Limfositopenia
Limfositopenia adalah kondisi medis di mana jumlah limfosit dalam darah berada di bawah batas normal. Limfosit adalah jenis sel darah putih yang berperan penting dalam sistem kekebalan tubuh, membantu melawan infeksi dan penyakit. Jumlah limfosit yang rendah dapat mengindikasikan adanya masalah kesehatan yang serius.[1]
Penyebab Limfositopenia
[sunting | sunting sumber]Limfositopenia dapat disebabkan oleh berbagai faktor, antara lain infeksi, gangguan autoimun, kanker dan pengobatannya, penyakit bawaan, malnutrisi, penyakit yang mempengaruhi darah dan sumsum tulang, obat-obatan, gangguan pencernaan, masalah ginjal stadium lanjut, dan zat kimia dan radiasi. Infeksi virus, bakteri, parasit, dan jamur dapat menyebabkan limfositopenia. Contoh infeksinya yaitu HIV/AIDS, hepatitis virus, tuberkulosis, influenza, COVID-19, demam tifoid, malaria, dan sepsis. Selain itu, penyakit autoimun juga dapat menyebabkan limfositopenia. Penyakit autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh menyerang sel dan jaringan tubuh yang sehat. Contoh gangguan autoimun yang dapat menyebabkan limfosit rendah meliputi lupus, rheumatoid arthritis, myasthenia gravis, dan sindrom Sjogren. Obat-obatan imunosupresan untuk mengobati gangguan autoimun juga dapat menyebabkan penurunan jumlah limfosit. Kemudian, beberapa jenis kanker terutama kanker darah seperti leukemia dan limfoma dapat menyebabkan penurunan jumlah limfosit. Pengobatan kanker seperti kemoterapi dan terapi radiasi juga dapat menurunkan jumlah limfosit secara signifikan. Limfositopenia juga dapat disebabkan oleh penyakit bawaan atau genetik seperti sindrom DiGeorge, sindrom Wiskott-Aldrich, sindrom imunodefisiensi gabungan yang berat, dan ataksia-telangiektasis. Selain itu, kekurangan gizi atau malnutrisi termasuk penyebab umum limfositopenia. Kondisi ini terjadi karena tubuh kekurangan protein dan nutrisi penting lainnya yang diperlukan untuk memproduksi limfosit. Kekurangan zinc juga dapat mengganggu kesehatan sistem kekebalan tubuh sehingga menyebabkan kadar limfosit sel-T rendah dan disfungsi sistem kekebalan tubuh lainnya. Kemudian, beberapa penyakit dapat mempengaruhi darah dan sumsum tulang yang pada gilirannya dapat mempengaruhi kadar limfosit tubuh. Beberapa penyakit penyebab limfosit rendah meliputi anemia aplastik dan gangguan limfoproliferatif. Selain itu, beberapa obat-obatan dapat menyebabkan limfositopenia sebagai efek samping. Terapi steroid juga dapat menyebabkan limfositopenia. Kemudian, beberapa gangguan pencernaan berpotensi merusak dinding usus sehingga dapat berdampak pada kemampuan tubuh dalam menyerap nutrisi yang pada akhirnya dapat menyebabkan kadar limfosit menjadi rendah. Gangguan pencernaan yang dapat memicu limfositopenia antara lain amyloidosis, penyakit celiac, penyakit radang usus, dan kolitis ulseratif. Masalah pada ginjal yang sudah mencapai stadium lanjut juga dapat menurunkan produksi limfosit-T dalam darah. Kemudian, beberapa zat kimia dan radiasi dapat merusak sumsum tulang dan menyebabkan penurunan produksi sel darah termasuk limfosit.[2]
Gejala Limfositopenia
[sunting | sunting sumber]Gejala limfositopenia mungkin tidak selalu terlihat secara langsung. Namun, beberapa tanda yang mungkin muncul termasuk infeksi yang sering terjadi, demam berkepanjangan, kelelahan berlebihan, penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas, pembengkakan kelenjar getah bening, nyeri sendi dan ruam kulit, dan batuk atau pilek yang berkepanjangan. Individu dengan limfosit rendah lebih rentan terhadap infeksi, baik virus, bakteri, jamur, maupun parasit. Mereka mungkin mengalami infeksi berulang atau infeksi yang sulit sembuh. Kemudian, demam berkepanjangan juga dapat menjadi gejala limfositopenia. Demam dapat muncul sebagai respons tubuh terhadap infeksi yang terjadi akibat sistem kekebalan tubuh yang lemah. Selain itu, gejala limfositopenia dapat ditandai dengan penurunan jumlah limfosit yang dapat menyebabkan kelelahan yang tidak biasa karena tubuh berjuang untuk melawan infeksi. Kemudian, penurunan berat badan tanpa sebab yang jelas juga dapat menjadi gejala limfositopenia. Perubahan ini bisa terjadi akibat infeksi kronis atau masalah kesehatan lainnya. Selain itu, gejala limfositopenia juga dapat ditandai dengan pembengkakan jelenjar getah bening. Kelenjar getah bening yang membesar dapat menjadi tanda bahwa tubuh sedang berjuang melawan infeksi atau penyakit lain. Kemudian, beberapa individu mungkin mengalami nyeri sendi atau ruam kulit sebagai reaksi terhadap kondisi yang mendasari. Selain itu, batuk atau pilek yang berkepanjangan merupakan gejala pernapasan yang umum terjadi pada mereka dengan limfosit rendah, terutama jika disebabkan oleh infeksi virus pernapasan.[3]
Diagnosis Limfositopenia
[sunting | sunting sumber]Diagnosis limfositopenia biasanya dimulai dengan pengamatan gejala klinis dan pemeriksaan fisik. Penderita yang mengalami infeksi berulang, infeksi yang tidak biasa, atau infeksi yang sulit sembuh perlu dicurigai mengalami limfositopenia. Faktor risiko yang dapat meningkatkan kemungkinan limfositopenia meliputi riwayat infeksi HIV atau AIDS, terapi radiasi atau kemoterapi sebelumnya, kelainan darah atau gangguan imun, dan riwayat penyakit serupa dalam keluarga. Selain itu, pemeriksaan darah lengkap ialah langkah utama dalam diagnosis. Hasil pemeriksaan ini akan menunjukkan jumlah limfosit dalam darah. Jika hasil menunjukkan limfosit yang sangat rendah, pemeriksaan sumsum tulang mungkin diperlukan untuk menentukan penyebabnya.[4]
Penanganan Limfositopenia
[sunting | sunting sumber]Penanganan limfositopenia tergantung pada penyebabnya. Beberapa penanganan limfositopenia meliputi mengobati infeksi, mengonsumsi obat-obatan, menghentikan atau mengganti obat-obatan, terapi penggantian immunoglobulin, faktor perangsang koloni granulosit, transplantasi sel punca, dukungan nutrisi, pencegahan infeksi, dan pola hidup sehat. Limfositopenia mempersulit tubuh untuk melawan infeksi. Perawatan akan tergantung pada penyebab infeksi, seperti antibiotik untuk infeksi bakteri. Anak-anak dengan infeksi bakteri serius mungkin memerlukan immunoglobulin untuk meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Selain itu, obat-obatan dapat merangsang tubuh untuk memproduksi lebih banyak sel darah. Dokter dapat memberikan obat resep untuk menghilangkan jumlah sel, seperti antijamur dan antibiotik. Dokter juga dapat merekomendasikan penghentian atau penggantian obat yang menyebabkan limfosit rendah dengan alternatif lain. Limfositopenia yang berkaitan dengan konsumsi obat umumnya hilang setelah berhenti meminum obat tertentu. Kemudian, dokter dapat merekomendasikan terapi penggantian imunoglobulin untuk pasien dengan limfosit B yang rendah. Terapi ini melibatkan pemberian antibodi melalui infus untuk membantu sistem kekebalan tubuh melawan infeksi. Dokter juga dapat meresepkan obat-obatan yang dapat merangsang produksi sel darah putih termasuk limfosit. Faktor pertumbuhan ini ialah protein yang dapat merangsang tubuh untuk memproduksi sel darah putih. Untuk kasus yang sangat parah atau disebabkan oleh gangguan sumsum tulang, transplantasi sel punca mungkin dipertimbangkan. Prosedur ini melibatkan penggantian sel-sel sumsum tulang yang rusak dengan sel-sel sehat dari donor yang cocok. Selain itu, dokter akan merekomendasikan perbaikan pola makan dan mungkin memberikan suplemen nutrisi untuk mendukung produksi sel-sel darah yang sehat jika limfosit rendah disebabkan oleh malnutrisi. Penderita limfositopenia dapat mencoba mengonsumsi makanan yang mengandung protein tanpa lemak untuk meningkatkan produksi limfosit, seperti dada ayam, ikan, putih telur, dan kacang-kacangan. Kemudian, dokter juga dapat merekomendasikan langkah-langkah pencegahan infeksi karena limfosit rendah dengan menjaga kebersihan pribadi, menghindari kontak dengan orang sakit, mengonsumsi makanan yang dimasak dengan baik, dan mendapatkan vaksinasi yang direkomendasikan. Selain itu, menerapkan pola hidup sehat dan tetap menjaga kesehatan dapat mengatasi serta mencegah limfositopenia. Pola hidup yang sehat dapat dimulai dengan mengonsumsi makanan sehat dan bergizi seimbang.[5]
Referensi
[sunting | sunting sumber]- ^ Admin, Medifa (2023-03-02). "Limfosit Anda Rendah? Ini Penyebab dan Cara Mengatasinya!". Skrinme (dalam bahasa Inggris). Diakses tanggal 2025-03-08.
- ^ "Limfosit Rendah, Kenali Penyebab dan Cara Mengatasinya". Alodokter. 2018-03-20. Diakses tanggal 2025-03-08.
- ^ Liputan6.com (2024-11-13). "Penyebab Limfosit Rendah, Gejala, dan Penanganannya yang Penting Diketahui". liputan6.com. Diakses tanggal 2025-03-08.
- ^ "Penyebab Limfosit Rendah (Limfositopenia) dan Penanganannya". Hello Sehat. 2021-11-28. Diakses tanggal 2025-03-08.
- ^ Halodoc, Redaksi. "Ini Pilihan Pengobatan untuk Mengatasi Kadar Limfosit yang Rendah". halodoc. Diakses tanggal 2025-03-08.