusaka Almaida. ISBN 978- 602-6253-21-7.
- Fatmawati dan Haniah (2017). Shuhufi, Muhammad, ed. Reaktivitas Peradaban: Desa Barang, Kecamatan Liliriaja, Kabupaten Soppeng (PDF). Gowa: Pusaka Almaida. ISBN 978- 602-6253-55-2.
- Ramli, M., dkk. (2017). Haddade, H., dan Masri, M., ed. Puncak Tertinggi Kampung ABG 70-155 mdpl (PDF). Gowa: Pusaka Almaida. ISBN 978-602-5813-31-3.